Wawancara Khusus Dirut Bandara Kertajati

Bandara Kertajati Lagi Mati Suri, Tapi Bukan Jadi Prasasti

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 27 Sep 2021 10:00 WIB
Jakarta -

Bandara Internasional Kertajati tak luput dari hantaman pandemi. Sejak memulai pelayanan pada 2018 lalu, bandara internasionalnya masyarakat Jawa Barat ini belum bisa banyak menarik penumpang.

Kini pandemi justru memperburuk keadaan, bisa dibilang kondisi bandara yang terletak di Majalengka ini sedang mati suri. Direktur Utama PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Salahuddin Rafi pun mengakui hal itu.

"Kemudian kalau dibilang sama sekali tidak beroperasi, mati suri, sebetulnya memang dialami," ungkap Rafi dalam acara Blak-blakan detikcom.

Dia mengatakan kondisi ini bukan dirasakan oleh Kertajati sendiri, ada sekitar 50 bandara yang ternyata nasibnya sama seperti Kertajati di seluruh negeri. Dia mengatakan memang tren penerbangan di Indonesia belum pulih.

"Memang kebangkitan penumpangnya yang belum normal ke seperti di tahun 2019," kata Rafi.

Bersama detikcom, Rafi akan buka-bukaan soal pengelolaan Bandara Kertajati, termasuk rencana bandara ini ke depannya. Seperti apa? Simak wawancara lengkapnya di bawah ini:

Terkait kondisi bandara saat ini banyak yang bilang mati suri dan beberapa pihak bilang saat ini Bandara Kertajati cuma jadi prasasti, pendapat dari manajemen BIJB seperti apa?
Saya berterima kasih sama tim blak-blakan jadi tahu sendiri ceritanya, dapat informasi konkret, tidak katanya. Kan ini Bandara Internasional Kertajati ini salah satu bandara yg dikelola oleh BIJB, itu nama BUMD-nya. Kita diamanahkan mengelola 1.800 ha bandara dan 3.480 ha aerocity.

Sejak Mei 2018 orang sering sebut diresmikan pak Jokowi, padahal belum. Itu hanya historical flight. Pak jokowi yang mendarat pertama kali di sini, Mei 2018. Sampai dengan April 2020, saat ditetapkan WHO ada pandemi COVID-19, kemudian ada PSBB besar-besaran, bandara ini melayani hampir enam ribu, 6300 penerbangan datang dan pergi, take off dan landing. Penumpang itu hampir 600 ribu lebih.

Sesuai nama bandaranya kan, artinya penumpangnya juga dari internasional?
Iya betul. Lalu, kargonya itu hampir 500 ton, rata-rata 6-8 ton per hari. Captive market juga sudah terbentuk karena ada penataan rute dari Husein. Propeller di sana, jetnya di sini. Balikpapan, Ujung Pandang, Semarang, Surabaya, Kualanamu, Samarinda.

Internasionalnya ada dari Malaysia. Malah Malaysia Airline itu jadikan homebase di sini, Kertajati-Kuala Lumpur-Jeddah. Lalu, yang direct itu Garuda dan Lion Air, Kertajati-Jeddah. Citilink karena pakai A-320 Kertajati-Hyderabad, India-Jeddah. Itu semua sudah berjalan.

Kemudian kalau dibilang sama sekali tidak beroperasi, mati suri, sebetulnya memang dialami. Teman-teman kalau kau lihat flightradar24 kita bisa melihat pergerakan pesawat day to day itu akurat. Bisa dilihat sampai hari ini ada 50 bandara yang nasibnya sama kayak Kertajati, nol, tidak ada penerbangan. Husein Sastranegara saja 30 hari hanya 2 pesawat, dalam satu bulan. Masih ada 15-an bandara lagi yang satu minggu paling satu atau dua pesawat. Memang kebangkitan penumpangnya yang belum normal ke seperti di tahun 2019.

Bulan Juni tahun lalu kami lakukan survei kepada 650 penumpang, ternyata penumpang domestik kita itu perjalanan dinas kebanyakan, selebihnya sekolah. Nah kalau perjalanan dinasnya biayanya dipakai buat bansos, alkes, nakes, kalau mereka juga work from home, ya nggak ada perjalanan.

Semua kampus juga dirumahkan, padahal di Jawa Barat kan gudangnya kampus, ada Unpad, ITB, ITDN. Itu banyak orang daerahnya. Setahun itu kira-kira dua session, penerimaan dan wisuda. Wisuda aja kan bawa orang tua, bawa adik. Itu sekarang sama sekali nggak ada, nol.

Tapi, bandara ini tetap operasi, hanya jam operasionalnya saja dikurangi, yang biasanya sampai jam 6 itu normal sampai 8 malam. Sekarang bertahap dikurangi sampai jam 6, ke jam 3, sekarang jam 1 siang. Itu hanya operasionalnya. Kalau secara sehari-hari, tetap harus ada petugas ATC, petugas fire rescue, dan security.

Kan mati suri dan tidak ada jadwal penerbangan yang operasi, kok karyawan masih harus stand by juga?
Nah makanya ini, jadi kalau kita lihat flight radar tadi, di atas kepala kita ini selalu ada yang melintas. Pesawat kargo, atau pesawat penumpang lainnya, dia melintas nggak mendarat. Misal dari Australia ke China, dia melintas aja.

Semua bandara yang ada di negara itu yang sudah di-declare ke seluruh dunia, kayak Kertajati ini kan KJT kodenya, ini bisa jadi alternate aerodrome, bandara alternatif. Kalau cuaca buruk, atau gangguan, dia mayday ke sini. Kalau ATC nggak ada, nyawa hilang.

Perlu diketahui masyarakat, bisnis aviasi atau penerbangan adalah safety business. Maka itu lah yang menyebabkan bangun bandara pembayarannya mahal. Kalau diberhentikan sama sekali kita harus NOTAM, Kementerian Perhubungan bakal keluarkan Kertajati off total, atau tutup. Nah kalau tutup, mau operasi lagi ngurusnya dari nol lagi.

Jadi ini sekali lagi ya saya rasa bukan Kertajati aja, masih ada sekitar 50 bandara yang tersebar di Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang belum operasi. Ibaratnya, Husein dipindahkan atau tol Cisumdawu nyambung hari ini, lalu sesuai dengan Permenhub Husein akan dialihkan ke Kertajati, seperti Polonia ke Kualanamu, seperti Adisucipto ke Kulonprogo, begitu juga Husein ke Kertajati. Nah kalau hari ini Husein-nya dipindahkan ke Kertajati, cuma satu kali seminggu, rata-rata cuma dua flight gitu 30 hari. Kira-kira itu.

Bandara dibangun dari utang sindikasi bank Rp 2,8 triliun, berarti cicilan harus dibayar. Sementara itu bandara sampai saat ini belum ada aktivitas yang efektif, itu bagaimana pembayaran utangnya?
Memang kewajiban BIJB mengembalikan pinjaman ke sindikasi bank syariah ya diketuai Bank Syariah Jateng. Itu kita harus bayar setahun Rp 250 miliaran. Dari Rp 250 miliar itu, Rp 125 miliarnya margin, Rp 125 miliarnya lagi bunga pokok. Nah tahun 2020 awal kemarin, itu juga sebetulnya masih jauh dari forecast.

Seperti diketahui harusnya kan Husein semua dipindah ke sini, tapi karena akses belum tersambung, maka baru jet penataan rutenya. Itu yang kami lakukan di tahun lalu itu, sebelum COVID-19 kami restrukturisasi pinjaman, jadi kita mundur 6 tahun. Tahun kemarin kami berhasil bunga bank-nya, tahun ini pinjaman pokoknya kita mundurkan 6 tahun ke belakang.

Permintaan restrukturisasi utang sudah dapat persetujuan dari bank?
Iya, sudah. Memang harus ya di-acc ya, karena hari ini kita dilindungi Peraturan Presiden tentang bencana nasional non alam. Jadi semua alami hal yang sama. Semua seluruh dunia juga alami hal sama, Singapore tutup, Malaysia juga tutup. Kalau nggak di-restruct justru bahaya nanti. Kalau pailit, banknya juga kena, BIJB juga kena.

Jadi upaya-upaya itu sudah kita lakukan, dan tahun lalu kita juga selesai diaudit KAP dan dinyatakan wajar tanpa pengecualian. Karena ada going concern di sana BIJB-nya. Jadi saya rasa semua orang pihak bisa terima lah.




(hal/zlf)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork