Rambut panjang abu-abu, kaos hitam lengan panjang, celana jeans, dan sepatu kulit hitam. Tanpa jam tangan dan asesoris apa-apa, dengan santai pria berusia 68 tahun itu berlari kecil sendirian masuk ke dalam lift bersama kami.
Bagi orang yang pertama kali datang ke kantor itu, mestilah tak ada yang menyangka orang itu adalah Toto Sugiri, seorang veteran di dunia teknologi Indonesia; pemilik perusahaan data center terbesar di Indonesia dengan estimasi kekayaan US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35 triliun.
Pagi itu Toto; panggilannya, akan melakukan wawancara khusus bersama kami. Tanpa protokol ketat, Toto masuk ke dalam lift dan naik ke atas bersama-sama dengan kami.
Pria bernama lengkap Otto Toto Sugiri itu mungkin bukan nama baru di kancah teknologi Indonesia. Tapi namanya baru-baru ini masuk dalam daftar 50 orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Toto yang menjabat sebagai Presiden Direktur DCI Indonesia ini merupakan sosok yang membumi. Itu terlihat dari pembawaan dalam kesehariannya, terutama di kantor.
Berpenampilan apa adanya, kaos hitam lengan panjang polos, dan celana jeans menjadi perawakan khas seorang Toto Sugiri.
Kesehariannya di kantor DCI Indonesia juga seperti tidak ada jarak dengan karyawan. Bahkan pria yang akrab disapa Toto ini tak memiliki ruangan khusus. Dia mengaku senang bisa bergabung dengan karyawannya dan duduk menikmati suasana outdoor di kantor.
Mencapai titik seperti saat ini, Toto memiliki cerita panjang dan perjuangan yang luar biasa. Kesuksesannya tak semudah membalikkan telapak tangan. Toto yang tak pernah bermimpi menjadi pengusaha, hanya terbesit ingin menjadi seorang guru. Bahkan dia sempat mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan di Indonesia karena latar belakang akademis yang dimilikinya.
Berikut ini wawancara lengkap dengan Otto Toto Sugiri, Presiden Direktur DCI Indonesia yang namanya menggema setelah masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes:
Saya lahir di Bandung, dan masa kecil cukup berbahagia masih hidup dengan banyak alam dan lain-lain, main sama teman. Memang banyak hobi main sama teman-teman. Mungkin bagian dari yang membentuk diri saya pengalaman masa kecil saya juga.
Kecil itu saya sering main sama anak-anak kampung jadi sangat kreatif. Ketidakberadaan secara keuangan atau apa ya mainan kita mesti bikin sendiri. Lalu belajar juga solider, teamwork. Kalau bulan puasa kita ngabuburit barengan naik ke gunung, nangkep jangkrik itu di Bandung.
Jadi, saya yakin itu membentuk. Lalu ikut pramuka dan lain-lain personality kita, value kita terbentuk di sana. Jadi dari sisi kemampuan teamwork, empati terhadap sesama, itu yang cukup signifikan membentuk karakter kita dan hobi kita dan passion kita. Secara singkat sangat bermanfaat bagi hidup saya.
Ternyata kebahagiaan didapatkan dengan bisa bersama-sama, itu salah satu yang menjadi fondasi. Mulai lebih besar, mulai kuliah itu mencari profesi apa ke depan yang melekat di saya. Saya mau profesi sehari hari mau teamwork-nya, bukan individual, secara singkat sih proses awal itu.
Iya di Bandung, di Jerman Teknik Elektro dulu. Dulu Ayah saya maunya jadi Dokter, saya sebenarnya nggak suka. Mungkin waktu itu profesi yang terhormat dan juga berkecukupan. Jadi saya sendiri menyukai maunya matematika, tapi waktu itu dibilang mau jadi Guru hidup aja susah. Sama orang tua kita tidak perlu argue.
Jadi mau mendaftar pilihan pertama kedokteran, pilihan kedua nego lagi matematika nggak boleh. Ya udah lah jadi insinyur saya masukkan elektro, saya pikir elektro banyak matematikanya. Dan pergilah ke Jerman, di Jerman ujian tes dan lain-lain bagus hasilnya, sebulan bisa dapat kedokteran. Tapi saya bilang aja nggak dapat, saya dapatnya elektro. Ayah saya yang biayai. Jadi ambil elektro.
Tanpa membayangkan nanti pekerjaan seperti apa, yang penting banyak matematikanya. Di jalani, terus terang mau lulus baru kebayang. Nanti kalau sudah lulus kerjanya mesti desain komputer baru, berarti kerja di laboratorium. Waduh saya nggak senang nih. Jadi sempat bingung mau lulus ini, stop nggak diselesaikan dulu, sampai akhirnya nggak enak sama orang tua ditanyain kapan lulus sekolahnya.
Masih jadul banget gitu ya programmer, banyak engineering belum dipakai bidang-bidang lain. Itu background-nya itu Jadi setelah lulus jadi programmer di Jerman.
Saya nggak cita cita pengusaha, penginnya jadi guru. Jadi cari kerja di Jakarta maunya jadi programmer.
Sempat sulit kah cari kerja karena dengan background akademis tidak banyak dikenal di Indonesia?
Sangat sulit tahun 1981-2982. Pada 1981 ya cari kerja programmer perusahaan yang punya komputer, yang butuh programmer hampir nggak ada.
Dari pekerjaan pertama, ada teman saya dari lulusan dari Jerman lebih senior ajak saya membuat perusahaan software lalu membuat soft untuk perusahaan-perusahaan. Untuk perusahaan dari mulai accounting satu pengalaman baru buat saya saya bilang 'Ok deh'. waktu itu ada proyek membuat software memfasilitasi pembelian kredit untuk nelayan.
Ini masih belum jadi pengusaha?
Memang nggak kebayang jadi pengusaha, yang penting kerjanya saya suka. Jadi cukup mengangkat membuat software. Sampai tahun 83 saya dibujuki untuk membantu perusahaan keluarga, itu paman saya kebetulan pemilik Bank Bali. Jadi setelah diiming-iming mau dibeliin komputer gede ok juga gitu. akhirnya saya masuk.
Komputer gede kayak gimana?
Waktu itu memilih komputer itu yang cukup besar biasanya, waktu itu masih pakai apple masih pakai PC tahun 83. Akhirnya saya masuk setup IT-nya di sana, dengan tim, membuat software di perbankan. Jadi itu proses belajarnya, itu 6 tahun di situ.
Sebelum akhirnya bikin perusahaan sendiri?
Nggak sengaja bikin. Jadi selama awal awal 4 tahun pertama membuat software dipakai karyawan bank bisa lihat manfaatnya dari mulai pulang malam biasanya pulang 9-11 malam bisa pulang jam 5 sore karena pakai software kita itu suatu kebiasaan kepuasan sendiri. Tahun 89 memutuskan untuk berhenti. Kemudian bersama kawan-kawan bergabung membuat Sigma. Jadi perusahaan software, jadi tahun 89 membuat software yang bisa membuat produk dipakai banyak perusahaan.
Waktu itu kan Sigma cukup sukses ya. Apa titik terendah saat menjalankan Sigma?
Rasanya dibilang terendah frustasi hampir tidak pernah karena kita exited lah ya di situ dengan perusahaan kecil cum modal cukup bayar gaji dan expenses selama 10 bulan pokoknya kita haru bisa nih. Kalau nggak ada income ya bubar, paling cari kerja lagi. Tetapi beruntung kita dapat kesempatan untuk pak SAR menangani beberapa bank. Mungkin timingnya nggak sengaja as 89 kan sesuatu 88 banyak bank baru dibuka, kita berhasil.
Di situ awal mendirikan data center?
Itu masih membuat software untuk perbankan.
Itu saat krisis 98 masih dengan Sigma?
Masih. Nah 98 munculah krisis, kalau dibilang down atau apa, sedikit. Waktu itu saya pikir pelayan kita perbankan semua, perbankan banyak ditutup krisis moneter sebetulnya banyak kehilangan klien, tetapi perusahaan kita nggak apa-apa. Karena kita nggak punya utang, punya cukup tabungan untuk lebih survive. sampai satu titik 98 itu sudah deh simple-lah pemikirannya, capek nih ngeluh mulu. Sekeliling semua mengeluh karena krisis dan lain-lain.
Akhirnya keluarlah bikin Bali Camp di bali bikin software developer campus merekrut programer. Lalu kita cari kerjanya di Amerika di Eropa, pembuatan program untuk perusahaan di sana. Inisiatif kedua kita membangun data center, tujuannya waktu itu untuk membantu klien klien perbankan yang masih survive supaya lebih efisien di dalam negeri.
Akhirnya, sudah deh data centernya dipindahin ke kita, kita yang kelola, biayanya 100, kita cas deh 70 jadi kalian dapat savingnya. Kita toh harus bisa mengelola dengan lebih baik. Itu awalnya membuat data center. Kalau yang satu lagi Bali Camp saya bilang daripada kita mengeluh lebih baik kita membuat suatu dan coba merambah keluar jual jasa kita dan menarik sebelumnya dengan ini programmer kita juga akan tidak berhenti proses belajarnya. Jadi dua hal itu yang dilakukan pada krisis.
Bicara data center, misalnya kita kasih kata data center ke masyarakat awam di Indonesia. Mungkin nggak banyak yang tahu apa itu Data Center. Kalau misalnya Pak Toto bisa jelaskan sederhananya supaya bisa tahu seberapa besar potensi bisnis data center di Indonesia dan seberapa penting untuk kemajuan ekonomi di Indonesia?
Mungkin kalau definisi data center secara menyeluruh itu adalah tempat penyimpanan data dan lain-lain. Secara definisinya, ada rumahnya, ada server storage-nya di dalamnya dan itu harus dikelola berjalan dengan baik semuanya.
Secara bisnisnya bisa macam macam. Di dalam data center orang bisa melakukan bisnis cloud computing. Menggunakan server menyewa menyewakan, ada juga disebut kalau secara general di maket data center bisnis atau data center colocation bisnis. Itu yang memuat gedungnya lalu menyediakan infrastruktur, listriknya, air conditioning-nya, itu yang namanya data center colocation business.
Perusahaan DCI data center colocation. Jadi perusahaan-perusahaan yang akan menggunakan mempunyai server maupun storage yang besar dan harus dikelola dengan baik. Supaya bisa berjalan 24 hour seven days, nggak mati mati dan secara securitynya nggak gampang dicuri orang dan lain lain. Itu meletakkannya di data center colocation seperti kami.
Apakah itu besar atau kecil, seperti perbankan misalnya dapat membangun sendiri gedung ataupun sarana berikut reconditioning, UPS, genset dan mengelola, lebih make sense dia meletakkan ke profesional seperti DCI, itu data center colocation bisnis.
Sedangkan perusahaan amazon web services misalnya. Itu mereka cloud computing bisnis. Itu yang disebut cloud. Mereka yang menginvestasikan server, storage, dan lain-lain berikut tools-nya diletakkan di data center, apa aja membangun sendiri atau diletakkan seperti kami. Lalu mereka melayani market.
Potensi sangat besar. DCI sendiri untuk berkembang lebih besar lagi ketika ekonomi digital sangat berkembang jauh sekali, terutama di masa pandemi.
Jadi, data center ini merupakan salah satu infrastruktur utama untuk digital ekonomi. Di mana basic infrastruktur yang dibutuhkan digital ekonomi itu satu data center satu lagi jaringan yang artinya untuk mengakses data dan lain lain.
Jadi, data center pasti akan dibutuhkan cukup besar. Apakah ini di dalam negeri maupun di luar negeri. Kalau kita lihat, kita pernah melakukan memeriksa research dari beberapa company di tiap negara. Dua tahun yang lalu, Singapura data sizenya hampir 400 megawatt dan Indonesia waktu itu, baru 40, baru seper 10nya.
Lalu menghitung, berapa sih size data center per kapita di tiap negara. Make sense kan kita ngomong per kapita, setiap orang ke depannya sekarang ini akan menggunakan fasilitas data center. Dengan menyimpan foto video dari whatsapp-nya, menggunakan TikTok, Facebook, dan lain-lain. Handphone mengakses data center untuk mengambil data mengirimkan datanya. Keluarnya angka-angka itu.
Lalu kita pelajari, Singapura tertinggi di dunia 100 watt per capita. Mengukur data center itu dari watt listrik yang digunakan untuk menyalakan komputernya doang. Singapura tertinggi di dunia, kedua Islandia, Jepang itu 10 watt per kapita, Indonesia itu di bawah 1 watt perkapita.
Jadi kalau kita pelajari kenapa Indonesia lebih rendah, kenapa Singapura tinggi. Karena Singapura region hub, perusahaan besar Facebook, Google,dan lain lain mereka untuk melayani masyarakat Indonesia menggunakan data center di Singapura. Contohnya sekarang 60 juta orang lebih di Indonesia, datanya itu ada di Singapura bukan di Indonesia. Ini real sampai sekarang.
Ada hubungannya kedaulatannya?
Ini langkah ke depan yang kita bisa lihat manfaatnya kemana, impact-nya apa. Kalau untuk sementara, untuk pengguna di Indonesia kalau mengakses Facebook-nya, dari hp dia menyambung ke internet, internet itu lari ke Singapura dulu. Akses datanya di Singapura balik lagi (ke Indonesia) gitu.
Walaupun perusahaan data center itu sangat penting untuk menjaga keamanan dan privasi seseorang?
Ini yang menjadi isu ke depan bahwa gimana sih negara kita bisa menjaga privasi keamanan data konsumen di indonesia, penduduk indonesia. Belum lagi kita bilang bisa dimanfaatkan untuk apa saja itu data? Yang 60 juta orang lalu posting dipelajari lifestyle dan prefference political dan lain-lainnya seperti apa.
Nah bagaimana pemerintah kita memanfaatkan itu untuk mengelola negara ini dengan baik. Kalau datanya itu kita nggak punya hak untuk akses itu.
Jadi, masih sangat kurang data center di Indonesia?
Kita lihat yang normal apa, on the conservative way. Kenapa saya konservatif, karena Jepang penduduknya tua. Sedangkan Indonesia ini muda, harusnya penggunaan data center dan intensitas penggunaan internet di Indonesia lebih tinggi per orang.
Tapi kita ambil Jepang aja 10 watt per kapita, dan kita 270 juta orang harusnya data center sizenya sekitar 2.700 megawatt. Kalau data itu semua di Indonesia semua, hanya untuk penggunaan sendiri. Belum untuk melayani negara dan tempat lain. Itu kalau kita sebagai perbandingannya.
Di mana kita sekarang, mungkin akhir tahun lalu 80-90 megawatt, jadi ini masih besar sekali gap-nya.
DCI sendiri kapasitasnya berapa?
Kita DCI 37 megawatt plus di Karawang 15, jadi 52. Indonet sekitar 6 megawatt. Total masih 50% dari total market. Ke depan ini akhir tahun ini sudah melampaui 150 megawatt, yang on contract di seberang ini sekitar 40an ya. Bisa 150 sampai 200 megawatt.
Itu semua terproyeksi, apa yang dilihat sama DCI?
Kita melihatnya, berapa banyak data center mulai membesar karena apa? Kita lihat 2 tahun terakhir, the big cloud provider misalnya seperti Google, Amazon, Microsoft, Alibaba, itu mulai masuk meletakkan di Indonesia. Untuk melayani market Indonesia untuk cloud computing services mereka. Itu salah satu driver hipper scaller nasabah besar-besar. Ini belum kita konter provider Facebook, TikTok dan lain lain untuk meletakkan servernya di Indonesia. Itu belum. Jadi masih banyak depannya.
Apalagi kalau sekarang anti misalnya 5G sudah employee. Urusan network tidak menjadi isu lagi. Ini akan mempercepat perusahaan konten untuk masuk di Indonesia. Jadi potensi size data center di Indonesia menjadi besar is real.
Apalagi semua sudah terhubung digital, termasuk ke pedagang pasar pun?
Betul, lalu kita lihat unicorn unicorn di Indonesia itu mereka pasti menggunakan cloud computing cukup intensif. Jadi artinya, cloud computing harus menggunakan data center juga.
Untuk DCI sendiri porsinya berapa persen. Mungkin bisa bicara persen perusahaan luar negeri menggunakan DCI dan juga di dalam negeri. Porsinya berapa berapa?
Kalau dari size of the business dari kapasitas mungkin sekitar 90% digunakan dari perusahaan luar negeri (DCI). Kalau jumlah pelanggan equal deh ya. Tapi karena dari luar negeri besar-besar ninety percent of our bisnis.
Mungkin ini juga yang menjadi sentimen sehingga nama muncul merangsek ke dalam 20 daftar orang terkaya di Indonesia?
Nah itunya sih nggak penting ya.
Tapi, gimana perasaan bapak ketika nama itu muncul?
Buat saya kurang menyenangkan, karena kalau kita sukses seseorang dilihat dari karyanya, bukan angkanya. Sedangkan angka cuma di atas kerta saja. Jadi saya punya definisi dari kecil, orang kaya itu yang bisa memberikan impact lebih besar, punya banyak teman. Orang kaya secara finansial yang dirinya merasa cukup lebih dari cukup.
Bukan angkanya makin lama makin besar. Seberapa besar justru memberikan value memberikan dampak ke yang dia bikin. Yang banyak teman itu orang kaya, disenangi orang, disayang orang, itu orang kaya.
Justru berarti nggak senang ya pak namanya di situ?
Nggak, buat saya itu sama kalau kita bilang metaverse itu angka virtual. Bukan menjadi passionnya saya sendiri. Misalnya berbahagia apa yang saya kerjakan bisa memberikan manfaat banyak untuk banyak orang itu buat saya cukup.
Kalau misalnya sebutan 'Bill Gates'. Pak Toto bagaimana responsnya?
Itu medialah yang suka ini. Sebetulnya jauhlah.
Diaminkan tapi Pak?
Nggak usah juga, lebih baik Toto aja. Bukan orang lain. Artinya itu kan membandingkan dari sisi bidang teknologinya. Tetapi dibilang Bill Gates salah kali ya, mungkin Bill Gatel, gatel yang ingin bikin yang baru terus.
Bicara soal teknologi, saat ini ramai teknologi blockchain digunakan salah satu menghasilkan cryptocurrency, Pak Toto juga salah satu saat ini menjadi penasihat Indodax?
Masih
Cerita dong soal pandangan Bapak tentang cryptocurrency yang saat ini sedang ramai dibicarakan di mana mana. Digunakan juga juga oleh anak muda, anak sekolah sampai yang tua-tua juga ngomongnya kripto. Pak Toto ada pendapat soal itu?
Sebetulnya ketertarikan saya waktu itu mau jadi advisor dari bitcoin.co.id, lalu kita usulkan ganti namnya Indodax itu lebih banyak dari dua hal. Satu membantu entrepreneur, yang ownernya dua orang oscar dan william datang sama saya meminta saya jadi mentor. Kedua, blockchain teknologinya, bukan cryptocurrency nya.
What's interesting from that?
Blockchain teknologi menurut saya akan sangat bermanfaat untuk manusia maupun untuk ekonomi. Membuat akan segala sesuatu akan jadi lebih efisien menghilang banyak birokrasi dan sentralisasi. Artinya kita bilang smart contract, distributed legend, mekanismenya seperti internet.
Di mana distribusi tidak ada central control. Kalau kita gunakan blockchain teknologi untuk hal hal yang simple misalnya, transfer uang atau remittance. TKI mau kirim uang dari tempat kerjanya ke kampungnya, kalau menggunakan blockchain teknologi biayanya dan kecepatannya jauh lebih murah daripada seperti apa yang mereka bayarkan sekarang. Adanya center birokrasi melalui bank dan melalui apa lagi, itu manfaatnya banyak sekali. Itu contoh dan dari teknologinya sendiri
Kita bayangkan contohnya ada pihak yang menggunakan blockchain teknologi untuk mengelola zakat, transparansinya jelas sekali. Uang yang kita sumbangkan kita tahu persis jatuhnya sampai ke mana. Atau digunakan perusahaan-perusahaan banyak juga, untuk trackability dari kopi misalnya. Sumbernya apakah ini dari daerah mana. Itu blockchain teknologinya sebetulnya banyak sekali case-nya kita bisa gunakan. Beberapa negara sudah menggunakan, perusahaan besar banyak menggunakan untuk logistic misalnya.
Itu kita bisa kita lihat. Ambil contoh deh sertifikat menggunakan blockchain teknologi, itu semuanya akan menjadi lebih rapi dan lebih murah ongkosnya.
Dan juga jadi lebih ramah lingkungan kah?
Betul. Jadi kita lihat blockchain teknologi dimanfaatkan itu akan memberikan impact besar. Ketertarikan waktu itu, itu. Sedangkan cryptocurrency masih nggak jelas sebetulnya, dan walaupun secara mekanisme itu masuk di akal. Tetapi kayaknya ini bisa dipakai, namanya teknologi, akan digunakan sesuatu yang baik atau yang buruk.
Bitcoin banyak katanya digadang-gadang money laundry, drugs money. Karena banyak negara belum bisa melakukan trackingnya seperti apa. Belum regulasinya. Tetapi kalau apakah bisa menjadi currency yang diterima di dunia, Itu masih big question.
Tetapi melihat volume seperti sekarang, terlepas mereka tidak ada fundamentalnya, nggak ada backup dari build-nya dan lain-lain. Tetapi kalau kita ngomong US dollar juga tidak dibackup oleh itu lagi. Yang kita perhatikan, apakah ini menjadi mainstream apalagi kalo anti yang namanya metaverse itu ada. Nah saran pemerintah akan menggunakan apa. Pilihan utamanya pasti kripto, NFT dan lain lain, token. Jadi let's see ke depan seperti apa.
Kalau memang Metaverse kejadian di masa depan kripto adalah sesuatu yang menjanjikan?
Yang sangat efektif, kecuali negara-negara mulai membuat digital currency sendiri. Negara China mereka punya digital currency sendiri, digital yuan. Setiap negara ingin juga mengontrol secara moneter, itu akan menjadi kendalanya cryptocurrency. Sekarang kalau di Indonesia, cryptocurrency dianggap komoditi saja, bukan currency, bukan saran pembayaran.
Makanya diatur Bappebti Kementerian Perdagangan?
Betul, jadi itu pure demand dan supply. Barangnya nggak ada gitu ya.
Saat ini gara-gara barangnya nggak ada jadi spekulatif, beberapa lembaga mengharamkan cryptocurrency, Pak Toto melihat itu bagaimana?
Menurut saya relatif, tidak perlu. Daru manfaatnya kalau memang manfaatnya bisa digunakan. Sekarang NFT sama. Kalau mengharamkan nggak perlu menurut saya, mengontrol iya. Kalau ada ada regulasinya.
Tidak perlu ada fatwa haram ya mestinya?
Nggak mesti, haram itu yang memberikan buruk buat yang lain.
Apakah bapak melihat itu lebih kepada literasi yang sangat rendah, sehingga akhirnya tidak bisa dipahami lebih luas?
Iya literasi. Iya. Again kembali ke cryptocurrency self. Menurut saya blockchain teknologi, satu teknologi yang sangat bermanfaat.
Berarti Pak Toto Pro terhadap investasi di aset kripto?
Saya belum pernah main sekalipun. Sama sekali belum pernah beli saya.
Pandangannya bagaimana?
Pandangan saya, apakah ini benar-benar jadi mainstream? Tapi kan main di kripto orang motifnya untuk mencari lebih banyak cari untung. Indonesia maupun di negara-negara lain. Jadi bukan motivasi kita utama. Ini bentuk investasi yang baik atau nggak? No comment.
Karena dari pemain kripto di Indonesia ini 90% di bawah 40 ya. Kalau yang umur umur kaya saya kan nggak main.
Bapak sendiri melihatnya karena ikut-ikutannya saja?
Mereka lebih melihatnya practicality-nya. Satu menarik sih kalau observer generasi yang muda ini, mereka punya raise appetite tinggi. Tapi juga mengerti tentang investasi, 'saya daripada menabung uang mending saya invest, beli saham, beli kripto'.
Kenapa kripto begitu populer? Karena kemudahannya. Untuk mulai masuk ke trading gampang, untuk melakukan transaksi gampang, nggak terlalu banyak regulasi yang aneh-aneh. Kaya wise-nya nggak aneh-aneh, prosesnya sangat praktis buat mereka. Dan memang mereka spending more hour in front of laptop maupun mobile device mereka.
Jadi mereka memonitor, kalau seperti saya nggak ada waktu untuk memonitor harga seperti apa, lebih baik jangan main.
Berarti nggak sekadar ikut-ikut aja?
Bukan-bukan, menurut saya itu generasi selanjutnya. Apa lagi nanti masuk di metaverse. Sekarang NFT sudah mulai digadang-gadang.
What do you think about NFT?
NFT ya kita lihat saja sampai metaverse hidup pasti isinya NFT semua tuh.
Berarti adalah sesuatu yang menjanjikan kalau saat ini invest di NFT?
Waduh saya lebih prefer ada fisiknya, lukisan saya lebih mending lukisan benar-benar.
Bicara soal investasi, Pak Toto orang yang konservatif atau moderat?
Saya konservatif
Kasih tips dong buat anak muda, ini kan banyak saat ini anak muda yang doyan-doyannya investasi, mau di saham di kripto, emas, obligasi. Pak Toto ada tips buat anak muda?
Saya bukan jagoan di investasi. Tetapi kalau merintis perusahaan lalu membuat perusahaan menjadi available, itu saya lebih punya passion. Jadi kalau risiko yang lebih besar, saya bikin perusahaan. Invest di perusahaan.
Kalau tabungan secara finansial investasi, konservatif , obligasi negara Indonesia itu saya invest di situ. Karena saya bilang ini baik.
Kripto sendiri nggak ya?
Nggak.
Kalau buat pengusaha, bapak kan juga pengusaha nih. Juga banyak lahir pengusaha baru di masa pandemi. Kasih tips buat pengusaha muda saat ini yang baru merintis usahanya dari Pak Toto?
Tipsnya sebetulnya, kalau yang bisa saya bisa share. Kalau memang passion kita bisnis model yang kita buat itu bisa memberikan manfaat besar untuk orang banyak. Mestinya itu difokuskan. Jadi jangka panjang kalau bisa. Itu biasanya kalau biasanya merintis perusahaan, saya melihatnya itu sebagai guide line-nya bisa memberikan manfaat banyak. Jangka panjang sustainability nya. Bukan hanya hype sementara.
Artinya jika melihat ada manfaatnya di masa depan, teruskan?
Betul. Misalnya tokopedia misalnya e-commerce, jelas manfaatnya bagi banyak orang dari mulai proses, pertanian, UMKM, dia bisa dari agen mudah memasarkan dari ke konsumen tanpa dari distributor dan lain-lain. Itu jelas sekali bisa meningkat. Makanya value-nya, tinggal sekarang sustainability sehingga itu bikin menjadi besar. Dan cuma seperti hype saja, lagi mode lagi trend, mungkin gaming dan lain lain, menjadi part of ini itu oke.
Fokuslah pada manfaat dan itu yang akan memberikan apresiasi besar dari masyarakat. Jadi contoh ke depan cyber security menjadi big demand in the future. Kita lihat mulai muncul BI kena hack apa lagi semua. Entrepreneur muda-muda mulia lihatlah bidang itu. Karena manfaatnya banyak. Jadi tipsnya itu.
Kedua, mimpinya bangga jangan murni cuma uang, uang itu nanti datang sendiri. Kalau secara simple-nya itu.
Apa mimpi terbesar seorang Otto Toto Sugiri?
Ingin negara ini menjadi negara utama di dunia secara ekonomi independen dan lain lain, itu mimpinya itu, kita bangga dan semua orang bangga menjadi Indonesia.
Untuk DCI?
Untuk DCI, sendiri supaya bermanfaat untuk di negara kita dan bisa diteruskan oleh generasi selanjutnya. Untuk saya sendiri pribadi cukup bahagia karya karya yang kita buat banyak manfaatnya.