Srikandi BUMN Pilihan Erick Thohir, dari Bankir Kini Ngurusin Tol Laut

Wawancara Khusus Dirut PELNI Tri Andayani

Srikandi BUMN Pilihan Erick Thohir, dari Bankir Kini Ngurusin Tol Laut

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 08 Mar 2022 07:45 WIB
Direktur Utama PELNI Tri Andayani
Foto: Dok. PELNI
Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak jajaran direksi PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT PELNI (Persero). Posisi Direktur Utama, semula Insan Purwarisya L. Tobing digantikan oleh salah satu Srikandi BUMN, Tri Andayani.

Memang wanita yang akrab disapa Anda ini bukanlah orang baru di jajaran BUMN pelayaran. Dia pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PELNI pada April 2017 hingga 27 Desember 2019. Sebelumnya, Anda juga telah menyelami berbagai sektor pekerjaan, mulai dari perbankan, perusahaan peralatan elektronik, logistik, farmasi sampai pelayaran.

detikcom mewawancarai Anda terkait perjalanan karir dan gebrakan apa yang akan dia lakukan di PELNI. Berikut kutipan wawancaranya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Boleh diceritakan bagaimana perjalanan karir hingga menjadi pimpinan di PELNI?

Saya pertama kali bekerja tahun 2000 di PT Bank Negara Indonesia, Tbk (BNI) sampai tahun 2015. Jadi selama 15 tahun saya menjalani pekerjaan sebagai seorang bankir. Di BNI saya merasa mendapatkan bekal yang sangat lengkap untuk menunjang pekerjaan saya sekarang.

ADVERTISEMENT

Waktu itu dari tahun pertama sampai tahun ke-6 di BNI, saya berada di Divisi Kredit Menengah/Korporasi. Di situ saya harus memahami benar dasar-dasar keuangan suatu perusahaan yang sehat. Hanya perusahaan yang sehat yang dapat diproses permohonan kreditnya, kan? Saya mempelajari pola bisnis dan struktur keuangan dari semua debitur yang saya kelola. Nah, dari sinilah saya memahami bagaimana mengelola perusahaan agar keuangannya sehat dan bagaimana suatu perusahaan dapat optimal dengan modal dan aset yang dimilikinya. Jadi selama 6 tahun saya dibekali pemahaman mengenai aspek keuangan.

Selanjutnya dari tahun ke-7 sampai tahun ke-11 saya di Group Supporting Dewan Komisaris BNI. Di sana saya mempelajari bagaimana Dewan Komisaris dan Direksi berinteraksi dengan perannya masing-masing. Saya selalu terlibat dalam rapat Dewan Komisaris dengan Direksi sehingga saya mendapatkan pelajaran, mulai dari bagaimana mereka berdiskusi untuk membahas suatu masalah sampai dengan proses pengambilan keputusan. Itu menurut saya bekal yang sangat penting, seperti kawah candradimuka istilahnya.

Kemudian di tahun ke-12 sampai ke-15 saya ditugaskan ke Divisi Hubungan Lembaga dan saya diminta mengelola beberapa Kementerian/Lembaga/Badan dan Perusahaan BUMN. Dari sini network saya mulai terjalin dengan berbagai karakter orang dari latar belakang dan level jabatan yang berbeda. Di situ saya merasa mental saya diasah untuk berhadapan dengan birokrasi sampai pejabat level Menteri.

Bagaimana karir Ibu setelah di BNI?

Tahun 2015, saya diberikan amanah oleh Kementerian BUMN untuk menjadi Direktur Keuangan di PT Len Industri (Persero). Menjadi Direksi adalah pengalaman pertama saya waktu itu. Pasti deg-degan banget, bisa nggak ya, bisa nggak ya? Hal pertama dan yang terpenting dalam setiap tugas yang diberikan kepada saya adalah pemetaan masalah. Karena dengan pemetaan masalah yang jelas pasti akan menghasilkan solusi yang tepat.

Setelah itu saya akan menetapkan prioritas berdasarkan target waktu penyelesaian yang ditetapkan. Prioritas itu didasarkan pada permasalahan yang memberikan potensi dampak kerugian yang signifikan pada perusahaan. Alhamdulillah waktu itu masalah yang saya petakan selesai dalam waktu 2 tahun penugasan saya di situ.

Dari Len Ibu diminta ke PELNI, untuk membenahi masalah apa?

April 2017 saya diberikan amanah ke PELNI. Saya ingat waktu itu Kementerian BUMN menugaskan saya untuk menyelesaikan penyerapan dana PMN untuk pembelian 6 armada kapal tol laut.

Saya mulai membangun sistem pembayaran cashless, baik kepada penumpang maupun kepada pihak ketiga, karena memonitor keuangan 45 Cabang, dan 114 Terminal Point serta 106 Kapal bukanlah hal yang mudah.

Kemudian 2019 selesai penugasan saya di PELNI, namun masih jadi Komisaris Independen di anak usaha PELNI yaitu PT Sarana Bandar Nasional (SBN). Sama seperti perusahaan pelayaran lainnya, ketika pandemi melanda dan PPKM diberlakukan banyak kapal yang port stay. Banyak pelabuhan yang tutup. Nah, SBN yang menjadi salah satu backbone PELNI di bidang logistik harus mikir nih, bagaimana bisa mendapatkan laba yang sustain. Memang itu nggak mudah, tapi kita berupaya untuk survive.

Saat itu saya minta Direksi untuk melakukan diversifikasi usaha yaitu dari logistik maritim ke logistik darat. Yang tidak bisa dipakai hanya crane di kapal karena kapal sedang portstay. Tapi truk SBN kan bisa dipakai, kontainer juga masih bisa dipakai. Ya sudah sekarang pindahin ke darat, angkut dari gudang ke gudang yang masih satu provinsi atau satu pulau. Alhamdulillah anak perusahaan survive selama 2020-2021. Dan hasilnya laba mereka sustain, sama seperti sebelum pandemi terjadi.

Setelah dari PELNI yang merupakan perusahaan pelayaran, Ibu diminta untuk ke Phapros, apa tantangannya?

Di perusahaan farmasi ini saya harus cepat beradaptasi. Sebagai Direktur Marketing saya harus segera mempelajari produk yang dihasilkan oleh Phapros. Bagaimana mau memasarkan dan menjual kalau saya tidak paham produknya?

Namun saya menyadari bahwa saya yang tidak memiliki latar belakang farmasi akan lama kalau saya benar-benar mempelajari detail satu per satu produk tersebut. Sehingga saya putuskan untuk mempelajari struktur produknya saja. Masing-masing produk, over the counter, generic dan ethical memiliki karakteristik masing-masing, baik dalam hal membangun pasar, metode promosinya maupun peran produk tersebut terhadap pendapatan dan laba perusahaan.

Setelah itu saya memetakan pasar mana yang dapat menyerap/membeli produk kami dalam jumlah nominal yang besar. Dari situlah kami masuk. Alhamdulillah hasilnya sudah mulai keliatan.

Apa program 100 hari atau visi misi Ibu dalam memimpin PELNI ketika mendapat penugasan dari Pak Erick?

PELNI itu perusahaan pelayaran yang potensinya besar. Dengan 45 kantor cabang, 114 terminal point dan total 106 kapal berlayar ke seluruh Indonesia. Itu jadi sumber daya PELNI yang luar biasa.

Kami menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi penugasan dari Pemerintah untuk pelayanan transportasi laut dan fungsi sebagai sumber pendapatan bagi negara dalam bentuk setoran dividen.

Untuk fungsi pertama, harus kami pastikan bahwa kehadiran kapal-kapal kami melalui penugasan Kapal Penumpang dan Kapal Perintis dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia hingga ke pelosok negeri sehingga mereka merasakan kehadiran Pemerintah dalam layanan transportasi publik. Kami juga akan terus berusaha meningkatkan pelayanan sejak pre on board, on board hingga post on board, yang mencakup aspek kenyamanan, keamanan dan keselamatan sebagai aspek utamanya.

Sedangkan untuk fungsi lainnya, yaitu fungsi kedua, kami akan terus berusaha untuk meningkatkan kinerja sehingga menghasilkan laba yang sustain bagi perusahaan yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi positif kepada negara dalam bentuk dividen. Saat ini memang laba PELNI belum mencukupi untuk memberikan dividen kepada Pemerintah, namun saya yakin dalam waktu 4-5 tahun ke depan PELNI dapat segera memberikan dividen kepada Pemerintah.

Untuk percepatan ini kami akan focus pada bisnis logistic maritim, namun dengan tetap memperhatikan penugasan yang diberikan Pemerintah kepada kami. Saya ingin keberadaan kapal PELNI lebih banyak lagi, baik dari sisi jumlahnya maupun perannya di seluruh lautan Indonesia sehingga kehadiran PELNI sebagai national flag carrier di bidang maritim dapat lebih dirasakan dan menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia.

Apa akan ada perubahan porsi bisnis PELNI?

Porsi bisnis PELNI saat ini masih didominasi oleh pelayanan penumpang. Saat ini proporsi antara penumpang dengan logistik masih di 65% dan 35%. Saya ingin kondisi ini berbalik dalam waktu 2 tahun menjadi 45% dan 55%, masing-masing untuk porsi pendapatan penumpang dan pendapatan logistic.

Untuk mencapai keinginan tersebut, kami harus melakukan transformasi, karena mengubah dominasi pola bisnis, dari layanan penumpang menjadi layanan barang (logistic) merupakan satu tantangan yang menarik. Transformasi ini tentu harus di-support dengan struktur organisasi dan human capital yang fit serta proses digitalisasi yang masif. Prospek bisnis logistik masih terbuka lebar saat ini. Apalagi program Pak Jokowi adalah Tol Laut.

Pemerintah menitipkan Program Tol Laut ini kepada PELNI untuk benar-benar dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Isu utamanya saat ini adalah muatan balik (dari wilayah Indonesia Timur ke wilayah Indonesia Barat) belum optimal bahkan kosong.

Untuk ini kami akan menggandeng bupati-bupati yang daerahnya dilewati oleh trayek Kapal Tol Laut kami, untuk berkomitmen menggunakan kapal kami, kapal yang disediakan oleh Pemerintah. Selama ini mungkin sosialisasi dan engagement-nya ke pemerintah-pemerintah daerah yang belum dilakukan secara maksimal sehingga saya khawatir ada daerah atau kabupaten yang sebenarnya punya muatan balik tetapi tidak ter-capture dan tidak disinggahi.

Saksikan juga: Jadi Karyawan Kutu Loncat, Apa Salah?

Sekarang ada kalangan yang beranggapan jika perempuan tak bisa jadi pemimpin, bagaimana tanggapan Ibu?

Menteri BUMN dalam beberapa kesempatan selalu menunjukkan dukungannya pada kepemimpinan perempuan dan itu dijadikan sebagai bagian dari transformasi SDM BUMN untuk mewujudkan kesetaraan kepemimpinan di BUMN. Bahkan beberapa waktu lalu juga beliau membuat event bagi para perempuan untuk menggantikan posisi Beliau sebagai Menteri dan menggantikan posisi 5 Direktur Utama BUMN dalam 1 hari.

Regenerasi dan komposisi kepemimpinan perempuan saat ini benar-benar dimonitor dan dijadikan Key Performance Indicator Direksi oleh Kementerian BUMN.

Kita melihat bahwa di level Direksi BUMN jumlah kepemimpinan perempuan terus bertambah dan kinerjanya juga tidak kalah dibandingkan dengan pria. Jadi saya tidak setuju dengan anggapan bahwa perempuan tidak bisa jadi pemimpin. Dengan kelembutan kami kaum perempuan justru dapat menjadi motivator dan kolaborator dalam perusahaan. Kepemimpinan perempuan juga biasanya akan lebih soft dalam penyelesaian permasalahan, sekalipun tidak menghilangkan ketegasan kami dalam mengambil keputusan.

Satu hal yang penting untuk kepemimpinan perempuan, bahwa sudah diberikan tanggung jawab di dunia kerja, maka harus bekerja dengan professional dan jangan baper-an (bawa perasaan). Kepemimpinan harus punya komitmen: kuat pikir, kuat mental, dan kuat fisik.

Di PELNI, dengan komposisi pegawai sebanyak Âą4.500 orang laki-laki dan 500 orang perempuan, yang berada di laut sebanyak Âą3.500 orang dan di darat sebanyak 2.000 orang tentu menjadi tantangan. Harapan saya, dengan bergabungnya kembali saya di PELNI menjadikan teman-teman dapat semakin guyub dan semangat untuk memajukan PELNI menjadi lebih besar dan kuat.

Apa prinsip yang Ibu pegang hingga saat ini?

Prinsip hidup saya adalah dapat memberikan manfaat bagi banyak orang. Kalau istilah Bahasa jawanya itu "Urip iku Urup".

Nah, Ketika saya sudah diberikan tanggungjawab untuk menyelesaikan satu pekerjaan, maka saya akan menyelesaikan pekerjaan itu hingga tuntas. Karena Ketika pekerjaan itu tuntas, hasilnya baru dapat dirasakan oleh banyak orang.

Kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas, kerja mawas dan kerja ikhlas, itu adalah pedoman saya dalam bekerja. Kerja keras itu kita harus tahu bagaimana penyelesaiannya. Kerja cerdas itu mencari dan mengeksekusi solusi dari masalah yang sudah dipetakan tersebut. Kerja tuntas ya kalau kerja harus dituntaskan sampai tercapai tujuannya. Kerja mawas maksudnya selain bekerja juga jangan lupa melakukan pengawasan. Dan terakhir adalah kerja ikhlas, dimana kita tidak hitung-hitungan dengan waktu kerja kantor. Biasakanlah selesaikan semua pekerjaan kita yang bisa kita selesaikan semua di hari itu, karena kalau ditunda besoknya pasti akan semakin banyak atau terakumulasi.

Selain itu dalam bekerja juga harus achievement oriented. Hal ini supaya fleksibel dan tidak kaku. Kadang-kadang kita itu diikat oleh aturan yang kita buat sendiri. Misalnya saya mau lari ke sana mesti cepat, tapi sepatu yang dipakai masih sepatu balet, ya akibatnya bisa kepeleset karena tidak pas penggunaannya. Kan aturan bisa diubah, beli sepatu lari sehingga benar-benar bisa berlari dan tidak kepeleset. Istilahnya harus cepat beradaptasi. Selama itu kepentingan untuk mencapai tujuan korporasi ya lakukan.

Sebagai wanita karir, bagaimana cara Ibu membagi waktu dengan keluarga?

Membahagiakan keluarga pasti menjadi kebahagiaan kita juga. Karenanya saya selalu sempatkan untuk membagi waktu dengan keluarga walaupun sebentar. Yang penting kualitasnya. Nonton film, makan bersama atau hanya sekedar bercengkerama di ruang keluarga sambil nonton TV juga menjadi hal yang menyenangkan. Kalau ada cukup waktu, keluar kota tentu juga menyenangkan.

Bagaimana cara Ibu agar tetap fresh ketika menjalani pekerjaan?

Terkadang saya ingin keramaian, tapi terkadang saya ingin sendiri. Kalau ingin keramaian, biasanya saya kumpul-kumpul dengan teman-teman kuliah, teman-teman BNI, teman-teman Len Industri, teman-teman PELNI, teman-teman Phapros.

Entah hanya sekadar ngopi, makan atau berolahraga. Tapi kalau saya ingin sendiri biasanya saya main piano atau baca buku. Saya main piano sejak 10 tahun dan saya suka baca buku sastra Indonesia, antara lain karya Remy Silado, Ahmad Tohari dan Pramoedya Ananta Toer.


Hide Ads