Buka-bukaan Bos Unilever Perjuangkan Kesetaraan di Dunia Kerja

Wawancara Khusus Presdir Unilever Ira Noviarti

Buka-bukaan Bos Unilever Perjuangkan Kesetaraan di Dunia Kerja

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 06 Sep 2022 08:11 WIB
Presdir Unilever Indonesia, Ira Noviarti
Foto: Dok. Unilever Indonesia
Jakarta -

Siapa tak tahu PT Unilever Indonesia Tbk? Produk-produknya telah menemani keseharian konsumen mulai dari sektor kecantikan, perawatan tubuh, produk kebersihan rumah tangga, hingga produk makanan dan minuman.

Bos Unilever Indonesia kini berada di bawah kendali Ira Noviarti sebagai Presiden Direktur sejak 25 November 2020. Kedudukannya sebagai pemimpin di perusahaan multinasional membuktikan bahwa perempuan juga bisa setara laki-laki.

"Walaupun culture dan stigma terutama di Indonesia terbatas untuk perempuan, itu bisa sama suksesnya dengan pria. Ini sebenarnya culture dan stigma yang pelan-pelan harus dihilangkan. Perempuan dan laki-laki itu masing-masing memiliki kekuatan dan kombinasi yang akan membuka kemungkinan lebih bagus," kata Ira dalam wawancara khusus detikcom beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ira bertekad bisa membawa Unilever Indonesia mencapai kesetaraan pada 2025. Dalam kesempatan ini dia juga bercerita mengenai perjalanan karier, gaya kepemimpinan, hingga tantangan perusahaan menghadapi pelemahan ekonomi global.

Simak selengkapnya wawancara khusus Presiden Direktur Unilever Indonesia dengan detikcom di bawah ini:

ADVERTISEMENT

Bagaimana perjalanan karier Anda sampai akhirnya bisa jadi pimpinan Unilever?

Kalau saya bisa cerita sedikit, di tahun 1995 saya join dengan Unilever Indonesia sebagai Management Trainee. Pada saat itu saya join, saya lulus dari Fakultas Ekonomi Major in Accountant, tapi pada saat itu saya join di marketing. Di tahun 1998 itu saya dikasih kepercayaan untuk jadi Regional Senior Brand Manager untuk Southwest Asia North Asia, lalu tahun 2000 saya diminta pegang one of the biggest brand Unilever Indonesia yaitu Pepsodent, lalu 2002 saya diminta sebagai Marketing Director di Ice Cream, jadi itu satu set on my career.

Set kedua saya masuk di 2005-2010 masuk sebagai Skincare Marketing Director di mana salah satu yang mungkin saya lakukan lumayan besar adalah membuat Pond's yang tadinya nomor 10 brand di global dibandingkan sama Pond's di negara lain di dunia, itu menjadi nomor 1 pada saat itu. Saya dengan tim juga membuat skincare bisnis itu size-nya 3x lipat selama 5 tahun dan membuat skincare itu waktu itu the most profitable capality. Nah 2010 saya diangkat sebagai Floor Director Unilever sampai 2014, lalu pada 2014 sampai 2017 saya menjadi Managing Director untuk Unilever Food Solutions (UFS) Asia Tenggara berbasis di Singapura.

Lalu dipanggil ke Indonesia kembali untuk pegang BPC (Beauty dan Personal Care) Unilever Indonesia menjadi Direktur di 2018-2020 dan di akhir 2020 dikasih kepercayaan untuk menjadi CEO Unilever Indonesia.

Terlepas dari capaian yang banyak, perempuan kan sering diasosiasikan sebagai orang dapur. Tanggapan terkait pandangan itu?

Saya percaya kalau perempuan dan laki-laki itu memiliki kesempatan. Secara natural memiliki profile nature yang berbeda di mana sebenarnya saling melengkapi. Walaupun culture dan stigma terutama di Indonesia terbatas untuk perempuan, itu bisa sama suksesnya dengan pria. Ini sebenarnya culture dan stigma yang pelan-pelan harus dihilangkan. Perempuan dan laki-laki itu masing-masing memiliki kekuatan dan kombinasi yang akan membuka kemungkinan lebih bagus.

Untuk menghilangkan stigma perempuan sebagai orang dapur, di bawah kepemimpinan Anda bagaimana mengatasinya? Di dunia kerja lain mungkin perempuan sering mengalami diskriminasi seperti ketimpangan gaji dan jabatan, di Unilever Indonesia bagaimana?

Di Unilever kalau saya lihat, saya itu bersyukur bisa bekerja di perusahaan yang kita itu memiliki prinsip jelas banget terhadap perbedaan. Jadi value dari Unilever itu melihat gimana perempuan melawan kepercayaan yang tadi sudah saya share. Kita punya believe di mana kita melihat bahwa perempuan itu memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki, bahwa perempuan itu memiliki aspirasi yang juga penting untuk didengar dan penting untuk diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Nah karena believe tersebut, di Unilever Indonesia memiliki yang namanya set dulu strategi dan ambisi yang jelas untuk perusahaan. Jadi saya punya strategi dan tujuan jelas yang very clear, yang kita sampaikan ke seluruh tim kita di Unilever Indonesia di mana kita ingin memiliki organisasi yang gender balance dan kalau bisa itu 2025 mereka yang menduduki posisi senior, junior, bahkan across organization itu bisa 50:50, itu ambisinya 50% perempuan, 50% laki-laki.

Kalau sekarang journey kita ke arah sana bisa dibilang sangat menggembirakan karena di board of director saja kita sudah 50:50, lalu di senior leadership di bawah board juga yang jumlahnya kurang lebih 80 orang itu kita sudah 50:50. Di level bawahnya lagi yaitu manager dan asisten brand manager itu kita sudah di 45%. Ini yang kita juga harus terus gerakkan ke organisasi unit across level di Unilever Indonesia.

Caranya gimana?

Satu hal yang kita lakukan adalah kita memiliki namanya board, yang kita bilang equity, diversity, and inclusion board. Board ini sebenarnya ditugaskan untuk melihat dan membuat rangkaian program dan komitmen untuk bisa menjalankan kesetaraan gender ini dari mulai program mungkin hotspot-nya ada di sales, kalau sales itu di lapangan lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan.

Kalau di marketing malah kebalikannya, 85% perempuan, 15% laki-laki. Di finance juga 70% perempuan, which is sebenarnya nggak benar juga karena terlalu banyak perempuan juga nggak imbang juga karena akan ada suatu gap yang saya bilang dominant logic yang membuat suatu keputusan tidak diambil secara kaya karena terlalu setipe semua cara berpikirnya.

Jadi balik lagi ke equity, diversity, and inclusion board ini tugasnya adalah benar-benar melihat program rekrutmennya Unilever Indonesia seperti apa, bagaimana melihat level dalam karir perempuan yang mereka pada dasarnya kesulitan, biasanya ini ada di level pada saat perempuan usia 25-30 tahun. Pada saat itu di mana karirnya sudah mulai menanjak, tapi juga pada saat yang sama dia memutuskan untuk menikah dan punya anak. Biasanya kesulitannya adalah dari sisi prioritas membagi waktu, itu juga kita bantu dari sisi apakah program atau mungkin kariernya bisa saja dipilihkan agar tidak terlalu intens dulu sehingga dia bisa putar prioritas ke keluarganya. Nanti pada saat dia sudah siap, kita bisa berikan lagi posisi yang mungkin lebih melibatkan intensitas yang lebih tinggi.

Jadi kita juga ada fleksibilitas di situ. Program lainnya juga seperti mentoring, coaching untuk bisa melengkapi para perempuan bisa menjadi leader yang baik dan kuat. Pastinya juga fasilitas yang kita berikan untuk bisa membuat perempuan nyaman, misalnya pada saat dia menyusui anaknya itu kita buat nursery room, tempat penitipan anak, gitu.

Jadi mungkin itu secara gambaran besarnya dan komitmen sih dari semua leader di Unilever Indonesia harus tinggi karena kalau enggak, nanti kita lambat kecepatan untuk bisa dapatkan lebih banyak pemimpin perempuan di organisasi kita.

Berarti peran perempuan sangat penting ya bagi Unilever Indonesia? Apa goals Anda selama jadi pemimpin?

Pentingnya itu mungkin kalau bisa saya jelasin ada tiga hal. Pertama, penting banget untuk sebuah organisasi memiliki keberagaman dalam mengambil keputusan. Kebayang misalnya dalam suatu organisasi pengambil keputusannya semuanya pria. Pria kan memiliki dominant logic yang berbeda dengan perempuan, jadi mungkin dia pendekatannya lebih langsung. Perempuan lebih menggunakan aspek simpati dan empati yang lebih tinggi misalnya, banyak lah aspek dalam pengambilan keputusan yang harus dipertimbangkan oleh sebuah organisasi.

Gender balance ini sebenarnya membantu membuat keputusan tersebut lebih kaya karena mempertimbangkan semua aspek pandangan, nggak semua aspek pandangan perempuan tapi juga laki-laki. Tidak bisa terlalu banyak satu logic tertentu yang dipakai dalam mengambil keputusan dan karena kita punya konsumen lebih dari 50% adalah perempuan, itu juga yang diperlukan dan kita harus memiliki kreativitas tersendiri apa sih yang diinginkan konsumen mayoritas Indonesia. Itu kenapa penting banget untuk gender balance.

Peran perempuan menjalankan perusahaan sama pentingnya dengan laki-laki di mana dia harus memberikan performance yang terbaik kepada perusahaan. Dia juga diharapkan menjadi talent yang bisa bersaing di Indonesia dan global. Dia juga harus menjadi role model terhadap perempuan-perempuan lain di perusahaan kasih inspirasi, tunjukin jalannya gimana, menjadi mentor for other woman, itu yang diharapkan dari leader-leader perempuan.

Kalau ditanya goals saya sebagai perempuan yang pertama adalah saya ingin membawahi Unilever Indonesia sebagai perusahaan terbesar di Indonesia yang kalau bisa ke posisi lebih baik dan kuat lagi. Itu yang saya harapkan dari diri saya sendiri sebagai pimpinan perusahaan Unilever Indonesia dan bagaimana kita bisa jadi market leader yang kuat karena dengan persaingan yang luar biasa kalau kita tidak kuat akhirnya akan kehilangan terus market share-nya, akhirnya kita tidak jadi market leader lagi. Nah itu jangan sampai ke arah sana. So I really want to make Unilever Indonesia itu lebih kuat lagi. I really want to help the market berkembang lebih cepat lagi.

Kedua, bagaimana memastikan kalau Unilever Indonesia bisa menjadi perusahaan yang bisa memberikan dampak positif terhadap Indonesia. Jadi nggak cuma tumbuh tapi nggak melakukan sesuatu yang berdampak besar kepada negara, nggak bisa, karena kita bertumbuh sudah 88 tahun bareng-bareng sama Indonesia. Kita harus pastikan kalau Indonesia juga berdampak positif dengan pertumbuhan kita dan bisa membantu pemerintah mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Ketiga, saya ingin melahirkan pemimpin-pemimpin sukses juga yang mampu bersaing di Indonesia dan global ekonomi. Gimana caranya mereka bisa bersaing dengan negara lain. Saya nggak cuma bilang 'saya mau kamu bersaing ya dengan para perempuan di negara lain', tapi saya harus bisa membantu dia supaya bisa oke banget gitu kan.

Bagaimana cara meyakinkan keluarga dan pasangan, bahwa perempuan itu bisa lho berkarir. Bagaimana cara Anda membagi waktu dengan keluarga di tengah kesibukan?

Yang pertama saya lakukan saat anak saya sudah masuk SD, saya coba ngobrol sama anak dan suami saya untuk memberikan gambaran jelas apa sih sebenarnya tujuan saya di kerjaan dan menjelaskan ke mereka karena mereka kan nggak kebayang ya 'ini kayaknya Ibu sibuk-sibuk aja kerjanya dari pagi sampai sore bahkan malam'.

Saya coba kasih ke mereka bayangan apa sih yang sebenernya saya lakukan di kantor, how do I spent the day, how do I spent the week, month at work and why I do, what I do, and why this actually important for me and also important for the company dan juga buat keluarga. Jadi itu yang saya coba berikan gambaran ke mereka. Begitu mereka kebayang dan ngerti itu jadi lebih enak.

Kedua, saya nggak boleh egois juga. Biar bagaimanapun quality of time itu saya sangat disiplin di setiap minggunya itu pokoknya Friday night, Saturday sama Sunday morning itu is only for me and also for my family, only for them. Biasa kadang-kadang suka digangguin tapi nggak sampai membuat taking away my time. Jadi mereka sudah ngerti dan 'okay this is going to be my time with my mom and dad' itu juga untuk waktu saya sama keluarga lain kayak Ibu, keluarga besar. Itu juga prioritas kayak setahun misalnya dua kali kita menghabiskan trip kemana gitu. Mungkin untuk masing-masing keluarga beda, bisa juga untuk menghabiskan waktu sama mereka nggak ngapa-ngapain.

Prioritas hidup saya juga very clear. One is my kids and of course family, second is my career, and the third kayaknya saya mesti harus kerja lebih keras lagi, I need to pay more attention to my health itu jadi prioritas ketiga.

Bagaimana caranya supaya tetap fresh saat menjalani pekerjaan? Semacam life hacks gitu ada nggak?

Life hacks saya very simple sebenarnya. Pertama adalah saya itu perlu teman yang bisa saya ajak pergi kapan saja, jadi teman diskusi karena kan pekerjaan saya itu stresnya minta ampun ya, ada saja problemnya. Satu yang saya lakukan adalah saya butuh beberapa teman yang seperjalanan dengan karir saya, yang bisa saya ajak ngobrol. Jadinya saya bisa dapatkan perspektif yang mungkin bisa agak lebih netral.

Kedua juga I need actually find a hobby yang hobinya itu membuat saya bisa me-refresh diri kita. Hobi saya itu macam-macam bisa shopping, olahraga, membaca untuk bisa mengalihkan perhatian saya dari pekerjaan yang luar biasa.

Ketiga I think from time to time it is very important untuk kita do double reflection karena kan kita kalau terus bekerja tanpa stop dan reflect itu menjadi very repetitive. Kadang-kadang ada pekerjaan yang membuat stress berat ini sebenarnya berjalan seimbang nggak sih dengan value yang saya punya? Kalau memang tidak berjalan seimbang, harus diomongin. Jadi kayaknya reflection for time to time itu penting.

Beralih ke kinerja perusahaan. Bagaimana target kinerja Unilever tahun ini termasuk dari sisi investasi?

Alhamdulillah kuartal II ini kita kinerjanya bagus banget. Kuartal I sebenarnya sangat baik kita bisa tumbuh di sekitar 5,2%, kuartal II ini kita bisa tumbuh sekitar 7,5%. Jadi pertumbuhannya membaik juga dari sisi profitabilitas juga bisa dibilang sangat bagus malah. Itu satu hal yang memang istilahnya apa yang kita rencanakan alhamdulillah tercapai di kuartal I dan II ini. Lalu juga ada aspek finansial lain yang juga kita ukur kayak misalnya cash itu juga bisa dibilang bagus banget. Lalu juga kita yang masih punya PR menjadi fokus kita di semester II adalah memastikan kalau kita sebagai market leader bisa menggerakkan market dan tumbuh lebih cepat. Caranya memastikan bahwa apa yang kita lakukan itu men-drive konsumsi konsumen di Indonesia karena konsumen di Indonesia ini sekarang konsumsinya masih negatif secara volume.

Secara value sebenarnya sudah positif dibanding lalu, cuma memang percepatan pertambahan income dari para konsumen nggak secepat yang kita perkirakan, sementara barang-barang sudah pada naik harganya. Ini yang kita coba sikapi apa yang bisa kita lakukan untuk bisa memastikan di semester II ini kita bisa membuat market bergerak dengan lebih bagus lagi.

Bagaimana caranya kita bisa lebih bagus lagi, kita akan fokus ke 5 strategi utama kita di 2022 ini apa yang sudah kami jalankan sejak tahun lalu. Jadi gimana caranya kita bisa perkuat brand-brand besar, core product, kita juga bisa luncurkan inovasi-inovasi yang bagus, bagaimana kita bisa memperkaya portfolio kita. Kalau sekarang Unilever itu bergerak di segmen menengah, kita coba mau perkuat di segmen premium dan value.

Ketiga bagaimana kita punya kekuatan di channel. Keempat saya memberikan direction kepada organisasi untuk bisa menerapkan digitalisasi di semua lini perusahaan. Jadi itu bisa dilakukan dengan secepatnya tahun ini sehingga Unilever bisa kita jadikan digital data driven organization.

Jadi sampai akhir tahun ini optimis kinerja Unilever Indonesia tumbuh positif walaupun banyak berbagai tantangan?

Bismillah insyaallah semuanya bisa positif di semester II ini dan kita bisa tumbuh dengan baik walaupun tantangannya tidak akan mudah.

Bagaimana dampak pelemahan ekonomi global ke kinerja Unilever Indonesia?

Jadi ekonomi global itu sebenarnya kalau dilihat dari apa yang terjadi di market lain seperti AS, ini kalau saya lihat kelihatan bahwa bagaimanapun ekonominya melemah karena mungkin sudah masuk ke dalam resesi teknikal. Di beberapa negara lain seperti Eropa juga kalau saya lihat gambaran pertumbuhan ekonomi sampai tahun depan ini akan melemah.

Indonesia kalau saya lihat ekonominya akan tumbuh sekitar 5% (sampai akhir tahun), inflasi juga akan terjaga di 4-5%. Kita agak sedikit berhati-hati, ini adalah yang namanya raw material untuk membuat produk-produk kita kan harganya akan naik luar biasa di H-2, banyak materi yang kita impor dari luar bahkan palm oil masih cukup tinggi harganya. Ini yang mesti kita sikapi dengan memastikan bahwa kita bisa melakukan saving yang bagus di internal kita agar harga-harga yang naik tidak kita bebankan seluruhnya ke konsumen.

Kita juga coba harga di H-1 sama juga dengan harga di H-2. Itu yang coba kita jaga, walaupun kita diminta untuk men-delivery profit, kita coba dengan melakukan efisiensi di perusahaan, seluruh lini perusahaan saving-nya diperbagus sehingga unefisiensi yang terjadi bisa membantu profit kita tanpa harus membebankan harga ke konsumen, di mana nanti takutnya volumenya malah terganggu.

Sudah ada produk Unilever yang dibebankan ke konsumen dengan adanya kenaikan bahan baku?

Kita lihat kenaikan harga ini sebenarnya agak berbeda kategori by kategori. Jadi perusahaan itu melakukan price growth di H-1 kurang lebih sekitar 10%. Padahal kalau misalkan kita lihat harga-harganya yang naik luar biasa, 10% itu paling hanya bisa mem-fill in less dari beberapa persen di beban harga raw material. Jadi kita nggak mau bebankan lebih banyak lagi, itu yang coba kita pastikan saving, kita lakukan efisiensi di semua lini perusahaan.

Yang naik 10% apa saja?

Nggak semua produk, sangat bervariasi (kenaikannya). Seperti contohnya di nutrition itu dia naiknya mungkin sekitar 5%-an, ice cream agak sedikit lebih tinggi, jadi kita lihat berdasarkan kemampuan konsumen meng-adopt price growth tersebut.

Selama jadi pemimpin Unilever Indonesia, apa suka dukanya?

Sukanya sebenarnya saya lihat impact yang saya berikan kepada Indonesia itu bisa lebih berasa karena kalau sebelumnya saya menjadi salah satu direktur di Unilever Indonesia, kalau sekarang sebagai presiden direktur saya memiliki kesempatan untuk berdialog dengan para pimpinan di negara ini untuk bisa membicarakan apa sih yang harus dilakukan Indonesia untuk bisa lebih baik lagi, apa sih yang bisa saya bantu untuk membuat Indonesia lebih baik lagi. Itu hal yang menurut saya sangat positif buat saya sendiri karena nggak cuma mikirin diri sendiri which is Unilever Indonesia, tapi bisa memikirkan Indonesia secara keseluruhan. Jadi kalau saya ngobrol sama menteri-menteri itu wawasan saya juga bisa menjadi lebih luas dan saya tahu banyak hal yang Unilever Indonesia bantu ke pemerintah untuk bisa membantu Indonesia maju lebih cepat.

Dukanya?

Harus bisa me-manage stres yang tinggi. Harus bisa pintar-pintar, level of pressure-nya luar biasa tapi gimana caranya saya bisa me-manage-nya dengan pintar sehingga saya bisa tetap fresh dan fokus terhadap apa yang mau saya lakukan di perusahaan dan Indonesia. Me-manage pressure itu terus-menerus menjadi work in progress buat saya.


Hide Ads