Buka-bukaan Bos Unilever Perjuangkan Kesetaraan di Dunia Kerja

Wawancara Khusus Presdir Unilever Ira Noviarti

Buka-bukaan Bos Unilever Perjuangkan Kesetaraan di Dunia Kerja

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 06 Sep 2022 08:11 WIB
Presdir Unilever Indonesia, Ira Noviarti
Foto: Dok. Unilever Indonesia

Bagaimana cara meyakinkan keluarga dan pasangan, bahwa perempuan itu bisa lho berkarir. Bagaimana cara Anda membagi waktu dengan keluarga di tengah kesibukan?

Yang pertama saya lakukan saat anak saya sudah masuk SD, saya coba ngobrol sama anak dan suami saya untuk memberikan gambaran jelas apa sih sebenarnya tujuan saya di kerjaan dan menjelaskan ke mereka karena mereka kan nggak kebayang ya 'ini kayaknya Ibu sibuk-sibuk aja kerjanya dari pagi sampai sore bahkan malam'.

Saya coba kasih ke mereka bayangan apa sih yang sebenernya saya lakukan di kantor, how do I spent the day, how do I spent the week, month at work and why I do, what I do, and why this actually important for me and also important for the company dan juga buat keluarga. Jadi itu yang saya coba berikan gambaran ke mereka. Begitu mereka kebayang dan ngerti itu jadi lebih enak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, saya nggak boleh egois juga. Biar bagaimanapun quality of time itu saya sangat disiplin di setiap minggunya itu pokoknya Friday night, Saturday sama Sunday morning itu is only for me and also for my family, only for them. Biasa kadang-kadang suka digangguin tapi nggak sampai membuat taking away my time. Jadi mereka sudah ngerti dan 'okay this is going to be my time with my mom and dad' itu juga untuk waktu saya sama keluarga lain kayak Ibu, keluarga besar. Itu juga prioritas kayak setahun misalnya dua kali kita menghabiskan trip kemana gitu. Mungkin untuk masing-masing keluarga beda, bisa juga untuk menghabiskan waktu sama mereka nggak ngapa-ngapain.

Prioritas hidup saya juga very clear. One is my kids and of course family, second is my career, and the third kayaknya saya mesti harus kerja lebih keras lagi, I need to pay more attention to my health itu jadi prioritas ketiga.

ADVERTISEMENT

Bagaimana caranya supaya tetap fresh saat menjalani pekerjaan? Semacam life hacks gitu ada nggak?

Life hacks saya very simple sebenarnya. Pertama adalah saya itu perlu teman yang bisa saya ajak pergi kapan saja, jadi teman diskusi karena kan pekerjaan saya itu stresnya minta ampun ya, ada saja problemnya. Satu yang saya lakukan adalah saya butuh beberapa teman yang seperjalanan dengan karir saya, yang bisa saya ajak ngobrol. Jadinya saya bisa dapatkan perspektif yang mungkin bisa agak lebih netral.

Kedua juga I need actually find a hobby yang hobinya itu membuat saya bisa me-refresh diri kita. Hobi saya itu macam-macam bisa shopping, olahraga, membaca untuk bisa mengalihkan perhatian saya dari pekerjaan yang luar biasa.

Ketiga I think from time to time it is very important untuk kita do double reflection karena kan kita kalau terus bekerja tanpa stop dan reflect itu menjadi very repetitive. Kadang-kadang ada pekerjaan yang membuat stress berat ini sebenarnya berjalan seimbang nggak sih dengan value yang saya punya? Kalau memang tidak berjalan seimbang, harus diomongin. Jadi kayaknya reflection for time to time itu penting.

Beralih ke kinerja perusahaan. Bagaimana target kinerja Unilever tahun ini termasuk dari sisi investasi?

Alhamdulillah kuartal II ini kita kinerjanya bagus banget. Kuartal I sebenarnya sangat baik kita bisa tumbuh di sekitar 5,2%, kuartal II ini kita bisa tumbuh sekitar 7,5%. Jadi pertumbuhannya membaik juga dari sisi profitabilitas juga bisa dibilang sangat bagus malah. Itu satu hal yang memang istilahnya apa yang kita rencanakan alhamdulillah tercapai di kuartal I dan II ini. Lalu juga ada aspek finansial lain yang juga kita ukur kayak misalnya cash itu juga bisa dibilang bagus banget. Lalu juga kita yang masih punya PR menjadi fokus kita di semester II adalah memastikan kalau kita sebagai market leader bisa menggerakkan market dan tumbuh lebih cepat. Caranya memastikan bahwa apa yang kita lakukan itu men-drive konsumsi konsumen di Indonesia karena konsumen di Indonesia ini sekarang konsumsinya masih negatif secara volume.

Secara value sebenarnya sudah positif dibanding lalu, cuma memang percepatan pertambahan income dari para konsumen nggak secepat yang kita perkirakan, sementara barang-barang sudah pada naik harganya. Ini yang kita coba sikapi apa yang bisa kita lakukan untuk bisa memastikan di semester II ini kita bisa membuat market bergerak dengan lebih bagus lagi.

Bagaimana caranya kita bisa lebih bagus lagi, kita akan fokus ke 5 strategi utama kita di 2022 ini apa yang sudah kami jalankan sejak tahun lalu. Jadi gimana caranya kita bisa perkuat brand-brand besar, core product, kita juga bisa luncurkan inovasi-inovasi yang bagus, bagaimana kita bisa memperkaya portfolio kita. Kalau sekarang Unilever itu bergerak di segmen menengah, kita coba mau perkuat di segmen premium dan value.

Ketiga bagaimana kita punya kekuatan di channel. Keempat saya memberikan direction kepada organisasi untuk bisa menerapkan digitalisasi di semua lini perusahaan. Jadi itu bisa dilakukan dengan secepatnya tahun ini sehingga Unilever bisa kita jadikan digital data driven organization.

Jadi sampai akhir tahun ini optimis kinerja Unilever Indonesia tumbuh positif walaupun banyak berbagai tantangan?

Bismillah insyaallah semuanya bisa positif di semester II ini dan kita bisa tumbuh dengan baik walaupun tantangannya tidak akan mudah.

Bagaimana dampak pelemahan ekonomi global ke kinerja Unilever Indonesia?

Jadi ekonomi global itu sebenarnya kalau dilihat dari apa yang terjadi di market lain seperti AS, ini kalau saya lihat kelihatan bahwa bagaimanapun ekonominya melemah karena mungkin sudah masuk ke dalam resesi teknikal. Di beberapa negara lain seperti Eropa juga kalau saya lihat gambaran pertumbuhan ekonomi sampai tahun depan ini akan melemah.

Indonesia kalau saya lihat ekonominya akan tumbuh sekitar 5% (sampai akhir tahun), inflasi juga akan terjaga di 4-5%. Kita agak sedikit berhati-hati, ini adalah yang namanya raw material untuk membuat produk-produk kita kan harganya akan naik luar biasa di H-2, banyak materi yang kita impor dari luar bahkan palm oil masih cukup tinggi harganya. Ini yang mesti kita sikapi dengan memastikan bahwa kita bisa melakukan saving yang bagus di internal kita agar harga-harga yang naik tidak kita bebankan seluruhnya ke konsumen.

Kita juga coba harga di H-1 sama juga dengan harga di H-2. Itu yang coba kita jaga, walaupun kita diminta untuk men-delivery profit, kita coba dengan melakukan efisiensi di perusahaan, seluruh lini perusahaan saving-nya diperbagus sehingga unefisiensi yang terjadi bisa membantu profit kita tanpa harus membebankan harga ke konsumen, di mana nanti takutnya volumenya malah terganggu.

Sudah ada produk Unilever yang dibebankan ke konsumen dengan adanya kenaikan bahan baku?

Kita lihat kenaikan harga ini sebenarnya agak berbeda kategori by kategori. Jadi perusahaan itu melakukan price growth di H-1 kurang lebih sekitar 10%. Padahal kalau misalkan kita lihat harga-harganya yang naik luar biasa, 10% itu paling hanya bisa mem-fill in less dari beberapa persen di beban harga raw material. Jadi kita nggak mau bebankan lebih banyak lagi, itu yang coba kita pastikan saving, kita lakukan efisiensi di semua lini perusahaan.

Yang naik 10% apa saja?

Nggak semua produk, sangat bervariasi (kenaikannya). Seperti contohnya di nutrition itu dia naiknya mungkin sekitar 5%-an, ice cream agak sedikit lebih tinggi, jadi kita lihat berdasarkan kemampuan konsumen meng-adopt price growth tersebut.

Selama jadi pemimpin Unilever Indonesia, apa suka dukanya?

Sukanya sebenarnya saya lihat impact yang saya berikan kepada Indonesia itu bisa lebih berasa karena kalau sebelumnya saya menjadi salah satu direktur di Unilever Indonesia, kalau sekarang sebagai presiden direktur saya memiliki kesempatan untuk berdialog dengan para pimpinan di negara ini untuk bisa membicarakan apa sih yang harus dilakukan Indonesia untuk bisa lebih baik lagi, apa sih yang bisa saya bantu untuk membuat Indonesia lebih baik lagi. Itu hal yang menurut saya sangat positif buat saya sendiri karena nggak cuma mikirin diri sendiri which is Unilever Indonesia, tapi bisa memikirkan Indonesia secara keseluruhan. Jadi kalau saya ngobrol sama menteri-menteri itu wawasan saya juga bisa menjadi lebih luas dan saya tahu banyak hal yang Unilever Indonesia bantu ke pemerintah untuk bisa membantu Indonesia maju lebih cepat.

Dukanya?

Harus bisa me-manage stres yang tinggi. Harus bisa pintar-pintar, level of pressure-nya luar biasa tapi gimana caranya saya bisa me-manage-nya dengan pintar sehingga saya bisa tetap fresh dan fokus terhadap apa yang mau saya lakukan di perusahaan dan Indonesia. Me-manage pressure itu terus-menerus menjadi work in progress buat saya.


(aid/eds)

Hide Ads