Bos The Goods Dept Bicara Tekor hingga Kronologi Viral Paksa Karyawan Resign

Wawancara Khusus CEO The Goods Dept Ruby Sjabana

Bos The Goods Dept Bicara Tekor hingga Kronologi Viral Paksa Karyawan Resign

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 10 Nov 2022 07:15 WIB
Brightspot Market dan BTPN memperkenalkan Jenius Live x Brightspot Market of the Future. Peluncuran dihadiri Co Founder Brighspot Market and the Goods Dept Anton Wirjono dan Deputy President Director BTPN Djemi Suhenda.
Ilustrasi Store The Goods Dept/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

The Goods Dept belakangan ini menjadi pembicaraan karena 30-an karyawannya yang diminta mengundurkan diri atau ganti rugi atas banyaknya barang yang minus di store. Hal itu diketahui saat perusahaan melakukan stock opname.

Kepada detikcom, CEO The Goods Dept Ruby Sjabana membeberkan kronologi sampai akhirnya perusahaan memberikan pilihan karyawan mengundurkan diri atau ganti rugi. Hal itu dikarenakan kejadian tidak hanya baru terjadi satu kali.

"Tahun lalu juga kejadian, nilainya juga miliaran tapi tahun lalu kita nggak kasih sanksi, kita nggak menuntut apa-apa, kita putihkan, kita maafkan," kata Ruby dalam wawancara khusus detikcom, Rabu kemarin (9/11/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain bicara soal viralnya kasus dengan pegawai, The Goods Dept juga buka-bukaan soal dampak pandemi COVID-19 dan pelemahan ekonomi terhadap bisnis fashion dan cara perusahaan bertahan. Berikut wawancara lengkapnya.

Walaupun kita tutup toko, tapi kita nggak lakukan PHK, kita nggak lakukan itu walaupun kita punya hak. Kita memilih untuk karyawan dialihkan ke store yang lain.CEO The Goods Dept, Ruby Sjabana

The Goods Dept tumbuh menjadi department store kekinian yang digemari anak muda ibu kota dalam beberapa tahun terakhir. Boleh kita flashback bagaimana perjalanan lahirnya The Goods Dept hingga kabarnya terkini?

Itu sebenarnya kalau mengenai membangunnya itu adalah Pak Anton Wirjono yang sebagai founder dari The Goods Dept dari 2010. Kalau saya join di The Goods Dept ini di 2019, di mana sebelum COVID-19. Jadi saya join di The Goods Dept coba membantu, ini kan ritel sangat amat terpukul ya pada saat masa COVID-19 di mana membantu menstabilkan, manuver bisnis karena mal-mal tutup dan kita tidak bisa berkarya. Maksudnya orang-orang itu semua nggak bisa buka toko pada saat itu. Jadi saya bekerja di The Goods Dept untuk membantu melewati masa-masa selama COVID ini sampai saat ini lebih banyak mengkonsolidasi dan melihat apa yang bisa kita lakukan supaya bertahan bisnisnya dan berkelanjutan, itu yang saya lakukan.

ADVERTISEMENT

Bagaimana strategi bisnis The Goods Dept menghadapi masa sulit pandemi COVID-19 hingga pelemahan ekonomi saat ini?

Sebenarnya selama masa pandemi kita itu konsolidasi di dalamnya. Saya lebih mengkonsolidasi apapun itu di dalam internal kita untuk menjadi lebih kuat.

Ada strategi lebih diperkuat ke toko online atau seperti apa?

Oh iya jelas karena kita kan sebelumnya di offline-nya ya difokuskan di situ, tetapi waktu pandemi secepatnya kita membuka web store kita, jadi banyak yang kita lakukan itu pelayanan personal jadi orang-orang kami langsung teleponin pelanggan, pakai video atau TikTok, atau apapun untuk menjual produk kita dan melayani mereka, kita directly deliver ke mereka. Jadi lebih ke personalize, jadi hubungan antara pembeli sama penjual itu lebih erat gitu lho dengan memberikan suatu pelayanan yang lebih personal, maksudnya yang lebih pribadi. Jadi itu yang kami lakukan dan memperkuatnya. Jadi pada saat itu dan selain dari konsolidasi ya kita juga sangat mengandalkan online kita. Jadi secepatnya kita membuka official store kita di marketplace juga.

Marketplace ada di Lazada, Tokopedia, Bukalapak, Shopee. Kita juga ada website sendiri lagi mau dikembangin. Kita pengin website kami juga setara lah (dengan store), itu mimpi untuk bisa setara karena menampung brand-brand juga, tapi itu dalam proses.

Saat ini ada berapa karyawan dan store offline?

Keseluruhan karyawan kita ada 182 orang. Kalau store-nya per hari ini ada 5 store itu ada di Pondok Indah, Pacific Place, AEON Sentul, Lotte Shopping Avenue, dan satu lagi di Kemang Village. Di Sarinah juga ada tapi bukan toko. Kemarin (selama pandemi) kita sempat tutup store di BXC itu pun sebenarnya karena mal yang minta space untuk mereka kembangkan apa yang mereka mau dan pada saat itu kita juga pikir mungkin sudah saatnya, kita sudah coba beberapa kali dan pada saat itu kita diminta ya udah sekalian aja kita berikan karena entrance-nya BXC sejak bikin perluasan itu ditutup jadi sepi sekali traffic ke sana (toko The Goods Dept).

Walaupun kita tutup toko, tapi kita nggak lakukan PHK, kita nggak lakukan itu walaupun kita punya hak. Kita memilih untuk karyawan dialihkan ke store yang lain.

Simak juga Video: Mark Zuckerberg Mulai PHK Karyawan Meta

[Gambas:Video 20detik]



Terkait informasi yang ramai di media sosial minggu lalu, apa yang sebenarnya terjadi? Boleh diceritakan terkait 1.000 produk yang hilang, karyawan diminta resign dan ganti rugi, hingga hak mereka yang tidak dibayarkan?

Kalau ada tindakan yang tidak sesuai itu juga kami tidak bisa toleransi karena The Goods Dept juga harus ber-partner-an dengan banyak mitra, brand-brand lain yang menitipkan barang mereka ke kami.

Saat kami melakukan audit internal, kami menemukan kerugian yang berulang yang besar sekali di mana sebenarnya ini tahun sebelumnya juga sudah pernah terjadi, sekarang terjadi lagi. Tahun lalu kita telah memutihkan artinya kita tidak menuntut tanggung jawab dari karyawan, kami tanggung sendiri semuanya, tapi kebocoran ini terjadi lagi di tahun ini.

Menurut kami, kami harus mengambil tindakan tegas dan untuk mengawasinya lebih dalam lagi. Dalam hal ini juga kami sangat kecewa, kami minta pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Jadi mitra kami juga bisa lebih leluasa menitipkan barangnya di sini.

Tahun lalu juga kejadian, nilainya juga miliaran tapi tahun lalu kita nggak kasih sanksi, kita nggak menuntut apa-apa, kita putihkan, kita maafkan. Tapi kami harus melindungi karyawan kami yang tidak terdampak dengan urusan kayak gini dan juga melindungi mitra kami di mana banyak brand-brand di sini UMKM, brand-brand kecil, jadi kita mengkurasi produk UMKM untuk titip jual di sini. Dengan demikian akses kepada mal-mal itu terjadi, kita memberikan akses seluas-luasnya kepada brand-brand lokal untuk datang dan bekerja sama dengan kita.

Setelah kejadian ini banyak para mitra bertanya pada kita sebenarnya aman nggak dan kita menanggung kerugian itu. Jadi harus ada sesuatu peraturan yang ditegakkan. Di ritel memang semua yang bekerja di toko harus mempertanggungjawabkan apapun kekurangan barang, seperti di mini market juga begitu.

Saat kami melakukan audit internal, kami menemukan kerugian yang berulang yang besar sekali di mana sebenarnya ini tahun sebelumnya juga sudah pernah terjadi, sekarang terjadi lagi.CEO The Goods Dept, Ruby Sjabana

Marak baju impor bekas murah, dijual bebas khususnya di media sosial saat ini. Katanya ini mengganggu brand-brand dalam negeri, bagaimana tanggapannya?

Kalau ritel kan ada berbagai tipe jenisnya ada di fashion, terus ada yang fokus di second produk kayak branded maupun baju, kita nggak main ke sana si. Pasarnya beda.

Salah satu strategi fashion ritel di Indonesia saat ini yang marak dilakukan adalah dengan mengikuti sejumlah fashion show di luar negeri hingga mejeng di papan iklan internasional sekelas Time Square. Bagaimana pendapat Anda? Apakah The Goods Dept ada rencana untuk ke arah sana dalam waktu dekat?

Untuk kami, kami mengangkat brand lokal di mana memberikan kesempatan sebesar-besarnya dan kami mengkurasinya untuk kami bekerja sama dan dijual di toko kami yang ada di mal-mal, itu yang kami lakukan. Toko kami adalah panggung kami.


Hide Ads