Bank syariah kini menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk bertransaksi keuangan. Walaupun menjunjung tinggi prinsip-prinsip syariah, bank syariah juga harus mampu mengimbangi perkembangan zaman dan tidak ketinggalan dengan perbankan konvensional.
Karena itu, bank syariah juga harus bertransformasi agar tetap bisa melayani nasabah yang kebiasaan dan keinginannya terus berubah. Menjawab tantangan Bank Syariah bersaing dengan bank konvensional, detikcom kali ini mewawancarai Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia, Achmad Kusna Permana. Berikut wawancara selengkapnya:
Bagaimana pandangan Anda tentang bank syariah di masa depan?
Kendala bank syariah dulu adalah penetrasi pasar. Kantor fisik bank, jadi oh saya (bank) tidak buka di sini. Harus ada aturan tertentu karena harus ada induknya dan sebagainya. Tapi sekarang, kita mendapat berkah yang sangat besar. Terutama untuk Bank Muamalat Indonesia, dengan adanya digitalisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pandemi kemarin itu, membuat bank syariah satu level dengan bank konvensional. Karena dengan digital sekarang BMI sudah bisa sampai ke ujung pelosok manapun. Dengan mobile banking, buka rekening lewat mobile banking itu semuanya sudah selesai.
Dulu OJK punya aturan, bank syariah harus punya beberapa cabang. Harus ada cabang ini dulu dan seterusnya. Ini yang membuat kendala berarti untuk bank syariah. Saat itu kantor fisik sangat menentukan apakah kita mau kompetisi dengan bank konvensional. Nah sekarang sudah tidak lagi. Istilahnya, elo (bank konvensional) bikin digital, kita (syariah) juga, kantor fisik bukan tren lagi. Orang sekarang konvensional juga sudah banyak yang tutup kantor cabang. Kita syariah juga sama. Bank Muamalat juga sama tutup cabang yang kurang perform dan bedanya cuma berapa puluh miliar ya sudah digabung saja. Sisanya pakai digital.
Berarti ke depan digital banking untuk syariah merupakan keniscayaan?
Benar, ke depan digital banking merupakan keniscayaan. Kita harus ke sana, walaupun tidak perlu berubah menjadi bank digital. Kebutuhan atas digitalisasi itu sudah mandatori dan semua harus sampai ke level itu.
Apa penyebabnya?
Karena sekarang bank syariah tidak bisa lagi promosi jualan hanya dengan mengandalkan kesyariahannya saja. Sudah lewat masa-masa itu dan terbukti stuck di situ. Jadi sekarang orang tidak bisa lagi diancam dengan riba, nanti masuk neraka. Sudah nggak bisa itu sekarang.
Lalu apa yang ditawarkan?
Nah yang kita tawarkan adalah, syariah sebagai sisi uniknya. Itu yang jadi pembeda dengan bank konvensional. Tapi kita juga ada sisi modernnya. Jadi dengan teknologi dan produk yang tidak kalah dengan bank konvensional.
Bahkan di BMI kita tambahkan valuenya. Kalau dulu BMI hanya dikenal dari satu sisi saja, syariah, atau bank syariah pertama itu tidak cukup. Maka value kita, kita tambahkan islami, modern dan profesional. Kalau dulu pakai peci sekarang tidak lagi. Sekarang nasabah itu tidak bisa ditakut-takutin. Makanya harus ada modern dan profesional. Nah di dalam modern itu ada digitalisasi.
Jadi ke depan untuk Indonesia bank syariah yang menjadi pembeda adalah faktor digitalisasi dan tidak fokus pada kantor fisik bank. Kedua komitmen dari pemerintah dengan adanya KNKS beberapa hal yang dibangun pemerintah serta komitmen BUMN untuk mengalokasikan portofolio dalam bentuk syariah, Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai anchor bank syariah dengan size aset hampir Rp 300 triliun, itu kan sekarang jadi anchor, sehingga bank syariah bisa berkembang.
Apa yang jadi pembeda dan potensi yang bisa digarap bank syariah?
Sekarang sudah banyak sekali jika dibandingkan dengan 5 tahun lalu. Mulai dari teknologi dan government commitment. Lebih dari situ yang paling fundamental adalah gaya hidup islami di masyarakat.
Coba lihat, semua orang sudah sangat memperhatikan islamic fashion. Kenapa fashionnya syariah lagi berkembang, halal food dan itu jadi market tersendiri dan sudah sangat syariah. Sekarang penetrasi digital begitu bagus. Government juga harusnya bisa catch up hal ini. Sekarang sudah nggak ada kendala lagi, walaupun isunya masih literasi. Kalau dulu kita masih di bawah 5%, sekarang sudah 9%. Literasi itu menjadi PR bersama.
Sekarang orang sudah terbiasa, sudah bisa mengambil pilihan. Kalau dulu bank syariah yang ditawarkan Mudarabah, Musyarakah dan sekarang tidak begitu lagi. Jualan bank syariah ya bank syariah, bukan tabungan Wadiah segala macam tidak ditonjolkan. Jadi menurut saya melihat ke depannya sudah sangat cerah. Terbukti BSI bisa melejit.
Jadi bank syariah itu tidak ketinggalan zaman?
Tidak, bisa dilihat mobile banking kita tidak kalah. Mulai dari tampilan sampai fitur. Coba mana ada bank syariah punya cafe model seperti ini. Saya tampilkan ini yang namanya gaya hidup. Kita di depan ada Asmaul Husna itu sisi syariahnya. Kita juga ada masjid yang bagus, tapi di sebelahnya ada tempat gym. Jadi islamic ada modern ada. Harus selalu seperti itu.
Supaya tidak kaku?
Benar, nggak kaku dan itu saya bawa sendiri. Kenapa saya ketika jadi CEO Muamalat harus pakai peci segala macam? Saya tetap sepedaan dan lari tiap minggu. Karena itu sisi lain yang harus dimiliki setiap orang. Kita pastikan bahwa kita murni syariah tapi ada sisi lain yang ditampilkan di cabang-cabang dan saya lakukan perubahan seperti ini.
Saling melengkapi dengan konvensional?
Ya saling melengkapi dan bagusnya sekarang ini ada produk syariah yang tidak bisa ditiru oleh bank konvensional. Tapi semua infrastruktur konvensional bisa disyariahkan. Opportunity-nya besar di sini, karena besar maka jadi PR kita. Bagaimana caranya menghadapi orang-orang yang apriori dengan bank syariah.
Masih banyak orang yang apriori dengan bank syariah?
Masih banyak, karena orang-orang apriori ini dikasih syariah model apapun akan bilang sama saja. Mereka nggak mau dengar, padahal ketika mau masuk ke bank syariah itu beda, beda banget.
Mereka ingin bank syariah itu tidak seperti konvensional. Jadi bank syariah itu tidak boleh nagih utang. Nah persepsi mereka sudah sampai di level itu. Kalau begitu bank apapun akan bangkrut kan. Syariah tetap mengedepankan sisi komersial mereka. Jadi anggapan syariah dan konvensional sama saja itu agak rumit. Kalau tidak komersial bagaimana mau untung.
Kan ada bahkan golongan masyarakat anti riba yang menyatakan ini sama saja riba. Jadi mereka nggak mau bayar cicilan, menurut saya itu alibi-alibi saja. Jadi kita jalan terus yang kita lakukan literasi sama-sama bahwa bank syariah itu fundamentalnya berbeda. Ada akad yang membedakan ini.
Lihat Video: Apa Persamaan bank Syariah dengan Bank Konvensional?
Bagaimana Anda menjelaskan jika bank syariah tidak riba?
Sebenarnya harus spesifikasi menjelaskan. Bahwa yang namanya bank syariah juga harus memberi keuntungan. Nah keuntungan itu didapatkan dari yang namanya bagi hasil atau margin keuntungan, itu harus ada. Untuk yang membedakan bank syariah dan bank konvensional adalah akad syariah.
Bank syariah atau islam itu sangat mudah as simple as akad maka itu halal. Jadi jangan berpikir wah karena ini terlalu gampang ujung-ujungnya ada bunga juga. Kadang orang ekspektasinya karena bank syariah jangan ada keuntungan dong.
Padahal mekanisme bisnis ya?
Memang ujung-ujungnya bisnis. Tapi bisnis yang dilakukan secara syariah yang sesuai dengan syariat keislaman. Jadi ujungnya harus untung, kalau nggak untung itu lembaga sosial dan itu nggak akan bisa berjalan.
Bagaimana skema produk tabungan haji yang ada di BMI?
Jadi tabungan haji itu, pertama calon nasabah yang ingin mendaftarkan porsi haji dan belum cukup. Jadi mereka bisa menabung supaya terakumulasi tabungan itu. Tidak bisa ditarik supaya cepat sampai target. Akadnya ada di depan atau yang kedua mereka sudah mendaftar Rp 25 juta lalu kemudian menabung untuk pelunasan. Jadi ada perencanaan lagi, dibikin seperti itu.
Nah ada perencanaan agar mendapat porsi dan ada perencanaan setelah mendapatkan porsi mereka untuk mendapatkan pelunasan nantinya. Di Muamalat, tentunya kita fasilitasi dengan berbagai hal untuk penabung tersebut.
Kalau misalnya antrean terlalu lama, kita kasih mereka akses untuk umrah duluan. Kan kalau nunggu mereka belum tentu sampai, jadi umrah saja dulu. Kita kerja sama dengan beberapa travel agent dan memberikan pembiayaan umrah atau untuk haji plus. Angkanya gede tuh Rp 60 juta dan itu tidak ada larangan di Kementerian Agama. Haji plus kita kasih pembiayaan karena haji plus lebih cepat 5-7 tahun, tapi setoran awal Rp 60 juta. Jadi ada tahapan yang kita kasih tergantung nasabahnya.
Nasabah mau menabung untuk porsi atau merencanakan setelah dapat porsi. Kalau setelah porsi mereka juga oke karena kelamaan mau umrah juga bisa. Begitu tabungan jadi akan dapat kartu yang bisa tarik di Mekkah dan Madinah 3 transaksi tanpa biaya merchant.
Kartu itu membuat jadi lebih hemat dibanding kartu lain?
Biasanya kena sekitar US$ 2,5 di-charge di sana sekitar Rp 50 ribu kalau 3 kali tarik kan lumayan juga. Sebenarnya tidak perlu lagi, karena kartu Muamalat bisa dipakai bayar di mana-mana di sana. Kemudian kalau tarik ATM pakai Bahasa Indonesia. Jadi kalau datang ke sana colokin kartu ke Al-Rajhi itu sudah pakai Bahasa Indonesia. Jadi ada fasilitas tambahan.
Berarti kalau buka tabungan haji di BMI bisa langsung dapat antrean?
Sudah, misal daftar sekarang Rp 25 juta, datang ke sini langsung bisa. Untuk antrean memang tergantung kuota yang disediakan per wilayah. Misalnya Bkas 28 tahun, Tangerang 30 tahun, Bantaeng 47 tahun dan Gowa 30 tahun. Beda-beda tergantung kuota. Kalau haji plus 5-7 tahun, untuk Jakarta mungkin 6 tahun dari sekarang.
Bagaimana cara membuka tabungan haji di BMI, apakah bisa pakai Mobile Banking?
Kita akan launching minggu depan. Sehingga mereka bisa apply di mobile banking nggak perlu datang ke bank. Tinggal pilih di handphone. Jadi nggak perlu datang ke cabang karena malas juga datang ke cabang, daftar sendiri nanti pengisian setorannya bisa transfer dari bank lain.
Termasuk haji plus?
Iya benar. Nanti pelunasannya pun sudah bisa tidak perlu datang ke cabang. Kalau sekarang kan prosesnya mau daftar haji harus ke cabang, terus ke Kementerian Agama, lalu ambil porsi dan balik lagi ke cabang, lalu pulang dan menunggu. Kalau sekarang prosesnya online.
Boleh dijelaskan sejarah Bank Muamalat Indonesia?
Oke saya jelaskan sejarah Bank Muamalat sampai akhirnya badan pengelola keuangan haji (BPKH) masuk. Jadi 31 tahun lalu BMI didirikan atas inisiatif Ikatan Cendikia Muslim Indonesia oleh Pak Harto waktu itu, sehingga ditawarkan untuk para jemaah haji untuk mengalokasikan sebagian dananya untuk membeli saham BMI.
Itulah kenapa jumlah sahamnya sampai 372 ribu pemegang saham. Karena itu majority adalah jemaah haji yang pada periode itu membeli sebagian saham BMI. Jadi sekarang jumlah pemegang saham Bank Muamalat paling besar 387 ribu.
Nah itu kan berjalan lama, kemudian ada hasil di mana waktu itu Bank Muamalat mengundang kepemilikan investor luar negeri. Masuklah Islamic Develompent Bank (IsDB) lalu krisis 1998, Boubyan Bank dan Setco dari Timur Tengah masuk sebagai pemegang saham mayoritas bertiga. Sampai terakhir ada BPKH masuk akhir 2021, jadi di-take over oleh BPKH.
Jadi sebenarnya tahun 1998 - 2021 itu hampir 3 dekade dimiliki oleh pemegang saham asing, Timur Tengah dan IsDB. Lalu BPKH masuk mengembalikan kepemilikan Bank Muamalat kepada bumi pertiwi. Kemudian yang kedua adalah mengembalikan secara tidak langsung Bank Muamalat kepada jemaah haji melalui BPKH, karena BPKH kan dananya dana haji.
Masuknya BPKH ke Muamalat itu sangat memperkuat porsi bank di segmen islamic. BPKH kan punya fokus ekosistem haji dan umrah karena dia fokusnya di haji sehingga masuknya BPKH ini fokus pada ekosistem islamic haji, umrah dan sistem halal.
Saya mengarahkan BMI itu tidak terlalu fokus ke mana-mana. Fokus saja pada segmen islami karena kekuatan kita di situ. Misal ada segmen islami seperti rumah sakit islam, sekolah islam harusnya BMI bisa kompetisi dengan bank konvensional manapun. Mereka membuat sekolah sampai rumah sakit islam kan karena sesuai tujuan syariah kan.
Jadi bisnis kita pun saat ini ke arah situ. Kita fokus pada segmen yang sama dan produk kita lebih fit dan keahlian kita fokus. Dengan ini saya yakin bisa tumbuh sehat, karena kita bermain di area yang punya passion dan kapabilitas yang baik di situ. Nggak perlu ke tempat lain. Sekarang islamic halal makin besar seperti passion halal, passion syariah, passion food yang makin lama semakin besar.
Ekosistem terus membesar ini yang membuat kita terus berkompetisi dan tidak terjerembab karena tidak main macam-macam. Kita punya kekuatan di situ, jangan macam-macam lah. Kita hindari saja.
Perjalanan karir seorang Achmad Kusna Permana?
Kalau di syariah, saya ini rasanya yang paling senior. Sudah 16 tahun. Saya komitmen ingin tetap di syariah.
Apa alasannya?
Memang rasanya passion saya ada di situ dan kepercayaan pribadi saya saja. Saya tidak ada keinginan kembali ke konvensional. Kalau sudah selesai di BMI Insya Allah saya nanti mungkin kalau di financial atau non saya tetap ingin di syariah. Karena saya percaya kalau ada passion di situ tidak mungkin performance kita biasa-biasa saja.
Saya merasakan ada di situ. Saya pernah di HSBC pegang kartu kredit, bagus banget performa saya wkatu itu melejit. Karena itu passion saya. Tapi ketika saya waktu itu ada syariah nih riba segala macam. Sebagai muslim saya terpanggil. Jadi bahkan saya terpanggil ketika ada tugas di Amerika Serikat (AS) program 6 bulan, tiba-tiba ada fatwa MUI, saya takut mati ini.
Waktu itu di AS lagi pengembangan kartu kredit. Coba produk apa yang lebih riba daripada kartu kredit? Iya saya bilang saya takut mati. Habis itu kalau kit asudah mati ketemu malaikat ada yang ingetin nggak itu bank sudah ada fatwanya. Mau bantah apa coba? Daripada nanti di akhirat saya gambling mendingan saya pindah aja.
Langsung ke Permata?
Nggak, saya ke Danamon Syariah 3 tahun. Waktu itu masih kecil Rp 180 miliar, saya tinggal Rp 1,2 triliun. Tiga tahun itu saya belajar lengkap dari korporasi, sampai ritel sampai SME. Saya masuk ke Permata karena saya lihat komitmennya lebih besar daripada Danamon Syariah.
Saya sudah stay di Permata happy saja, bonus bagus segala macam. Tapi ya ini muslim call. Saya di-approach sama IsDB itu 3 kali ya untuk masuk muamalat. Saya tahu Muamalat problemnya banyak challenging.
Pertama saya nggak masuk karena saya baru diangkat jadi direktur di Permata waktu itu, yang kedua waktu itu saya di approach lagi waktu itu lagi ganti-ganti banyak direktur kan Roy, Anita diganti segala macem kan 3 orang yang diganti. Saya tidak pindah juga saya punya alasan dong, yang ketiga saya tidak punya alasan untuk menolak. Saya bilang udah 3 kali di call mungkin Allah yang manggil saya ngetes aja ini benar gak mengaku sebagai pejuang syariah tapi di challenge masuk muamalat ketakutan.
Saya tahu problemnya banyak Muamalat. Jadi itu masuk itu lebih ke personal call aja mungkin Allah memang ngetes saya mau nggak nih ya. Ya karena muamalat problemnya seperti ini jadi ya sudah I have a choice saya harus ke sini.
Saya address problemnya alhamdulillah akhir tahun lalu kita bereskan modal udah masuk BPKH terbaik pula, kemudian NPL kita buang so basically itu yang bisa saya capai ya bahwa permasalahan Muamalat itu memang sangat challenging tapi karena kita punya passion di situ jadi kalau muslim kan Allah akan naikkan derajatnya dengan berbagai permasalahan itu sebenarnya tes jadi saya merasa Allah memanggil saya ke sini pun sebenarnya Allah itu sudah tahu kok kekuatan saya bagaimana, kemampuan saya sampai mana jadi just do it aja.
Kalau Allah tahu saya nggak mampu menjalani ini nggak mungkin dia masukin saya ke sini saya punya keyakinan itu. Wah itu turbulensinya wah udahlah ya udah tahu kita udah hampir tutup, waduh pokoknya setengah mati tapi sebenarnya saya mungkin menggarisbawahi ketika kita punya passion mungkin performance kita nggak mungkin biasa-biasa aja, yang kedua ketika kita punya passion di situ kita kesulitan kayak apapun nggak akan terasa sulit karena kita menikmati proses itu kan karena kita punya keyakinan itu tadi yang saya bilang nggak mungkin Allah itu memanggil saya masuk ke muamalat karena Allah itu sangat tahu kemampuan saya dan kelemahan saya jadi saya yakin ini pasti ada solusinya ya walaupun sampai 2 kali masuk rumah sakit stres juga ya.
Jadi kalau menurut saya itu kan yang mau masuk muamalat waktu itu sampai 35 calon investor can you imagine terus ketika Allah memilih BPKH menurut saya itu intervensi dari Allah juga kenapa karena saya yakin dari para pendiri dulu para jamaah haji yang mengalokasikan sebagian uangnya menjadi saham itu akan banyak do'anya yang mabrur.
Coba gimana caranya sampai 35 investor tidak kejadian BPKH yang ke32 bisa jadi masuk sini dan itu buat Muamalat sangat sempurna ya BPKH uangnya sangat banyak dia punya jamaah haji dan Muamalat dulu dijadikan oleh jemaah haji coba kalau nggak ada intervensi dari sananya.
Jadi buat saya ya pelajaran di Muamalat itu hikmahnya terlalu banyak pertama buat my professional achievement itu menurut saya 5 tahun di Muamalat itu acceptional karena saya belajar tidak hanya di sisi banking saya orang consumer saya melihat bagaimana ngurus yang namanya modal, investor, politik segala macem ya dan buat saya itu akhirnya menjadi pengalaman yang nggak ada duanya lah Muamalat.
Jadi bapak seperti membetulkan mobil rusak?
Iya tapi tetap sambil jalan karena nggak bisa berhentikan. Kalau diam masuk bengkel biasa kan tapi di bank tidak bisa seperti itu harus bisa tampil melayani customer seolah-olah banknya itu ada padahal kita jalan kaki pakai kita, bukan pakai ban.
Tapi Muamalat punya kekuatan, kalau bukan Muamalat mungkin udah tutup juga ya karena banyak orang yang berkepentingan kalau Muamalat itu harus tetap berdiri itu keyakinan saya sih orang ikon industri. Orang ada industri pertama kali itu muamalat bukan asuransi syariah, bukan whatever syariah.
Sekolah-sekolah dulu syariah itu ada gara-gara Muamalatnya, kolom syariah di media muncul gara-gara Muamalat karena muamalat cikal bakal jadi nggak mungkin too costly buat negeri ini kalau Muamalat sampai tutup itu keyakinan saya waktu saya masuk.
Saya bilang seburuk-buruknya permasalahan ujung-ujungnya akan tutup mau apa sekompleks permasalahan ujung-ujungnya pasti tutup. Mungkin nggak Muamalat tutup? menurut saya nggak mungkin karena saya punya keyakinan itu jadi memang Muamalat pilihannya bagus orang dari kondisi kisruh aja yang buka account banyak.
Tahun ini adalah tahun ke 16,5 di syariah. Saya Juli 2006 masuk syariah pertama kali dan saya di konvensional 15 tahun jadi saya udah lebih syariahnya nih daripada konvensional. Konvensional udah 15 tahun sekarang udah mau tahun depan udah ke 17 insyaallah di syariah. Tapi saya sangat mencintai syariah dan passion saya di syariah menurut saya itu yang menyebabkan saya bisa survive. Terlalu banyak berkahnya buat hidup saya untuk syariah ini.
Anda memang jurusan ekonomi saat kuliah?
Saya IPB jurusan tanah ya kan. Tapi saya waktu itu ikut ODP pas masuknya itu jadi mungkin yang berbeda menurut saya ya orang ekonomi dengan orang yang dari ilmu pasti. ODP di Bank Bali, sebelum jadi Bank Permata.
Memang suka dengan pertanian?
Waktu SMA saya masuk kelompok anak pintar. Dapat undangan dari IPB, walaupun kalau dites belum tentu masuk ya. Saya enjoy aja jalaninnya. Terus masuk jurusan tanah karena teman-teman basket saya masuk jurusan tanah semua jadi 'kita bikin tim yang kuat yuk ada 8 orang tuh teman basket semua'.
Awalnya kan nggak ada jurusan. Kita menang terus karena tinggi-tinggi anggota timnya. Ternyata pas masuk jurusan analogi tanah susah, fisika tanah pantes aja orang-orang nggak pada daftar. Kita masih happy segala macem, pas kuliah fisika tanah nih apa jadi kita survival akhirnya. Yang penting happy dan enjoy aja di lapangan basket sampai main voli.
Ya tapi mungkin karena distress begitu nah jadi ketika itu dapat beasiswa masuk di perusahaan pertanian itu cuman setahun nggak bisa saya ternyata, maksudnya saya tidak enjoy. Waktu itu saya yang bikin itu Taman Bunga Nusantara yang di Cipanas wah saya sampe flek-flek hitam di situ itu tahun '89 kalau nggak salah.
Karena saya dapat beasiswa kan di kontrak kan "kerja di situ," itu yang bikin terasering itu, tempat bikin benih segala macem itu itu bunganya datang dari Belanda segala macem itu saya di situ setahun, ada satu lagi taman bunga ada 2 satu lagi di Bengkulu saya udah survey kesana udah disana terus tapi lamanya di Cipanas itu nama Yayasan Bunga Nusantara saya dapat beasiswa dari situ itu yang punya Bu Bustanul Arifin di situ.
Nah sudah setahun di Cipanas ketemulah sama teman-teman IPB ada beberapa itu kerja di bank, ketemu di dulu ada McD Sarinah. Saya datang dari kebun Cipanas flek saya di mana-mana terus saya lihat teman saya pakai baju putih keren banget, pakai dasi gitu padahal secara fisik kan gantengan gue, gue ganteng dulu tapi dia pokoknya dia keren waktu itu.
Dia bayarin, terus lu datang dari kampung sepatu udah buletek item, celana udah nggak proper banget, celana hijau, baju wah udah ancur "ya kalau gue didandanin gue oke juga," padahal waktu kuliah pinteran gue kuliahnya.
(kil/eds)