Sigit Djokosoetono merupakan generasi ketiga pendiri Blue Bird. Besar di keluarga pebisnis, Sigit bercerita bagaimana perjalanan karirnya hingga dipercaya menjadi Direktur Utama PT Blue Bird Tbk.
Dalam bincang Ask d'Boss detikcom, Sigit mengaku sejak muda memang senang dengan dunia permesinan. Makanya semasa kuliah, ia mengambil jurusan teknik mesin dan sudah tidak asing dengan dunia mekanika.
"Kalau namanya masih muda waktu itu cita citanya banyak ya namanya anak kecil gitu. Tapi, kalau dari awal memang saya senang dengan hal mekanika dengan hal teknis ya. Jadi memilih jurusan teknik mesin itu karena memang hobinya memang ya melihat sesuatu dari mesin dari fisik," katanya kepada detikcom.
Sigit mengatakan tidak pernah ada paksaan dari Sang Ayah Chandra Suharto Djokosoetono yang mendirikan Blue Bird untuk meneruskan bisnis keluarga. Sigit bercerita ayahnya lebih mengarahkan dan memberikan kebebasan memilih terkait karir anak-anaknya.
"Kalau Blue Bird ini kan tidak ada namanya ditentukan dari awal putra mahkota ini. Semua berjalan masing-masing membantu. Pada saatnya diputuskan ditentukan baru diambil. Bahwa memang dituntut berkontribusi semaksimal mungkin, setelah itu dipilih," jelasnya.
Kurang lebih satu tahun memimpin perusahaan taksi terbesar di Indonesia, Sigit melakukan banyak terobosan dan upaya mempertahankan perusahaan. Tantangan yang Sigit alami sendiri di perusahaan cukup berat. Pasalnya, dia diangkat pada saat situasi pandemi COVID-19.
Seperti apa strategi Blue Bird bangkit dari hantaman badai pandemi? Berikut wawancara lengkapnya:
Pak Sigit sudah lama di Blue Bird, dan di 2021 kemarin akhirnya didapuk menjadi pimpinan tertinggi di Blue Bird. Apa rasanya? Ada yang beda dari pengalaman di Blue Bird sebelumnya?
Ya pertama sih saya bersyukur dipercaya oleh pemegang saham. Itu satu, saya ucapkan terima kasih sebenarnya, tanggung jawabnya jadi lebih besar. Jadi nggak bisa setengah-setengah bagiannya tentu, bagiannya jauh lebih kompleks. Tapi alhamdulillah pengalaman sebelumnya bukan baru di industri transportasi sedikit banyak sudah mengerti kira kira apa poin-poinnya, problemnya dan rencana-rencana yang akan dilakukan. Jadi bukan sesuatu hal yang belajar dari nol, jadi begitu memang dipercaya untuk memegang posisi direktur utama saya lakukan yang memang dulu sudah direncanakan itu ya, melanjutkan yang sebelumnya dan menyiapkan cara cara baru.
Untuk perusahaan tumbuh lagi ya?
Ya tentunya, apa lagi kan 2021 itu kita di antara mau selesai pandemi nggak. Jadi di saat itu juga jadi sesuatu yang sulit, dalam arti tantangannya besar, apakah ini mau bertahan atau ngegas atau maupun recovery bagaimana prosesnya bisa jadi di saat bersamaan harus melakukan beberapa langkah dan beberapa strategi bersamaan jalan dan tiba tiba harus bisa berubah sendiri tergantung kesempatannya gitu ya.
Pendidikan Pak Sigit kan teknik mesin dan administrasi bisnis ya? Apakah posisi saat ini sesuai dengan cita-citanya di masa muda? Apa memang sudah diniatkan akan meneruskan bisnis keluarga atau punya cita-cita sendiri?
Iya, kalau namanya masih muda waktu itu cita-citanya banyak ya namanya anak kecil gitu tapi. Kalau dari awal memang saya senang dengan hal mekanika dengan hal teknis ya. Jadi memilih jurusan teknik mesin itu karena memang hobinya memang ya melihat sesuatu dari mesin, dari fisik, dari segala macam yang berhubungan dengan teknis ya jadi ya. Kalau milih jurusan udah yakin gitu jurusannya, saat itu jurusannya mau ini gitu.
Lalu kalau ngambil bisnis administration itu saya rasa suatu hal yang perlu saya tambah dari sisi yang lainnya, karena kalau belajar engineering gitu ya. Itu nggak diajarin gimana caranya administratif gitu jadi akhirnya belajar manajemen dari ilmu yang lain. Jadi ya untuk menambah wawasan juga dan juga menambah ini ya cara kerja karena saya merasa kenapa pilihan teknis waktu itu ya. Melatih logika ya begitu karena dalam hal melakukan pekerjaan itu saya butuh logika yang lebih kuat gitu jadi akhirnya ya teknis itu membantu lah. Administrasi yang me-manage gitu.
Apakah dulu memang diarahkan oleh orang tua atau memang dilepas saja?
Lebih dikasih pilihan sih. Tapi kalau misalnya Ayah almarhum dulu, memang menunjukkan mau kerja di mana saja kalau memang akhirnya serius itu bukan kalau mau kerja di mana saja itu harus serius gitu. Jadi nggak bisa setengah-setengah gitu. Jadi memang itu yang dididik gitu ya kalau mau belajar teknik ya yang serius, kalau mau belajar komputer yang serius, mau belajar administrasi yang serius, itu pesannya. Karena belajar keras, kerja keras ilmunya itu untuk ya buat kamu sendiri gitu kasarnya, bukan buat yang lain nanti kamu pakai di mana aja ya itu urusan belakangan. Tapi tunjukkan kontribusi dan kerja keras.
Nah kalau nenek almarhum ibu Mutiara Djokosoetono lebih mengarahkan gitu kalau kasih pilihan dan wawasannya lebih visioner. Dalam arti kalau kamu pandai kalau kamu bekerja apakah kamu mau membantu keluarga atau kamu membantu orang lain itu pertanyaan yang susah gitu. Ya dua-duanya. Tapi bagaimana? Jadi itu memberikan gambaran dan wawasan serta harapan yang tersirat sebenarnya ya. Jadi hal itu juga men-triger saya untuk. Ya udah deh saya coba ikuti lihat apa yang memang bisa saya kontribusikan di awal waktu itu.
Kalau kenangan atau pesan dari beliau-beliau yang sampai sekarang masih bapak pegang gitu mungkin di kehidupan bapak atau untuk bisnis ada nggak yang sampai sekarang masih dipegang?
Ya hal ini ya kerja keras, jadi dua duanya pendiri Blue Bird itu sangat menunjukkan kerja kerasnya, lalu selalu apa yang memberikan pertanyaan yang menantang gitu 'kamu kerjakan apalagi, kamu mau lakukan apa saat bekerja'. Nah itu menuntut untuk selalu kita berpikir untuk apa melihat sesuatu yang baru gitu. Jadi hal yang sering disampaikan itu satu.
Kedua, adalah memang perasaan bersyukur ya begitu jadi karena saat itu juga kita alhamdulillah sudah mulai berkecukupan, tapi akhirnya juga selalu diingatkan kalau kamu mau apa melihat berusaha kamu lihat ke atas yang atas itu masih jauh lebih banyak maka tetap berusaha.
Tetapi jangan lupa perusahaan kita ini banyak mempekerjakan para pengemudi para karyawan yang lainnya kamu coba lihat ke bawah. Jadi kamu bisa bersyukur apa yang kamu capai. Itu merupakan pesan yang cukup dalam ya dan untuk bisa menjadi apa penyemangat gitu ya di saat yang bersamaan gitu, mau berkembang dan juga bersyukur.
Tapi pada waktu itu ada nggak omongan, 'oh nanti Pak Sigit yang akan meneruskan perusahaan', ada nggak?
Nggak ada. Kalau Blue Bird ini kan tidak ada namanya tidak ada ditentukan dari awal putra mahkota ini. Semua berjalan masing-masing membantu. Pada saatnya diputuskan ditentukan baru diambil. Bahwa memang dituntut berkontribusi semaksimal mungkin, setelah itu dipilih. Karena kepemimpinan itu harus disesuaikan pada masanya, apa dari awal memang dididik jadi memang kalau sudah siap semua kan datang pada waktunya.
Pada waktu itu diangkat menjadi Direktur Utama kan kondisinya pandemi, waktu bisnis transportasi penumpang menurun, bisa diceritakan nggak struggling di perusahaan seperti apa, cara yang dipakai bapak untuk perusahaan survive itu gimana?
Saat pandemi itu alhamdulillah kita mendapatkan berkah dari pengemudi, karyawan kita yang solid. Jadi beberapa itu memang dalam kondisi susah semuanya, perusahaan sudah, mereka juga susah. Tetapi kita punya keinginan dan visi yang sama. Kita ingin bertahan. Jadi cara bertahan kita diskusikan pertama, gimana caranya kita bisa nurunin cost tapi kamu biaya tetap bisa berjalan.
Nah hal-hal itu kita atur bersama dari bekerja shifting, dari merubah suatu pola kerja sekarang dulu ga butuh di tempat di sini akhirnya kita kerjakan tempat yang lain, gitu. Jadi kita lakukan itu sama-sama karena faktor keluarga yang cukup kental. Kedua kita juga blessing juga ya berkah juga karena kita memiliki nama yang cukup kuat sehingga walaupun kita kondisinya juga cukup berat saat itu kita juga masih mendapatkan customer customer, request yang memang spesifik kita bisa menjalankan order repatriasi. Itu juga karena berkat kebertahanan Blue Bird sebenarnya.
Kita fokus pada protokol kesehatan karena pelayanan kita yang sudah sedikit dapat sedikit untuk dalam bila banget gitu loh. Lumayan bisa nutup untuk biaya gitu ya untuk berjalan. Pada saat kita memang berkembang kita perlu melakukan strategi, bersama-sama melihat memperkuat pondasi yang kita jalankan sama juga kita pikirkan ke depannya itu bagaimana. Kita menurunkan konsep itu dalam suatu strategi yang kita bentuk 3 M ya, Multi-Channel, Multi-Product, Multi-Payment.
Jadi kita tahu proses digitalisasi setelah COVID ini akan menjadi jauh lebih cepat, kita tahu kita harus melakukan kolaborasi yang lebih kencang, kita tahu pada saat itu juga memperkuat pondasi kita. Jadi kita multi channel itu ada kolaborasi ada memperkuat pondasi. Lalu Multi-Payment itu juga kolaborasi lebih banyak kita tidak membuat sistem digital kita sendiri tapi apapun pembayarannya kita bisa connect.
Multi-Product, itu memperkuat pondasi kita itu termasuk juga kita bisa, produk kita bisa diakses oleh channel-channel yang lain. Jadi dalam memperkuat kolaborasi dan juga memperkuat pondasi kita. Karena kita yakin sekali pada saat pandemi, apa yang perlu kita perkuat? Salah satu adalah pelayanan karena kita sudah berjalan selama ini, 50 tahun lebih dengan kondisi pelayanan yang menjadi pola strategi utama Blue Bird untuk bertahan selama ini.
Pelayanan turunannya banyak, pelayanan dari operasional pelayanan pengemudi yang lainnya dan juga hal-hal yang dilihat oleh customer baik dari pelayanan barang tertinggal, pelayanan kendaraannya sendiri, perawatan itu kira-kira strategi yang kita jalankan saat yang bersamaan kita pikirkan digitalisasi ke depan. Tetapi jangan lupa pondasi yang sudah berjalan ini nggak boleh ditinggalkan begitu saja.
Simak juga Video: CNN Mulai Pangkas Karyawannya
(ada/eds)