Eksklusif CIO Mandiri Capital Dennis Pratistha

Blak-blakan Badai PHK Startup hingga Saham GoTo Anjlok

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 14 Des 2022 16:49 WIB
Foto: Achmad Dwi Afriyadi
Jakarta -

Perusahaan rintisan atau dikenal dengan startup tengah menjadi topik hangat dalam beberapa waktu belakangan ini. Rentetan aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi penyebabnya.

Aksi PHK yang dilakukan para startup dilakukan dalam waktu berdekatan. Tercatat, sudah puluhan startup yang melakukan pengurangan pegawai, bahkan langkah ini dilakukan oleh startup yang menyandang nama besar.

Sejumlah nama besar itu sebut saja, GoTo, Shopee Indonesia, Ajaib, Tokocrypto, TaniHub, LinkAja, Ruangguru, GrabKitchen, dan lainnya. Apa yang sedang terjadi?

Dalam podcast Tolak Miskin detikcom, Direktur Investasi PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) Dennis Pratistha buka-bukaan mengenai berbagai hal yang tengah melanda startup. Bos perusahaan modal ventura ini juga mengurai berbagai penyebabnya.

Dalam kesempatan ini, Dennis juga bicara panjang lebar mengenai performa saham GoTo yang kini menjadi perhatian publik. Sebagaimana diketahui, saham GoTo belakangan terus anjlok seiring dengan berakhirnya masa lockup atau masa penguncian saham. Hal ini membuat pemegang saham 'lama' bisa melakukan transaksi atau menjual saham.

Klik widget di bawah ini untuk mendengarkan wawancara lengkapnya:

Berikut petikan wawancara detikcom dengan Dennis Pratistha:

Cerita dong bagaimana Anda akhirnya bisa sampai memimpin Mandiri Capital?

Saya cerita singkatnya saja, mulai dari background pendidikan. Pendidikan software engineering. Selesai software engineering saya langsung terjun bisnis sendiri. Kenapa bisnis sendiri, ya memang keluarga mendorong saya berbisnis sendiri.

Saya mulai bisnis, era itu belum marak ya VCs (venture capital), saya bisnis ya bisnis konvensional, nyari duit dari pendanaan dari perbankan, dan lain sebagainya. Syukurnya 6 tahun berbisnis, saya bisa sempat exceed, mulai bisnis lagi, dapat exceed lagi.

Dari situ saya melihat, saya ingin sekali kembali ke dunia teknologi. Pada saat bisnis, saya di infrastruktur telekomunikasi. Saya kembali lagi ke dunia teknologi, karena kebetulan memang beberapa kali exceeds dan udah pengalaman fund raising, udah pengalaman building business dari nol, restructuring, dan lain sebagainya. Saya dapat kesempatanlah untuk masuk ke dunia teknologi lagi, investments, pada saat itu pas saya masuk memang baru mulai, marak, investment, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya saya masuk, saya mulai di Redkendi, Sinarmas's family office, selanjutnya saya sekarang berlabuh lah di Mandiri Capital, which is very exciting justru, ini tempat yang sangat exciting untuk kita bisa membantu contribute digital ecosystem yang ada di Indonesia.

Di Mandiri Capital dari tahun berapa?

Saya hampir 2 tahun sekarang.

Bagaimana rasanya memimpin modal ventura yang umurnya masih cukup muda?

Betul, kita baru 7 tahun, tapi memang kalau dibandingkan VCs lainnya di Indonesia juga masih relatif lebih muda juga. Nah, di Mandiri Capital ini kenapa saya tadi bilang menarik. Ini punya kekuatan yang luar biasa, differentiator kita dibandingkan VCs lain adalah kita bisa me-leverage ekosistem dari Mandiri Group, the largest financial conglomerate di Indonesia dan juga state own enterprise (BUMN) ecosystem.

Nah, mungkin ini akan menjadi salah satu pertanyaan. Kita ini fokusnya atau differentiator-nya sedikit unik. Kita ingin membantu atau masuk, invest di suatu startup yang kita confident bisa membantu dalam hal business development. Business development bagaimana sih, membantu, memberikan, atau membawakan bisnis kepada mereka. Yang paling low hanging fruit ya leveraging Mandiri ecosystem, kita selalu memperkenalkan ke bisnis unit-bisnis unit yang ada di Mandiri dan juga di state own enterprise ecosystem dan kita very active.

Nanti saya akan cerita lebih lanjut bagaimana program atau inisiatif-inisiatif kita melakukan hal ini. Kita memposisikan diri bukan sebagai financial investor, tapi sebagai strategic investor. Itu yang kami melihat, dan saya melihat, dan saya sangat excited juga di Mandiri ini, karena kita bring value to the table. Everyone has money, yang punya duit saat ini VCs sangat banyak, kita harus ada differentiator agar kita bisa berteman sama semua VCs.

Apa itu differentiatornya?

Tadi yang saya cerita, yaitu business development, kita bring to the table, the Mandiri ecosystem, and the state own enterprise ecosystem.

Kita punya five value proposition. Value proposition kita, karena part of Mandiri Group. Number one, we have all 45 million retail customers. Ini the entire group. Number two, we have two hundred thousand small, medium, and large enterprises. Number three we are part of state own enterprise ecosystem. Number four, having from number one to three, kita bisa membantu business development dalam hal apapun termasuk market expansion, kita bisa connecting people, memperkenalkan nasabah-nasabahnya Mandiri kepada startup, membantu nasabah Mandiri kalau memang melakukan digital transformation, kita memperkenalkan startup. Jadi bringing business to the table dan of course, last but not least we have a huge financial conglomerate. Mau kita bantu dari sisi financing atau kita bring a new business model to the table. Kayak contoh, kita ada invest di beberapa perusahaan supply chain, karena mereka sekarang bermitra dengan kita, mereka dapat nambah produk mereka dari sisi value chain financing. Atau even productive buy now pay later. Jadi banyak yang kita bisa bring to the table.

And number five, kita punya banyak teman di VCs. Sehingga kita bisa membantu follow on. IPO yang dua terakhir kan Mansek (Mandiri Sekuritas) yang mengerjakan. Itulah value preposition kita. That's the differentiator between us and other VCs. Dan ini kami harapkan bisa bring value to the table.

Jadi sesuai visi awal Mandiri Capital didirikan untuk mengoptimalisasi ekosistem teknologi keuangan yang ada di Bank Mandiri sendiri dan juga di BUMN?

Jadi kami itu tidak lagi hanya fokus di fintech, kita sector agnostic. Kita ini sekarang dari sisi portofolio, we have 22 portofolio, spread over 14 different sectors. Sebagai contoh, kita ada di agritech, kita ada di aquaculture, kita ada di FMCG, of course fintech itu sudah jelas, kita ada digital signature, kita ada di commerce, dan lain sebagainya. Jadi sangat banyak.

Sudah dirasa cukup optimalkah sejauh ini untuk memiliki 22 startup tadi?

Kalau kita ngomong kita sudah optimal berarti kan kita sudah puas. Kan yang paling baik itu jangan selalu berpuas diri, tapi selalu melihat, apa lagi nih yang kita bisa improve upon. Jadi dari tahun ke tahun, ini kebetulan end of year, selain lagi ada closing one or two deals, kita juga lagi self reflecting apa yang kita bisa improve tahun depan. Jadi of course, walaupun kita merasa optimal, kita harus lebih optimal lagi tahun depan. Kita harus constantly improve ourselves. Jadi end of year, we self reflect sekalian kita planning apa yang akan kita lakukan tahun depan. Kita fine tune terus arah kita ke depan.

Jadi untuk menjawab apakah sudah optimal, untuk tahun ini kita sudah optimal karena kita mengerjakan apa plan kita di tahun ini. Tapi tentu kita banyak digital ecosystem di Indonesia yang masih harus dikembangkan. Jadi kita harus terus bisa contribute.

Berapa total pendanaan dari awal tahun sampai saat ini?

Yang sudah bisa kita announce saja ya, sampai akhir tahun masih ada soalnya, mudah-mudahan nggak ada halangan. Ada juga yang memang belum bisa kita disclose. To date kalau dari sisi new investment, kita ada 6 startup, itu berbagai macam sektor.

Kita mulai contohnya Cakap itu edtech kita ada invest di sana, Greenhope itu plastik yang bio degradable. Kita ada invest di AgriAku. Kita invest di Sinbad, which is FMCG supply chain. Both AgriAku dan Sinbad membantu mengurangi atau membuat lebih efisien supply chain di Indonesia di bidangnya masing-masing. Kita ada invest di FitAja, dan nomor 6 ini, saya baru inget kita belum announce. Sebenarnya saya bisa kita kasih hints, ada beberapa lagi yang akan di-announce dan juga yang akan close, jadi lima dulu.

Di bidang apa aja tuh?

Yang terakhir saya boleh kasih hint aquaculture.

Jadi kayaknya Mandiri Capital sekarang lebih bergerak ke arah agriculture ya?

Bukan hanya itu. Kita ini senang sektor yang bisa kita bantu, membesarkan untuk Indonesia. Kalau ngomong agriculture, aquaculture ini kan potensinya luar biasa. Namun mereka masih in term of finance mereka masih under served by financial institution.

Kita invest di perusahaan-perusahaan tersebut yang segmennya mengarah ke mikro, agar bisa apa, agar bisa membantu negara kita meningkatkan, satu financial literacy, nomor dua financial inclusion.

Itulah yang tadi saya cerita kenapa kami bisa membantu startupnya sendiri, mereka kan sudah eksis di sana, mereka sudah main di rural. Kita tier three city, tier four areas, rural areas mereka sudah eksis namun mereka belum provide financial services. Dengan adanya kami, kami bisa membantu mereka provide finance services kepada customernya, kepada usernya, kepada even the small supplier, sehingga kita membantu meningkatkan financial inclusion.

Untuk nominal total pendanaan berapa year to date?

Kalau nominal mungkin kita nggak bisa disclose ya. Itu masing.masing startup kan they have their own policy. Kita terikat MDA juga, jadi nggak bisa kita disclose.

Tapi kalau dibandingkan tahun sebelumnya growthnya gimana?

Berkembang, berkembang terus. Tahun depan kita targetkan berkembang lagi. Tahun depan pun kan kita ada beberapa beberapa pockets, kita di dalam Mandiri Capital ada dua stream. Stream business pertama balance sheet fund, stream bisnis kedua adalah venture fund, tahun depan venture fund ada dua yang aktif, termasuk di antaranya Merah Putih Fund, yang berbarengan dengan other state own VCs. Jadi of course ke depan, tahun depan dan tahun-tahun berikutnya akan makin besar lagi investment kita.

Banyak orang belum kenal Merah Putih Fund, itu sebenarnya apa sih, apa kontribusi Mandiri Capital ke Merah Putih Fund fund dan apa visinya?

Saya cerita sedikit ya, Merah Putih Fund ini inisiatif Kementerian BUMN. Ini kolaborasi dengan 5 VCs, termasuk kita di antaranya MCI. Kebetulan MCI diberi kepercayaan untuk menjadi pengelola untuk Merah Putih Fund. Objektifnya simpel, objektifnya adalah untuk memperbanyak unicorn yang ada di Indonesia. Sehingga kita fokusnya kepada soonicorn (soon to be unicorn).

Our target is soonicorns, Indonesian founders of majority operation in Indonesia dan tentu kita ingin lebih banyak lagi startup-startup yang akan melantai di bursa. Jadi salah satu kriterianya juga punya pathwork listing di Bursa Efek Indonesia.

Pengelola maksudnya?

Fund managernya.

Mandiri Capital aja?

Fund manager kan bisa satu, kan kita ini di-regulate di bawah OJK. Produk dana ventura ini harus ada pengelolanya, pengelolanya adalah Mandiri Capital Indonesia, namun tentu kita bekerjasama dengan erat ya dengan other CVCs. Sebenarnya di IC kan kita bersama-sama mengambil keputusan, jadi setiap CVC SOE punya seed di IC. Jadi kita mengambil keputusan bersama-sama.

Itu (Merah Putih Fund) sudah jalan?

Kita lagi proses finalizing, tahun depan kita harapkan sudah langsung bisa mulai.

Ada berapa target pendanaannya?

Nanti tentu kita akan announce deal by deal, belum bisa kita disclose lah sekarang targetnya.

Simak juga Video: Badai Resesi Picu PHK Massal, Begini Tanggapan Warga







(acd/eds)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork