Blak-blakan Badai PHK Startup hingga Saham GoTo Anjlok

Eksklusif CIO Mandiri Capital Dennis Pratistha

Blak-blakan Badai PHK Startup hingga Saham GoTo Anjlok

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Rabu, 14 Des 2022 16:49 WIB
CIO Mandiri Capital, Dennis Pratistha
Foto: Achmad Dwi Afriyadi
Jakarta -

Perusahaan rintisan atau dikenal dengan startup tengah menjadi topik hangat dalam beberapa waktu belakangan ini. Rentetan aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi penyebabnya.

Aksi PHK yang dilakukan para startup dilakukan dalam waktu berdekatan. Tercatat, sudah puluhan startup yang melakukan pengurangan pegawai, bahkan langkah ini dilakukan oleh startup yang menyandang nama besar.

Sejumlah nama besar itu sebut saja, GoTo, Shopee Indonesia, Ajaib, Tokocrypto, TaniHub, LinkAja, Ruangguru, GrabKitchen, dan lainnya. Apa yang sedang terjadi?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam podcast Tolak Miskin detikcom, Direktur Investasi PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) Dennis Pratistha buka-bukaan mengenai berbagai hal yang tengah melanda startup. Bos perusahaan modal ventura ini juga mengurai berbagai penyebabnya.

Dalam kesempatan ini, Dennis juga bicara panjang lebar mengenai performa saham GoTo yang kini menjadi perhatian publik. Sebagaimana diketahui, saham GoTo belakangan terus anjlok seiring dengan berakhirnya masa lockup atau masa penguncian saham. Hal ini membuat pemegang saham 'lama' bisa melakukan transaksi atau menjual saham.

ADVERTISEMENT

Klik widget di bawah ini untuk mendengarkan wawancara lengkapnya:

Berikut petikan wawancara detikcom dengan Dennis Pratistha:

Cerita dong bagaimana Anda akhirnya bisa sampai memimpin Mandiri Capital?

Saya cerita singkatnya saja, mulai dari background pendidikan. Pendidikan software engineering. Selesai software engineering saya langsung terjun bisnis sendiri. Kenapa bisnis sendiri, ya memang keluarga mendorong saya berbisnis sendiri.

Saya mulai bisnis, era itu belum marak ya VCs (venture capital), saya bisnis ya bisnis konvensional, nyari duit dari pendanaan dari perbankan, dan lain sebagainya. Syukurnya 6 tahun berbisnis, saya bisa sempat exceed, mulai bisnis lagi, dapat exceed lagi.

Dari situ saya melihat, saya ingin sekali kembali ke dunia teknologi. Pada saat bisnis, saya di infrastruktur telekomunikasi. Saya kembali lagi ke dunia teknologi, karena kebetulan memang beberapa kali exceeds dan udah pengalaman fund raising, udah pengalaman building business dari nol, restructuring, dan lain sebagainya. Saya dapat kesempatanlah untuk masuk ke dunia teknologi lagi, investments, pada saat itu pas saya masuk memang baru mulai, marak, investment, dan lain sebagainya.

Pada akhirnya saya masuk, saya mulai di Redkendi, Sinarmas's family office, selanjutnya saya sekarang berlabuh lah di Mandiri Capital, which is very exciting justru, ini tempat yang sangat exciting untuk kita bisa membantu contribute digital ecosystem yang ada di Indonesia.

Di Mandiri Capital dari tahun berapa?

Saya hampir 2 tahun sekarang.

Bagaimana rasanya memimpin modal ventura yang umurnya masih cukup muda?

Betul, kita baru 7 tahun, tapi memang kalau dibandingkan VCs lainnya di Indonesia juga masih relatif lebih muda juga. Nah, di Mandiri Capital ini kenapa saya tadi bilang menarik. Ini punya kekuatan yang luar biasa, differentiator kita dibandingkan VCs lain adalah kita bisa me-leverage ekosistem dari Mandiri Group, the largest financial conglomerate di Indonesia dan juga state own enterprise (BUMN) ecosystem.

Nah, mungkin ini akan menjadi salah satu pertanyaan. Kita ini fokusnya atau differentiator-nya sedikit unik. Kita ingin membantu atau masuk, invest di suatu startup yang kita confident bisa membantu dalam hal business development. Business development bagaimana sih, membantu, memberikan, atau membawakan bisnis kepada mereka. Yang paling low hanging fruit ya leveraging Mandiri ecosystem, kita selalu memperkenalkan ke bisnis unit-bisnis unit yang ada di Mandiri dan juga di state own enterprise ecosystem dan kita very active.

Nanti saya akan cerita lebih lanjut bagaimana program atau inisiatif-inisiatif kita melakukan hal ini. Kita memposisikan diri bukan sebagai financial investor, tapi sebagai strategic investor. Itu yang kami melihat, dan saya melihat, dan saya sangat excited juga di Mandiri ini, karena kita bring value to the table. Everyone has money, yang punya duit saat ini VCs sangat banyak, kita harus ada differentiator agar kita bisa berteman sama semua VCs.

Apa itu differentiatornya?

Tadi yang saya cerita, yaitu business development, kita bring to the table, the Mandiri ecosystem, and the state own enterprise ecosystem.

Kita punya five value proposition. Value proposition kita, karena part of Mandiri Group. Number one, we have all 45 million retail customers. Ini the entire group. Number two, we have two hundred thousand small, medium, and large enterprises. Number three we are part of state own enterprise ecosystem. Number four, having from number one to three, kita bisa membantu business development dalam hal apapun termasuk market expansion, kita bisa connecting people, memperkenalkan nasabah-nasabahnya Mandiri kepada startup, membantu nasabah Mandiri kalau memang melakukan digital transformation, kita memperkenalkan startup. Jadi bringing business to the table dan of course, last but not least we have a huge financial conglomerate. Mau kita bantu dari sisi financing atau kita bring a new business model to the table. Kayak contoh, kita ada invest di beberapa perusahaan supply chain, karena mereka sekarang bermitra dengan kita, mereka dapat nambah produk mereka dari sisi value chain financing. Atau even productive buy now pay later. Jadi banyak yang kita bisa bring to the table.

And number five, kita punya banyak teman di VCs. Sehingga kita bisa membantu follow on. IPO yang dua terakhir kan Mansek (Mandiri Sekuritas) yang mengerjakan. Itulah value preposition kita. That's the differentiator between us and other VCs. Dan ini kami harapkan bisa bring value to the table.

Jadi sesuai visi awal Mandiri Capital didirikan untuk mengoptimalisasi ekosistem teknologi keuangan yang ada di Bank Mandiri sendiri dan juga di BUMN?

Jadi kami itu tidak lagi hanya fokus di fintech, kita sector agnostic. Kita ini sekarang dari sisi portofolio, we have 22 portofolio, spread over 14 different sectors. Sebagai contoh, kita ada di agritech, kita ada di aquaculture, kita ada di FMCG, of course fintech itu sudah jelas, kita ada digital signature, kita ada di commerce, dan lain sebagainya. Jadi sangat banyak.

Sudah dirasa cukup optimalkah sejauh ini untuk memiliki 22 startup tadi?

Kalau kita ngomong kita sudah optimal berarti kan kita sudah puas. Kan yang paling baik itu jangan selalu berpuas diri, tapi selalu melihat, apa lagi nih yang kita bisa improve upon. Jadi dari tahun ke tahun, ini kebetulan end of year, selain lagi ada closing one or two deals, kita juga lagi self reflecting apa yang kita bisa improve tahun depan. Jadi of course, walaupun kita merasa optimal, kita harus lebih optimal lagi tahun depan. Kita harus constantly improve ourselves. Jadi end of year, we self reflect sekalian kita planning apa yang akan kita lakukan tahun depan. Kita fine tune terus arah kita ke depan.

Jadi untuk menjawab apakah sudah optimal, untuk tahun ini kita sudah optimal karena kita mengerjakan apa plan kita di tahun ini. Tapi tentu kita banyak digital ecosystem di Indonesia yang masih harus dikembangkan. Jadi kita harus terus bisa contribute.

Berapa total pendanaan dari awal tahun sampai saat ini?

Yang sudah bisa kita announce saja ya, sampai akhir tahun masih ada soalnya, mudah-mudahan nggak ada halangan. Ada juga yang memang belum bisa kita disclose. To date kalau dari sisi new investment, kita ada 6 startup, itu berbagai macam sektor.

Kita mulai contohnya Cakap itu edtech kita ada invest di sana, Greenhope itu plastik yang bio degradable. Kita ada invest di AgriAku. Kita invest di Sinbad, which is FMCG supply chain. Both AgriAku dan Sinbad membantu mengurangi atau membuat lebih efisien supply chain di Indonesia di bidangnya masing-masing. Kita ada invest di FitAja, dan nomor 6 ini, saya baru inget kita belum announce. Sebenarnya saya bisa kita kasih hints, ada beberapa lagi yang akan di-announce dan juga yang akan close, jadi lima dulu.

Di bidang apa aja tuh?

Yang terakhir saya boleh kasih hint aquaculture.

Jadi kayaknya Mandiri Capital sekarang lebih bergerak ke arah agriculture ya?

Bukan hanya itu. Kita ini senang sektor yang bisa kita bantu, membesarkan untuk Indonesia. Kalau ngomong agriculture, aquaculture ini kan potensinya luar biasa. Namun mereka masih in term of finance mereka masih under served by financial institution.

Kita invest di perusahaan-perusahaan tersebut yang segmennya mengarah ke mikro, agar bisa apa, agar bisa membantu negara kita meningkatkan, satu financial literacy, nomor dua financial inclusion.

Itulah yang tadi saya cerita kenapa kami bisa membantu startupnya sendiri, mereka kan sudah eksis di sana, mereka sudah main di rural. Kita tier three city, tier four areas, rural areas mereka sudah eksis namun mereka belum provide financial services. Dengan adanya kami, kami bisa membantu mereka provide finance services kepada customernya, kepada usernya, kepada even the small supplier, sehingga kita membantu meningkatkan financial inclusion.

Untuk nominal total pendanaan berapa year to date?

Kalau nominal mungkin kita nggak bisa disclose ya. Itu masing.masing startup kan they have their own policy. Kita terikat MDA juga, jadi nggak bisa kita disclose.

Tapi kalau dibandingkan tahun sebelumnya growthnya gimana?

Berkembang, berkembang terus. Tahun depan kita targetkan berkembang lagi. Tahun depan pun kan kita ada beberapa beberapa pockets, kita di dalam Mandiri Capital ada dua stream. Stream business pertama balance sheet fund, stream bisnis kedua adalah venture fund, tahun depan venture fund ada dua yang aktif, termasuk di antaranya Merah Putih Fund, yang berbarengan dengan other state own VCs. Jadi of course ke depan, tahun depan dan tahun-tahun berikutnya akan makin besar lagi investment kita.

Banyak orang belum kenal Merah Putih Fund, itu sebenarnya apa sih, apa kontribusi Mandiri Capital ke Merah Putih Fund fund dan apa visinya?

Saya cerita sedikit ya, Merah Putih Fund ini inisiatif Kementerian BUMN. Ini kolaborasi dengan 5 VCs, termasuk kita di antaranya MCI. Kebetulan MCI diberi kepercayaan untuk menjadi pengelola untuk Merah Putih Fund. Objektifnya simpel, objektifnya adalah untuk memperbanyak unicorn yang ada di Indonesia. Sehingga kita fokusnya kepada soonicorn (soon to be unicorn).

Our target is soonicorns, Indonesian founders of majority operation in Indonesia dan tentu kita ingin lebih banyak lagi startup-startup yang akan melantai di bursa. Jadi salah satu kriterianya juga punya pathwork listing di Bursa Efek Indonesia.

Pengelola maksudnya?

Fund managernya.

Mandiri Capital aja?

Fund manager kan bisa satu, kan kita ini di-regulate di bawah OJK. Produk dana ventura ini harus ada pengelolanya, pengelolanya adalah Mandiri Capital Indonesia, namun tentu kita bekerjasama dengan erat ya dengan other CVCs. Sebenarnya di IC kan kita bersama-sama mengambil keputusan, jadi setiap CVC SOE punya seed di IC. Jadi kita mengambil keputusan bersama-sama.

Itu (Merah Putih Fund) sudah jalan?

Kita lagi proses finalizing, tahun depan kita harapkan sudah langsung bisa mulai.

Ada berapa target pendanaannya?

Nanti tentu kita akan announce deal by deal, belum bisa kita disclose lah sekarang targetnya.

Simak juga Video: Badai Resesi Picu PHK Massal, Begini Tanggapan Warga

[Gambas:Video 20detik]




Mandiri Capital di awal kan fokusnya fintech, makin ke sini makin melebar dan variatif. Bicara fintech, katanya investor makin selektif. Bagaimana kaca mata dari Mandiri Capital?

Saya jawabnya dari dua sisi ya. Semua perusahaan financial ke depannya akan being empowered by technology. Jadi all financial companies are gonna be fintech company.

Jawaban selanjutnya, sekarang ini kan kita sedang menghadapi tantangan yang luar biasa. Jadi saya mau melebar sedikit, bukan hanya di fintech tapi industry as a whole.

Sekarang ini justru mulai, startup ini menyehatkan diri. Dalam arti begini, at the end of the day, tech companies essentially their business. Business at the end of the day harus apa sih? Bisnis harus bisa solve a problem, with the begin of market. Kalau solving of problem satu kecamatan, atau satu RT kurang gigit gitu ya. Solution-nya yang di-provide oleh perusahaan tersebut harus ada business model yang tepat, harus bisa mendapatkan revenue. Kan ujungnya gitu. Setelah itu tentu harus become profitable, agar bisa self sustain. Jadi perusahaan harus punya pathwork profitability.

Unfortunately, karena dulu hype ya, dulu growth at any cost startup ini. Jadi water cooler talk-nya bukan lagi 'quarter lalu Ebitda lu berapa? Fundraising advance lu yang lalu di valuation berapa?'. Kan water cooler talk-nya kemarin seperti itu. Sekarang sudah mulai mengarah ke startup ini menjalankan sesuai bisnis yaitu mencari profitability. Jadi mereka sekarang growth-nya itu yang memiliki positive impact towards the bottom line. Agar bisa mengejar profitability, jadi punya pathwork profitability. Nggak lagi growth at any cost.

Jadi model bisnisnya berubah?

Nggak model bisnis dong, kan ini sudah mulai memikirkan growth yang menguntungkan. Kalau dulu kan growth at any cost yang saya katakan, buka atau expand ke daerah sini, untung nggak untung yang penting kita punya eksistensi. Kalau sekarang kan nggak.

Sekarang mereka mulai melihat, OK saya mau buka growth di sini, nggak untung kita tutup, kita coba di daerah lain. Atau nggak, kita mau launch produk ini, produk ini nggak untung kita coba launching produk lain. Jadi bukan masalah business model berubah, namun sudah mulai orientasinya towards profitability.

Ini berlaku ke semua startup di semua sektor?

Sudah mulai, harus. Mau nggak mau, you have to bear in mind. Startup are essentially business. Business need to create profit to be self sustain.

Berarti selama ini memang disadari oleh investor business model startup kurang sehat?

Bukan, ini kan namanya evolution, kan evolving ya. Di awal startup namanya something new, mereka disrupting, mem-provide alternative solution mereka harus quickly trial, quickly growth, sekarang kan sudah terbukti, startup-startup yang ada memang bring value to our lives, jadi udah harus memikirkan profitability. Not only bringing value to our lives, but bringing a lot of value to businesses juga, sehingga udah mulai sekarang. Let's start making profits.

Jadi alasan resesi dan tekanan ekonomi kurang tepat jadi alasan kenapa startup harus berbenah?

Kan itu katalisnya, salah satu katalis, tapi memang soon or later pasti. Kita kan sudah mengalami cycle seperti ini beberapa kali. Contohnya di akhir 1990 awal 2000 dotcom booming. Coba lihat perusahaan-perusahaan yang berhasil keluar dari dotcom bust kemarin, sekarang jadi perusahaan-perusahaan raksasa semua. Kita ngomong Google, Amazon, dan lain sebagainya. Jadi at the end of the day this always happen. Ini ada something new, we tried out, sampai kita bisa create profit.

Kalau kemarin ini this slow down, ya it's a catalyst aja. Money is no longer cheap, sehingga investor mulai menuntut 'Hey get your self in shaped lah' kasarnya gitu. Get your act together, let's start creating profitable business, lets start having a pathwork profitability setidaknya.

Jadi orientasinya berubah ya untuk mencapai kinerja yang diinginkan?

Tetap growth, jadi bukan kita ngomong berubah bagaimana, tapi tetap growth. Yang tadi saya katakan, growth yang memiliki positive impact towards the bottom line, bukan growth at any cost lagi.

Impact ke masyarakat ada nggak? Misalnya startup yang tadinya identik bakar uang bakal berubah?

Itu kembali ke jawaban saya barusan, dulu growth at any cost, sekarang growth yang memiliki positive impact towards the bottom line. Bakar uang dan lain sebagainya, having discounts atau apapun, itu asal forward looking-nya nanti akan bisa memiliki positive impact, yaitu akan mendapat customer yang loyal dan lain sebagainya mungkin sah-sah aja, tapi nggak semena-mena. Kita lihatin sustainable business yang ada di Indonesia, conventional business yang ada aja sesekali ada kok discounts. Tapi kan mereka orientasinya profitability.

Jadi kembali ke jawaban tadi, growth yang have positive impact towards the bottom line. Itu sah, asalkan nanti ke depannya, long term-nya, mid term-nya ada positive impact.

Jadi berkurang ya (aksi bakar duit)?

Kemungkinan akan berkurang, namun bukan berarti berhenti. Yang penting, kan kembali lagi ke statement saya tadi, bukan lagi growth at any cost.

Kalau memang dirasakan perlu memberi diskon agar bisa menjaring customer dan mendapatkan loyal customer ya sah-sah aja. Tapi kalau cuma sekadar mendapat customer dan menaikkan transaction sementara, itu tidak sah. Kan nggak ada long term effect-nya, harus ada mid long term effect-nya. Minimum dari setiap customer yang di-acquire balik modal lah. Jadi customer life time value vs customer acquisition cost harus positif dong.

Apa yang menjadi alasan startup berbondong-bondong melakukan PHK sebelum akhir 2022?

PHK kan memang hal yang tidak kita inginkan. Sebenarnya kalau saya bisa jelaskan sedikit dan luruskan sedikit, PHK selalu opsi terakhir. Tentu dari para startups ini opsi yang utama untuk melakukan cost efficiency ya mereka slowing down their growth. Mereka tidak lagi growth at any cost, artinya buka area yang tidak menguntungkan dan sebagainya. Itu effort-effort mereka di awal. Dari sisi produk mereka tidak lagi main asal luncurkan produk, mereka lebih berhitung. Lebih cost conscious (sadar biaya).

Of course karena mereka harus bisa bertahan, pada saat current climate seperti ini dan mereka dituntut memiliki pathwork profitability, ya ada dampak negatifnya yaitu PHK tadi.

Ya kami harapkan tentu dari para investor, ini sementara. Kenapa, karena perusahaan mulai belajar untuk menjadi profitable, setelah mereka profitable mereka bisa grow, mereka bisa rekrut lagi, bisa buka lowongan lagi.

Kalau perusahaan masih kecil nggak mikirin untuk grow kan habis perusahaan itu. Tapi kalau mereka menyehatkan diri, mereka bisa grow, mungkin awalnya punya 10 pegawai, terus mereka profit, terus mereka reinvest their profit, bisa jadi 100 pegawai, reinvest lagi jadi 10 ribu pegawai. Itu kan menciptakan lapangan kerja terus kan. Kita lihat aja dulu Amazon ada berapa pegawai sih.

Apakah ada alasan khusus kenapa sepertinya efisiensi seperti PHK dilakukan sebelum 2023?

Bukan alasan khusus, ini kembali soal pathwork profitability. Sudah dituntut untuk ada pathwork profitability, dan perusahaan-perusahaan ini, startup-startup ini harus bisa melalui climate yang ada sekarang ini. Of course you have to adapt your self with the current climate, climate lagi slow down ya mau nggak mau mereka harus melakukan cost efficiency sehingga mereka bisa melewati ini dan bisa menjadi lebih kuat.

Harapan kami, what doesn't kill you makes you stronger. Mudah-mudahan mereka menjadi lebih kuat, malahan nanti begitu the sun rises again mereka bisa lebih besar, mereka start recruiting again.

Jadi ini bukan exit strategy mumpung lagi momen resesi?

Mungkin ini sudah terjawab di penjelasan saya yang barusan ya. Untuk melewati slow down ini mereka harus cost efficient, kalau mereka tidak cost efficient bagaimana mereka bisa survive. Jadi of course the slow down plays a part in it ya, bukan alasan yang diciptakan, tapi memang mereka harus get through the slow down.

Kita ambil contoh lain, global financial crisis, 2008-2009 banyak terjadi layoff di dunia finance, pada akhirnya setelah mereka sehat they start recruiting again, and now they are bigger. They are in a much healthier position, they become really big and once they recovered from the crisis, malahan mereka mulai recruiting lagi. Jadi this is a part of life. This is part of the cycle of the economy yang menuntut transformasi.

GoTo performanya disorot, Mandiri Capital sebagai salah satu investor bagaimana melihat kinerja GoTo saat ini?

Kita ini harus ingat ya, saham itu adalah bagian dari perusahaan, yang kami selalu pentingkan atau prioritaskan adalah the fundamental of the business. Kalau saya boleh quote investor terkenal Benjamin Graham the stock market in the short term is a voting machine, but in the long term is a weighing machine. Artinya apa, artinya short term ya gossips, trends apapun, tapi long term fundamentalnya. Asalkan GoTo bisa terus menggenjot kinerjanya lebih baik, kan last quarter mereka sudah mulai menunjukkan kinerja yang lebih baik.

Terus mereka mengejar itu, dan mereka bahkan menyatakan pathwork profitability bisa maju satu quarter. Itu terjadi ya udah, ngapain kita pusingin harga short term. Saham kan very volatile, short term naik turun ya nggak bisa dijelaskan it's psychology, tapi kalau long term-nya itu bukan psychology, itu fundamental yang dilihat. Jadi ngapain kita ambil pusing harga short term, tapi yang kita ambil pusing long term business performance-nya.

GoTo menjanjikan secara long term?

Kita cukup melihat announcement mereka last quarter, mereka menunjukkan banyak positive trends, kalau positive trend bisa terus dilanjutkan, mereka akan menjadi perusahaan yang sehat. Jadi Secara fundamental ini harga saham sekarang short term, pasti nanti akan melihat juga begitu fundamentalnya kuat, begitu mereka profitable, harga saham lambat laun akan merefleksikan itu.

Harga saham saat ini dirasa tidak menunjukkan fundamental GoTo saat ini?

Saham kan volatile sekali, menunjukkan sekarang atau tidak kan perception, makanya saya bilang in the short term it's voting machine seberapa populer saham, tapi long term is a weighing machine seberapa sehat perusahaan itu. Jadi saya nggak spekulasi harga saham sekarang bagus jelek atau apapun. Kita cukup melihat aja, sekarang performance GoTo membaik dan mereka menyatakan akan terus membaik, bahkan mereka mengeluarkan statement pathwork profitability-nya maju satu quarter. Itu aja yang kita pegang.

Tahun depan akan menambah pendanaan untuk GoTo?

Kami kan perusahaan modal ventura, jadi kami invest di perusahaan private, kalau di public market asset management.

Mandiri Capital akan melakukan gebrakan apa lagi di dunia startup?

Kita melakukan business matchmaking tahun ini namanya Xponent. Business matchmaking antara tech companies dengan business unit yang ada di Mandiri. Itu kami lihat kemarin antusiasmenya luar biasa dan menguntungkan kedua belah pihak.

Ke depan kita akan mencari gebrakan-gebrakan baru yang bisa contribute ke digital ecosystem di Indonesia. Seperti halnya Xponent ini, akan ada banyaklah inisiatif-inisiatif lain. Kita akan terus evolve program-program seperti ini.

Kalau bisa kasih saran ke para technopreneur atau startup lokal, mau bilang apa?

Simple ya. Keep innovating, identify your business model, and always have a pathwork of profitability. Gimana caranya keep innovating, terus identify problem, you have to keep asking yourself questions, how can I improve this, how can I improve that. What if I do this, what if I do that. Setelah dapat what if nya, how can I do it. Once you find the solution, how can I monetize this. Am I gonna become profitable. Itu terus yang dilakukan. Innovation and creating the business out of the innovation.

Jadi jangan pernah berhenti berinovasi. Sekarang siklus inovasi itu makin cepat karena metodologi yang ada sekarang luar biasa. Sekarang kita agility. Kita udah mulai memikirkan Ketika ada ide kita pilot. Setelah pilot berhasil, kita create minimum viable product, lalu create the product. Jadi siklusnya pendek. Dulu setahun dua tahun, sekarang dari ide sampai mulai piloting aja hitungan minggu. Jadi sekarang cycle-nya makin cepat. Of course mindset-nya juga jadi luar biasa. Dengan mindset seperti itu, innovation will keep growing. What we see upon us now, in 10 years time akan jauh luar biasa. Because the innovation cycle is getting faster.

Don't give up. Karena Ketika pilot itu gagal bukan berarti idenya jelek, tapi mungkin perlu di-fine tune saja. Saya kembali lagi, we always have to ask ourself questions, why, what if, and how. Why is this happening, what if I do this to improve, how can I execute. Jadi keep asking yourself questions until you succeed.


Hide Ads