Jakarta -
Permasalahan beras di Indonesia sampai saat ini bak benang kusut. Masalah belum terselesaikan, harga tinggi, produksi menurun, kondisi iklim belum pulih membuat stok untuk kebutuhan sulit terpenuhi.
Kondisi ini ternyata juga terjadi di seluruh dunia, bahkan menjadi momok menakutkan dunia. Beras pun menjadi komoditas superior yang diperebutkan untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh negara.
Dalam waktu yang sama, pemerintah Indonesia terus berupaya menekan harga agar tidak melonjak tajam. Keputusan impor pun diambil untuk memenuhi kekurangan produksi yang terjadi. Tugas inilah yang diberikan pemerintah kepada BUMN Pangan, Perum Bulog.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada detikcom, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi buka-bukaan terkait tingginya harga beras, perebutan beras di dunia, krisis pangan hingga memperkuat strategi menekan harga di tengah situasi panasnya politik dalam negeri.
Pak Bayu sudah kurang lebih sudah 2 bulan memimpin Perum Bulog setelah diangkat pada 1 Desember 2023, bagaimana bapak beradaptasi memimpin Bulog?
Saya kira nggak ada yang baru. Jadi saya sudah kenal Bulog sangat lama, bahkan sejak saya masih baru memulai karir profesional sebagai dosen di IPB (Institut Pertanian Bogor) terus sering berinteraksi dengan lembaga lembaga pemerintah. Doktor saya tentang koperasi, jadi saya berinteraksi dengan Kementerian Koperasi, dengan Bulog sangat dekat.
Saya punya banyak sekali sahabat-sahabat senior di Bulog sejak dulu, beberapa bahkan sudah Almarhum, bahkan saya cukup dekat dengan Beddu Amang secara profesional, karena beliau pernah menjadi Ketua Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia), di mana saya juga pada periode yang kira kira 10 tahun terakhir dua kali periode Ketua Perhepi. Jadi, dengan Bulog saya sangat lama sudah berinteraksi.
Kemudian, jadi saya memahami betul peran dan fungsinya. Saya pernah jadi Dewas (Dewan Pengawas) di Bulog 2007-2012, kemudian jadi Kadewas, selama 6 bulan sebelum tanggal 1 Desember 2023 saya dilantik jadi Dirut. Kalau ditanya, hampir nggak ada surprise sama sekali, begitu Jumat malam dilantik, kan dilantiknya cuma dibacain SK ya, Sabtu sudah langsung rapat itu hanya pakai Zoom, Senin sudah ngantor. Praktis, nggak ada hal yang terlalu mengejutkan sudah tahu kondisi Bulog kaya apa kondisi keuangan dan penugasan.
Ada nggak tantangan yang dihadapi dalam pemimpin Perum Bulog?
Ya, tantangannya besar, tantangannya besar karena penugasan Bulog besar. Tanggung jawabnya (Bulog) besar sekali, menyelesaikan bantuan pangan pada 2023 kemudian dengan SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan)-nya. Kemudian melanjutkannya pada 2024 dengan perubahan data dengan proses di awal tahun yang sebelumnya dimulai pada awal Maret, ini di Januari. Kemudian menghadapi suasana yang menghangatkan dari politik dan pemilu. Tantangannya besar tetapi ya sudah kita hadapi sejak hari pertama. Disebut enjoy juga nggak karena cukup besar tugasnya sehingga harus ditangani dengan serius.
Soal stok Bulog yang dikuasai saat ini gimana dan berapa banyak?
Saya kira saya paling yakin bahwa stok Bulog cukup, cukup untuk menjalankan tugas bantuan pangan 3 bulan atau 6 bulan. Demikian cukup untuk menjalankan SPHP-nya sampai dengan 3 bulan atau 6 bulan. Kenapa saya bilang 3 bulan atau 6 bulan? Karena nanti ada panen, panen itu apakah itu dijalankan atau dihentikan dulu itu kebijakan pemerintah, Bulog menjadi pelaksana saja. Tetapi kalau harus dilaksanakan, kita siap stok cukup. Yang saya maksud stok cukup itu adalah, yang sudah di tangan sudah masuk gudang Bulog, stok dalam perjalanan pelabuhan-pelabuhan maupun di dalam perjalanan dari impor yang sudah dikontrak.
Yang akan masuk berapa?
Pada Desember Bulog melakukan lelang 540 ribu, hampir semuanya sudah masuk. Mungkin masih ada kurang lebih 100.000 atau 120.000 dalam perjalanan atau bongkar. Kemarin Bulog melakukan lelang lagi 500.000 dan itu akan masuk perlahan-lahan Februari dan seterusnya.
Penambahan 1,5 juta ton di 2023?
Ya kita lihat dulu, ini akan masuk panen. Kita harus perhatikan juga kondisi panen, kalau ternyata panennya bagus kita serap dari dalam negeri, ya impornya kita hentikan dulu. Karena ini izin impornya kan 1 tahun. Jadi kita selalu perhatikan kondisi yang ada, jadi kalau ternyata kondisinya tidak sebagus yang kita bayangkan, harga nggak turun, malah cenderung naik, ya kita beli lagi.
Berarti 500.000 akan masuk, itu dari kuota yang tahun berapa pak?
Itu sudah kuota tahun ini dari 2 juta ton. (Sisa kuota 2024 1,5 juta ton) itu anytime dapat dilakukan Bulog bisa membeli kita melihat situasi dan teman teman pemasok Bulog mereka sudah standby.
Tambahan impor 1,5 juta ton 2023 itu artinya sudah masuk di tahun berapa aja?
Jadi ada carry over 2022 itu 300 ribu ton. Itu di tahun 2023 izin pertama, masuk semua. Izin kedua 1,5 juta ton, masuk 1 juta ton, jadi 3,3 juta ton, itu ada carry over 2022. Penugasan 1,5 juta ton masih sisa 500 ribu itu masuk di 2024. Yang akan masuk dari 540 ribu carry over dan 500 ribu kuota tahun ini.
Impor kemungkinan bisa bertambah lagi nggak tahun ini?
We don't know, yang jelas kita bersiap. Bulog tugasnya bersiap, memang kalau harus tambah, kalau nggak alhamdulillah.
Kalau cuaca seperti ini ganggu bongkar muat nggak?
Iya, jelas, kita hampir semua... berasnya hampir semua dari karung dan masuk lewat kontainer. Ada juga masuk, istilahnya jadi diantar pakai jaring, itu kalau hujan menyulitkan. Jadi kalau hutan kita tutup dulu. Jadi kalau hujan gini mengganggu bongkar muat.
Ada ketakutan dari petani, kalau impor itu masuk ketika panen raya, bagaimana Bulog memastikan impor ini nggak masuk ketika panen raya?
Kritikal poinnya dari petani kan harga ya, jadi harga sekarang kan Rp 7.500 sampai Rp 8.000 GKP, padahal HPP kita kan Rp 5.000, jauh sekali. Dugaan saya, kalau panen pasti terpengaruhlah, karena memang namanya tambahan pasokan. Tetapi yang menjadi kunci bagi Bulog, apakah harganya sampai jatuh? Tetapi kalau sekarang sudah panen dari sekarang Rp 7.500 sampai Rp 8.000, kemudian turun misalnya ke Rp 7.000, itu masih wajar. Ya sudah.
Nyatanya sampai dengan hari ini, Bulog tahun lalu, impor begitu besarnya dan tahun ini besar, harganya tetap bertengger di Rp 7.500 sampai Rp 8.000. Jadi mungkin produksi panen kita yang sebenarnya tidak sebagus yang kita bayangkan, itu kuncinya di harga. Karena toh petani kan sudah mendapatkan harga yang bagus. Jadi petani tidak usah terlalu khawatir, impor atau tidak impor itu nomor dua. Nomor satu itu adalah harganya petani terjaga atau tidak.
Bagaimana ketika panen raya Bulog bersinergi dengan petani untuk menyerap beras, alurnya kapan Bulog waktunya menyerap?
Bulog terus terang aja mulai bersiap untuk menyerap, sekarang pun. Dan mekanisme penyerapannya Bulog ada dua, satu menggunakan mekanisme penyerapan PSO, nah itu yang menggunakan HPP dan ada penyerapan komersial. Penyerapan komersial ini lebih meminta standar yang lebih tinggi karena nanti dijualnya untuk premium juga. Jadi, memang persyaratannya yang diminta Bulog untuk pembelian komersial itu lebih tinggi, baik dari kualitas, jenis berasnya harus jelas dan sebagainya. Makanya harganya tidak akan ikut HPP. Kita jalan terus tuh.
Kemudian menggunakan HPP, kalau menggunakan HPP tunggu kena di HPP, kalau nggak petani nggak mau dong. Orang kita izinnya cuma Rp 5.000, kalau misalnya harganya Rp 7.000, gimana ngejarnya.
Kemudian yang harus diperhatikan, Bulog itu besar, jadi sekali Bulog masuk ke pasar, itu para pemain lain jadi gelisah langsung "Waduh Bulog masuk pasar nih, jadi kita beli dulu nih, sebelum diambil Bulog." Jadi mereka akan berlomba naik dan itu dampaknya inflasi harganya akan naik. Bulog akan sangat hati hati akan masuk, melakukan pengadaan itu, karena itu tadi justru, penggilingan penggilingan ini nanti justru berlomba naik.
Alternatifnya, Bulog beli dari penggilingan, penggilingan kecil-kecil beli dulu, katakanlah mereka ubah dulu dari gabah menjadi beras pecah kulit, beras yang masih kasar, masih kusam warnanya, itu yang dibeli Bulog. Kemudian masuk ke sistem pengolahannya Bulog, untuk menghasilkan beras yang bagus. Makanya Bulog punya fasilitas dua, satu namanya sentra pengolahan padi, ini beli gabah langsung diolah, keluarnya beras sudah dikemas bagus sekali. Ini yang paling dekat di Karawang. Kedua, sentra pengolahan beras, ini kita beli beras dari penggilingan, kita masukan dalam proses juga kita olah lagi, jadi keluarnya sesuai dengan standar Bulog.
Jadi, pengadaan dalam negeri Bulog ada berbagai macam cara dan alternatif tergantung yang ada di lapangan. Yang memang belum, yang mau kita dorong adalah Bulog masuk ke onfarm, jadi kita melakukan semacam kontrak farming, kita turun ke sawah membina petani, kasih pupuk, kasih bibit, kasih teknologi, sampai kemudian dapat hasilnya kemudian kita beli. Program ini ada platformnya sudah namanya Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat), komandannya itu PIHC (PT Pupuk Indonesia). Jadi, Bulog akan ikut di situ, nanti mudah mudahan ke depan, kalau sekarang sudah telat, jadi ke depan kita akan terlibat dan nanti Bulog akan menjadi offtake-nya. Bukan hanya offtake-nya kita juga kasih input dan membina itu tadi.
Sekarang kan harga beras, Februari 2023 dinaikkan HET beras, Maret 2023 juga sudah naik lagi. Nah saat ini medium itu sudah naik ke angka Rp 13.400 sampai Rp 14.000 dan premium itu Rp 15.600 sampai Rp 16.000. Kondisi kenaikan harga beras ini kenapa terjadi lagi, di saat Bulog juga melakukan intervensi dengan bantuan pangan dan SPHP?
Bayangin coba kalau Bulog nggak menyalurkan, berapa harganya? Bisa Rp 20.000 itu yang premium. Jadi, kenapa terjadi begitu? Tahun 2023, 7 bulan itu kita defisit dari 12 bulan, 7 bulan kita defisit. Tahun 2022, surplus 1 tahun itu kurang lebih itu 1,5 juta ton. Kalau surplus 2023 itu tinggal 300 ribu ton. Jadi produksi memang turun di tahun 2023. Di Januari-Februari, BPS (Badan Pusat Statistik) bilang ada defisit 2,7 juta ton sampai 2,8 juta ton.
Jadi, harga-harga itu representasi dari kondisi pasar, terutama produksi. Bagaimana Bulog? Kita bisa memastikan untuk kelompok masyarakat yang paling membutuhkan, yaitu kelompok masyarakat miskin itu mereka dapat bantuan pangan. Coba bayangin, kalau mereka nggak dapat bantuan pangan? Itu lebih panik lagi pasar beras, mereka akan gentayangan mencari beras ke mana mana, dengan harga sudah mahal, sangat sudah. Ini kan orang orang yang sangat sensitif yang nggak bisa makan ya. Mereka akan mengejar dan bisa malah menimbulkan masalah-masalah lain.
Sesudah itu, kita pakai SPHP, SPHP itu Bulog sebenarnya sudah nggak Rp 1.000 lagi sudah hampir Rp 2.000 dengan harga pasar. Ini kan untuk gandolin supaya tidak naik. Tahun 2023, kita sudah sampai 1,3 kali, atau 130% dibandingkan tahun sebelumnya. Bulan ini atau Januari itu sudah 160% dibandingkan Januari tahun lalu. Jadi, SPHP ini masih masif dicari oleh masyarakat, menurut saya karena memang pasokannya sedang turun.
Harga itu representasi dari produksi, makanya itu tadi, dan itu datanya menunjukkan sekali bahwa pada saat tidak ada bantuan pangan dan SPHP, itu pastinya harganya naik, curam. Kemudian ketika ada SPHP dan bantuan pangan, memang nggak turun, tetapi dia bertahan di atas, dia flat di atas. Belum bisa menurunkan karena yang bisa menurunkan itu cuma produksi.
Produksi kita itu 31-32 juta (ton), sekarang produksi kita cuma 30an juta ton, pengeluaran Bulog kira kira 2,5 juta. Jadi, 10% aja nggak. Jadi kalau harus menurunkan, nggak bisa. Tetapi paling nggak mengisi gap yang kurang. Jadi akhirnya harganya nggak naik.
Artinya bantuan pangan dan SPHP itu cukup menahan harga ya?
Iya, saya mengatakan berkali-kali, kita bisa menstabilkan harga, artinya inflasi berkurang, harga tidak naik lagi, tetapi belum berhasil menurunkan harga. Tidak berhasil menurunkan harga kenapa? Karena kalau menurunkan harga itu basisnya produksi.
Tonton juga Video: Ganjar Singgung Harga Beras: Kita Sedang Tidak Baik-baik Saja
[Gambas:Video 20detik]
Ke depan strategi lain selain bantuan pangan dan SPHP?
Pada tahun ini paling tidak, yang ada hanya itu, itu saja sudah diributin macam-macam.
Bantuan pangan itu akan disalurkan sampai Juni atau sepanjang tahun?
Sampai dengan saat ini rencananya baru, Januari, Februari, Maret, itu sudah pasti. Tetapi kemungkinan besar sudah hampir pastilah itu masuk juga April, Mei, Juni, jadi 6 bulan hampir pastilah. Kenapa kok saya masih ada ragu sedikit? Karena panen lagi-lagi, jadi kalau nanti panen, jangan-jangan bilang, "Berhenti dulu deh bantuan pangannya, karena lagi panen bagus." Ya kita siap saja kalau harus berhenti, kalau nggak, kita lanjutkan sampai Juni. Setelah pada semester kedua ini kita tidak tahu.
Sebenarnya bukan mau atau tidak mau. Justru pemerintah dan kita semua sebagai publik termasuk di DPR harus memutuskan, apakah satu stabilisasi pangan itu perlu apa nggak sih? Kalau saya menganggap perlu sebagai profesional maupun sebagai Dirut Bulog saya mengatakan stabilisasi pangan itu perlu. Perlu dilaksanakan, kalau enggak ya kasihan terutama untuk masyarakat yang berpendapatan rendah itu. Jadi paling enggak mereka tidak harus bingung mencari beras. Mereka bisa mendapatkan beras dengan harga yang relatif pasti. Jadi perlu dilanjutkan.
Tetapi kalau kita lihat dari pengalaman-pengalaman yang lalu kan bantuan pangan itu kebutuhan politik kan. Jadi kami sedang berusaha, meyakinkan semua pihak, berusaha meyakinkan karena bukan Bulog yang bikin peraturan. Apa tidak perlu ada suatu regulasi yang lebih pasti untuk menyatakan, supaya bahwa tahun depan pun akan ada bantuan pangan, tahun 2025 maksud saya.
Kenapa? Karena yang sekarang ini kita sudah melihat pengalaman kita kalau saja, itu ada sehingga kita bisa peraturan itu ada. maka Bulog bisa bikin perencanaan dengan jauh lebih baik, kita bisa melakukan pengadaan lebih baik, kita bisa melakukan pemilihan petani lebih baik, kalau kita tahu bahwa, ada bantuan pangan yang harus disalurkan. Tapi kalau itu nggak ada Bulog hanya berpikir jumlah komersial. Padahal jumlah komersial kan sedikit.
Jumlah komersialnya Bulog itu kalau by volume, enggak besar. Kalau di sini bisa sampai 3 juta, komersial kita Mungkin hanya sekitar 700-800 ribu (ton). Itu yang bisa kita putar, sebagai bisnis dan tentunya kalau pakai namanya bisnis ya kita juga harus memperhatikan harga jadinya, harganya nggak bisa di bawah pasar. Ya kan?
Jadi sebenarnya apa justru ini menjadi pertanyaan bagi kita semua, terutama para pengambil keputusan, pemerintah dan sekarang nanti kan pemerintah baru, kemudian juga DPR baru, semua harus memandang apakah stabilisasi pangan itu perlu atau tidak. Dan kemudian bentuknya dengan stok, yang dimiliki oleh pemerintah bentuknya juga dengan bantuan pangan itu harus diputuskan. Kami akan sangat-sangat terbantu apabila ada kepastian itu. Sekarang ini tidak pasti justru.
Bagaimana dengan kondisi dunia, apakah harga beras juga mengalami kenaikan di seluruh negara di dunia?
Iya semua negara naik. Saya ambil contoh tahun lalu kita masih bisa dapat beli itu harga US$ 500, US4 530, US$ 535, paling tinggi US$ 550. Sekarang kita belinya US$ 630, jadi yang naiknya sudah sangat tinggi. Kenapa terjadi begitu?
Misalnya Eropa sekarang beli beras, kenapa/. karena gandumnya terhambat. Jadi mereka beli beras. Irak, beli beras gede banget, Brazil beli beras,
Afrika beli beras. Itu yang beli, sekarang yang jual, India nutup, China nggak mau kalau bukan G to G dan China itu harganya mahal. Kalau kita ambil ke China itu bisa G to G, China itu harganya mahal kalau kita mau ambil ke China, bisa G to G. India, sama sekali, pokoknya masih tutup.
Kita sudah dapat kuota untuk beras pecah, bukan Bulog, tetapi Indonesia sudah dapat kuota beras pecah 200 ribu (ton) yang keluar baru 5 ribu, dari India. Jadi walaupun dia, misalnya mengatakan kita akan membantu Indonesia. Tapi nyatanya juga sulit.
Jadi, memang harga beras di dunia sedang naik karena masalah itu, demand-nya nambah dari beberapa negara yang tadinya gandum sekarang menjadi menjadi beras dan yang punya stok ekspor nutup.
Bagaimana dengan persaingan di pasar dunia untuk mendapatkan beras impor? Bagaimana Bulog melobi untuk impor?
Rebutan (beras), nggak mudah mendapatkan (impor). Ya kebetulan punya pengalaman sebagai Wakil Menteri Perdagangan, jadi bisa masih punya kontak, masih bisa diskusi, masih bisa ngobrol dengan mereka. Kita sudah dapat komitmen, sekarang yang kemarin yang 500 ( ribu ton) lelang tuh hampir semua dari Vietnam. Kemudian Thailand bilang, pokoknya kita komited buat Indonesia negosiasinya tapi, panen mereka sudah habis sedang nunggu panen berikutnya yang bulan Februari Maret.
Jadi kita akan punya stok lagi. India juga pokoknya kalau dengan Indonesia G to G, oke. Jadi diplomasi kita untuk melakukan pengadaan, saya kira cukup confirm, untuk bisa mereka masuk ke Indonesia.
Saat ini isu krisis pangan juga terus menjadi sorotan di tengah gangguan geopolitik dunia yang juga mengganggu distribusi pangan. Apakah Indonesia akan kena krisis pangan?
Kena, sudah kena. Sekarang kan sudah kena. Contoh di harga Itu sudah kena, salah satu bentuknya. Jadi, kita tergantung bicara crisis by what definition. Krisis yang dipakai oleh Badan-badan internasional itu, ada level 1, level 2, level 3. Level 1 itu agak, ketersediaan ada tetapi tidak selancar. Kalau level 3 itu, sudah mikir besok makan apa enggak ya.
Jadi krisis pangan itu begitu cara melihatnya nggak bisa hanya sekedar ngomong krisis pangan. Itu ada definisi resminya krisis pangan itu apa, food crisis. Nah itu, kita sih tidak sampai level 3, tidak sampai pada kondisi krisis yang membuat kita mikir besok makan apa. Rasanya sih Indonesia nggak. Tetapi ada juga kelompok masyarakat kita yang begitu sudah, levelnya (level 3), nah inilah kelompok masyarakat yang paling membutuhkan. Tadi kelompok masyarakat miskin Itu yang perlu dibantu.
Tapi kalau dan di dunia itu ada 800an juta orang yang sudah sampai pada level 3 yang (berpikir) "besok makan apa nggak ya?". Itu 800 juta jumlahnya, besar sekali. Dan kemarin covid Tahun 2021, 2022, itu bertambah sekitar 56 atau 60an juta, orang yang kemudian jadi krisis pangan, begitu itu, besok makan apa nggak ya.
Nah, dampak yang terasa di kita yang paling utama adalah harga, itu yang jelas-jelas tadi sudah juga dengan beberapa contoh, beras tadinya US$ 530, US$ 535, menjadi US$ 630, US$ 640, itu kenaikan yang sangat-sangat signifikan, terasa sekali. Nah terus juga yang terjadi (terkait) krisis pangan bukan hanya yang paling terasa sekali, bukan hanya politik, tapi El Nino, produksi yang turun.
Terus krisis pangan yang tidak langsung karena konflik geopolitik adalah pupuk yang mahal sekali. Itu juga, jadi sudah kalau menurut saya sih kita sudah karena dampaknya sudah merasakan dampak krisis pangan.
Bagaimana ke depan Indonesia agar tidak mencapai level krisis pangan yang tertinggi?
Ya kalau menurut saya misalnya kita harus melakukan dengan cerdas. Satu, mau tidak mau kita harus, apa namanya memikirkan produksi dengan jauh lebih cerdas, termasuk misalnya kenapa enggak mulai memikirkan untuk berproduksi di negara lain. Atau menyimpan stok di negara lain. Atau misalnya mencoba untuk mengembangkan teknologi, untuk tidak tergantung pada beras.
Kita juga enggak belum banyak, kita cuma bicara kalau krisis itu artinya kurang atau cukup, jumlah saja. Kualitas gimana? Misalnya beras kita itu dihasilkan dengan cara yang sangat boros air, misalnya. Ini kan dalam jangka panjang jelek. Terus misalnya kita masih terus saja memupuk dengan pupuk-pupuk kimia yang justru sebenarnya merusak tanah.
Jadi menurut saya lebih baik kita berpikirnya komprehensif gitu. Jangan hanya sekedar oh cukup atau tidak cukup, impor atau tidak. Belum lagi yang lain misalnya pertanyaannya , oke kita mau mencukupi tapi, "Tetapi petaninya sejahtera nggak?" Kita paksa mereka meningkatkan produksi, tapi enggak sejahtera, orangnya miskin. Itu kan juga nggak baik.
Jadi menurut saya, strategi dasar bahwa kita harus meningkatkan produksi dalam negeri atau meningkatkan produksi sendiri ya itu harus kita lakukan, tapi caranya yang harus jauh lebih cerdas gitu. Yang tadi katakan termasuk misalnya dari negara lain. Di Myanmar di Kamboja masih banyak tempat-tempat yang bisa kita kembangkan untuk memproduksi padi.
Kamboja saja misalnya mereka bilang kalau hanya 200-300 ribu hektare, siap "Silakan Indonesia datang dan memproduksi di Kamboja." Think about it, jadi kalau 300 ribu, kemudian katakanlah produk kita sama dengan di sini 5 juta kan berarti 1,5 juta ton. Jadi kita nanti akan mengimpor, kalaupun disebut mengimpor itu adalah antara negara, mengimpor tapi dari basis produksi kita sendiri, gitu. Itu yang menurut saya harus mulai betul-betul dipikirkan.
Teknologi harus kita daya gunakan penuh sedemikian, sehingga bukan hanya meningkatkan produktivitas tapi juga meningkatkan fitur-fitur lain dari produksi seperti, hemat air, lebih sedikit menggunakan pupuk kimia, menyejahterakan petani, dan seterusnya gitu.
Jadi kalau saya sih tantangan saya tangan ke depan berat dan jawabannya, produksi. Tetapi harus dilakukan dengan jauh lebih cerdas daripada yang pernah kita lakukan sebelumnya. Lagi-lagi jangan hanya sekedar masalah defisit saja tapi justru hal-hal lain juga kita perhatikan.
Contoh yang lain misalnya, kenapa sih kita selalu ngomong beras kenapa nggak ngomong pangan. Kalau pangan itu apa pangan itu nasi rames, juga harus ada sayur, ada ikan, supaya bergizi kan gitu. Jadi kita ngomongnya gizi. Jangan hanya sekedar beras cukup atau tidak. Mungkin sebabnya adalah karena karena tidak ada alternatif lain. Alternatif yang ada terigu atau mungkin karena beras itu Superior sekali.
Untuk orang miskin 55% calorie intake orang miskin itu datang dari beras, hampir 40% protein intake, asupan protein, datang dari beras. Beras itu luar biasa sekali, beras itu adalah ciptaan Tuhan yang sangat istimewa, superior dibandingkan dengan semua yang lain. Dibandingkan gandum, dibandingkan yang lain jauh lebih superior. Belum lagi misalnya di Indonesia, hampir semua budaya kuliner kita berasnya nasi.
Mungkin yang saudara saudara kita di Papua atau di beberapa tempat yang pakai jagung, itu ada tapi nggak banyak kalau dibandingkan dengan total penduduk kita. Jadi ya tantangannya berat.
Situasi menjelang pemilu kan sempat bantuan pangan juga ramai diisukan berkaitan dengan politik. Apakah hal itu mengganggu kinerja Bulog? Bagaimana Bulog memastikan SPHP dan bantuan pangan tidak berkaitan dengan politik?
Bantuan pangan dan SPHP sudah ada sebelum peristiwa politik. Bahkan kalau mau ditarik politiknya tahun 2019 juga ada, bahkan tahun sebelumnya juga ada. Jadi menurut saya kalau saya melihat justru begini, apakah ini berhubungan dengan politik? Mungkin saya akan menjawab, iya tapi bukan politik praktis pemilihan presiden, nggak ada urusan dengan itu. Ini adalah politik pangan Pemerintah Republik Indonesia dengan restu DPR, artinya juga partai-partai politik, menyediakan di dalam APBN Dana untuk kita bisa melaksanakan bantuan pangan.
Dulu kita bisa juga melakukan hal yang serupa dengan program yang lain. Tapi kali ini namanya bantuan pangan dan itu keputusan politik dari pemerintah bersama dengan DPR. Jadi kuncinya ada di sana.
Tetapi apakah ditanya kemudian Bulog ini berpihak? Kalau saya juga akan jawab iya, Bulog berpihak, berpihaknya pada siapa, pada rakyat yang butuh itu. Kita Berpihak pada mereka Kita berusaha keras supaya mereka bisa dapat. Dan tentunya siapa mereka? Ya sesuai dengan data yang kita terima. kita kan cuma pelaksana, data yang terima oleh Kementerian PMK itu ya itulah kita laksanakan.
Tapi kalau kemudian ditanyakan apakah Bulog ini masuk ke dalam kontestasi Pilpres dengan nomor 1, 2 atau 3? Sama sekali tidak ada. Itu bisa dilihat dari seluruh proses kita, mulai dari pengadaan sampai dengan lahan dan packaging. Yang kemarin ada stiker itu Itu setelah dia beli, setelah retail, setelah dia beli kemudian dia pasang stiker sendiri. Ya sama seperti kalau kamu misalnya beli kemudian mau digunting ya mau diapakan sudah terserah. Bulog nggak bisa ikut lagi. Itu sudah jadi haknya.
Tapi kalau dari Bulog sendiri, mulai dari prosesnya sampai di Bulog maupun sampai di ujung itu ngga ada sama sekali hubungannya dengan kontestasi
Pilpres. Bulog berkepentingan untuk rakyat Indonesia, terutama yang paling membutuhkan itu bisa tersedia berasnya. Kita berusaha supaya inflasi beras terkendali. Itu yang menjadi kepentingan kepentingan utamanya.
Kalau pembelian SPHP itu bisa dalam jumlah banyak?
Setiap orang di retail boleh beli dua ton, artinya lima kiloan, 400 kantong. Ya kan dan kalau dia sudah habis itu seminggu. Tapi sekarang Itu kita bikin kalau bisa tiga hari habis dia boleh ambil lagi. Ini untuk pengusaha ritel. Bisa ngambil itu harus terdaftar ke Bulog. Kalau distributor itu harus punya 10 10 atau berapa 20 jaringan jadi dia distributor.
Terkait masalah kemarin data penyaluran pangan itu gimana updatenya?
Sekarang sudah hampir 80% seluruh Indonesia terverifikasi ya kita jalanin aja. Jadi, sekali lagi Bulog itu penerima, penerima amanah data Ditetapkan oleh Kemenko PMK, dari PMK, dikirim ke badan pangan Badan pangan kirim ke Bulog, terus oleh Bulog karena sesuai dengan juknisnya. Tanya ke Pemda "Eh ini ada yang Dispute nggak,ada yang berbeda pendapat nggak Pemda tentang data itu?" Kalau pemda punya "Oh ini kami belum setuju." Ya udah kami berhenti, kami berhenti. Kalau dia belum setuju, ya berhenti, sampai Pemda setuju, kemudian diserahkan ke Bulog, baru kemudian dijalankan, disalurkan.
Tidak punya hak untuk mengotak-atik data. Bulog menerima data itu dan dari Badan Pangan Nasional. Badan Pangan Nasional menerima dari PMK Yang udah tersalur berapa banyak.
Untuk Januari berarti totalnya yang sudah tersalur sampai dengan saat ini?
Yang sudah tersalurkan 60% dari 22 KPM ya Januari ya. Beberapa daerah, begitu dia sudah selesai langsung salurkan Februari. Jadi sekarang targetnya sudah Januari Februari, jadi satu. Kita berharap sampai dengan akhir Februari dua bulan sudah tersalurkan.
Update impor kedelai dan jagung bagaimana, mengingat dua komoditas itu juga sedang mahal?
Ya jadi kalau untuk jagung Bulog sudah dapat penugasan dengan dua skema. Skema pertama adalah Skema SPHP Itu untuk peternak petelur, jadi Bulog impor terus kemudian disalurkan dalam bentuk curah dalam bentuk jagung curah ke peternak Peternak yang membutuhkan, ada pendaftarnya dari Badan Pangan juga Badan Pangan dari Kementerian Pertanian. Itu kita salurkan saat ini sudah hampir 200 ribu ton.
Yang sudah disalurkan sebenarnya mengisi yang kemarin dulu, tapi itu kita masih kelola supaya karena ini lagi-lagi satu tahun. Kira-kira dua minggu lalu Bulog dapat tugas baru untuk jagung yaitu untuk memenuhi kebutuhan untuk Fit Meal, broiler. Bentuknya tidak curah jagungnya tidak curah. Jadi akan diambil oleh fitmeal, nanti mereka yang yang akan menyalurkan ke peternak-peternak broiler. Izinnya belum keluar, kuotanya belum. Jagung yang pertama yang untuk SPHP Itu modelnya. Jagung yang kedua Itu komersial, jadi tidak ada subsidi, hanya bulog memegang izin impornya.
Nah kalau untuk yang Kedelai itu. Ini lebih spesifik ya. Kedelai itu rupanya para pengrajin tempe dan tahu Ini tidak bisa curah, ini harus pakai merk. Mereka itu sekarang, para pengrajin itu sudah tahu merk kedelai, tahu perusahaan anu, yang masuk ini, oh yang bagus, yang cocok sama ini.
Nah oleh sebab itu Bulog akan bekerja sama dengan Distributor-distributor lokal juga untuk menyalurkan jenis kedelai atau brand kedelai yang sudah ada dalam kantong 50 kiloan, kadang-kadang 20 kilo di karung itu, yang mereknya sesuai yang diinginkan oleh pengrajin. Untuk ini kita kerja sama
Ya ini tadi lagi lagi, kita kan tidak continue di dalam per kedelai, dikasih tugas, kadang-kadang dikasih tugas, kadang-kadang nggak. Kali ini dikasih tugas. Jadi kita nggak bisa dong membangun apa namanya infrastruktur sendiri dengan branding sendiri dan sebagainya, kan butuh pengenalan dan lain-lain.
Daripada nanti malah justru tidak kebeli atau atau pengrajin tempe tahu tidak suka, mereka ragu-ragu, ya sudah pakai yang sudah mereka biasa. Yang penting campur tangan Bulog itu adalah menyediakan di kedelainya itu supaya paling tidak kedelainya tidak langka. Kedelai sama juga, belum kita dapatkan berapa besar kuotanya.
Ini kan sudah menjelang ramadan, Bulog biasanya ditugaskan impor daging kerbau tahun ini akan berapa banyak?
Untuk yang tahun 2024 belum keluar PI (Persetujuan Impor). Kritikalnya adalah sedang saat ini ternyata sisa alokasi tahun lalu masih banyak, dalam negeri masih banyak, bukan di luar negeri. Jadi ini akan dihabiskan dulu dan coba didorong supaya bisa keluar daging-daging yang sudah disimpan itu. Dan sekarang sudah berapa bulan ya, 5 bulanan lah. Ya 4-5 bulan, harus segera keluar dari refrigerator. Kenapa? Karena kalau kulkasnya masih penuh, nah tidak bisa masuk, kita impor dia tidak bisa masuk, kita beli tidak bisa masuk ke sini,
Jadi itu yang menjadi tantangan sekarang untuk bisa segera mengeluarkan, menghabiskan stok yang lama. Angkanya tidak pasti kurang lebih 28-30 ribu ton sisa dari tahun lalu 100 ribu ton. Kita berkonsentrasi supaya sisa itu untuk keluar dulu, percuma juga ngomongin PI dan izin baru, kalau kontainernya nggak ada.