Keberadaan Kilang minyak cukup vital bagi suatu negara, khususnya menyangkut dengan ketahanan energi. Saat ini Indonesia memiliki enam kilang yang dikelola langsung oleh PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Internasional (KIP).
Keenam kilang tersebut adalah Kilang Minyak Plaju, Sumatera Selatan, Kilang Minyak Putri Tujuh , Riau, Kilang Minyak Cilacap, Jawa Tengah, Kilang Minyak Balikpapan, Kalimantan Timur, Kilang Minyak Balongan, Jawa Barat, dan Kilang Minyak Kasim, Papua.
Salah satu kilang yang sedang dikembangkan Pertamina adalah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang bakal membuat kilang ini jadi yang terbesar di Indonesia dengan kapasitas 360 barel per hari. Proyek ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Pertamina.
Di sisi lain, publik banyak yang tidak tahu bahwa kilang minyak yang dikelola KIP tidak hanya memproduksi bahan bakar minyak (BBM) saja, namun juga memproduksi bahan pelumas hingga petrokimia bernilai tinggi. Untuk mendukung penyebaran informasi manfaat besar kilang minyak, detikcom menghadirkan wawancara khusus bersama Direktur Utama KPI, Taufik Aditiyawarman.
Kilang itu sendiri sebenarnya apa sih yang dikerjakan di kilang? Boleh dijelaskan sedikit nggak, KPI itu sebenarnya core business-nya apa dan apa yang dilakukan?
Baik, KPI atau Kilang Pertamina Internasional sebenarnya tugas utamanya adalah untuk mengolah minyak mentah menjadi produk utamanya BBM, mungkin ada produk tambahan seperti petrokimia dan LPG, artinya non-BBM. Jadi secara umum kilang-kilang kita termasuk Kilang Balikpapan ini, ada enam kilang yang beroperasi di Indonesia itu, yang mulai di Dumai, kemudian Plaju, kemudian di Balongan, kemudian Cilacap, Balikpapan, dan Kasim di Papua, itu total capacity kita terpasang 1.05 juta barel per hari saat ini, untuk mengolah minyak mentah menjadi produk BBM, yang mana produk BBM ada bensin, kemudian Solar, bahasa umumnya berikut turunannya lah ada Pertadex, kemudian Pertamax, Pertalite, nah itu porsinya kira-kira 800 ribu barel per hari.
Selebihnya berarti kan dari 1,05 juta barel per hari itu ada yang diproduksikan menjadi LPG, ada juga yang menjadi bahan petrokimia, petrokimia hulu bukan petrokimia hilir, nah termasuk di Balikpapan ini. Kemudian tugasnya, kembali ke pertanyaan tadi, tugas kilang itu adalah manufacturing produk-produk tadi. Di mana peran untuk distribution sama sales itu ada di subholding lain yaitu (Pertamina) Patra Niaga, kira-kira itu. Kemudian feedstock-nya tadi yang crude oil yang untuk domestik kita ambil dari produk upstream, subholding upstream. Jadi semua produk upstream kita ambil namun kan karena kebutuhan domestik BBM juga besar dan kapasitas kilangnya juga besar ya ada crude yang harus kita impor untuk feedstock itu, secara umum seperti itu.
Posisi KPI ini sangat strategis sekali dalam konteks memastikan bahwa bahan bakar yang ada di republik ini terjamin ya, karena semua proses ada di sini?
Bener, jadi manufacturing BBM ya ada di kilang-kilang kita ini. Malah produk kilang pun nggak cukup untuk pemenuhan BBM dalam negeri sehingga Patra Niaga juga masih melakukan impor untuk produk yang gasoline lah. Karena diesel sama avtur kita sudah mandiri sejak 2019.
Tapi bagaimana pun juga biar itu kapasitasnya ditingkatkan terus sehingga memastikan bahwa kedaulatan energi itu ada di tangan Indonesia sendiri.
Betul makanya ini salah satu proyek yang sedang dilakukan di Balikpapan yaitu expansion ya melalui RDMP, kemudian juga ada Grass Root Refinery, itu tujuannya untuk meningkatkan kapasitas. RDMP itu Refinery Development Master Plan. Jadi artinya lebih ke arah expansion existing refinery. Kalau Grass Root Refinery itu yang kita punya PSN adalah GRF Tuban. Jadi Grass Root Refinery itu bedanya dengan RDMP, Grass Root Refinery adalah refinery yang terintegrasi dengan petrokimia industri. Jadi dari crude oil sebagian diambil menjadi BBM menjadi produk petrokimia.
Dari 6 kilang yang ada di Indonesia, ini yang paling besar?
Nantinya setelah revamp akan menjadi lebih besar. Saat ini yang terbesar Cilacap, 340 ribu barrel per hari. Kemudian Balikpapan kan 260 ribu barel per hari, Balongan 150 ribu per hari.
Nah RDMP menjadi proyek strategis nasional (PSN)?
Ini masuk PSN.
Sebelum bicara soal PSN, jadi peningkatan itu memberikan ruang berapa persen kenaikannya?
Jadi yang pertama RDMP Balongan yang sudah selesai kami lakukan itu meningkatkan kapasitas menjadi 150 ribu barel per hari dari 125 ribu barel per hari. Kalau di Balongan kan sudah bisa memproduksikan ultra low sulfur kualitasnya. Dampaknya adalah ultra low sulfur itu kandungan sulfur dalam BBM-nya 10 ppm (part per million), itu udah Euro 5 kategorinya. Standar udah paling atas sekarang, standar internasional. Nah ini nanti Balikpapan akan ada tambahan 100 ribu barel per hari kemudian juga ke Euro 5, ke 10 ppm juga nantinya. Sehingga pada ujungnya nanti kita akan memproduksikan BBM yang kualitas Euro 4 paling tidak atau Euro 5.
Atas alasan itulah kemudian ini ditetapkan sebagai PSN sejak tahun?
2018.
Maksudnya ini dikawal juga oleh pemerintah sehingga ini terlaksana dengan baik?
Betul, pemerintah close monitoring karena ini PSN, kita reporting ke government juga setiap bulan lah reguler soal progres-progres ini. Dan ini menjadi concern semua pihak, stakeholder. Malah beberapa PSN ini kan sering juga kunjungan, baik dari parlemen, kemudian dari kementerian juga sering ke sini karena mereka juga ingin adanya peningkatan kapasitas dan kualitas dari kilang untuk pemenuhan BBM tadi. Tadi nyambung tadi ini yang pekerjaan CDU (Crude Distillation Unit) revamping inilah yang sedang dilakukan. Revamp artinya diperbaharui.
Jadi barang ini sudah ada sebelumnya tapi ditingkatkan kapasitasnya?
Betul, ditingkatkan kapasitas sama ada tambahan unit, ini kan disebut Preflash Column, artinya untuk istilahnya pemanasan crude oil yang masuk.
Jadi ini teknis ya temen-temen, jadi yang ditambang di tambang-tambang minyaknya Pertamina itu adalah menghasilkan minyak mentah atau disebut crude oil. Nah crude oil itu nggak bisa langsung dipakai ya?
Nggak bisa langsung jadi BBM, nggak bisa. Jadi harus diproses dulu.
Prosesnya apa namanya?
Proses itu adalah ada crude distillation unit, nanti di sini ada CDU namanya. Crude Distillation Unit, berarti kan didestilasi lah istilahnya bahasa umumnya. Nah sebelum masuk CDU ada dipanasin dulu nih di Preflash Column.
Jadi untuk minyak mentah untuk jadi Solar, jadi Pertamax, jadi Pertalite, itu dipanaskan prosesnya?
Dipanaskan dulu kemudian masuk ke CDU dipisahin mana yang ringan, porsi ringan di atas, porsi berat bottom-nya di bawah. Nanti diproses lagi, kalau yang ringan ke processing di RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) itu ada untuk bottom product ya untuk jadi produk-produk gasoline nanti di ujungnya.
Minyak mentah yang namanya crude oil itu masuk pertama kali ke sini?
Masuk ke sini dulu, ini namanya Preflash Column, kemudian Crude Distillation Unit. Yang Column, yang tinggi yang ini. Dari 200 ribu yang CDU 4 menjadi 300 ribu. Ada lagi satu lagi CDU 5, 60 ribu kapasitasnya.
Ini yang kemudian menjadi proyek utama sekarang?
Yang saat ini kita fasenya akan meningkatkan kapasitas dulu sampai dengan bulan Mei lah, insyaallah bulan Mei selesai pekerjaan ini, baru nanti bergeser ke RFCC di sebelah belakang.
Tadi bapak katakan 200 ribu menjadi 300 ribu, itu per apa?
Per barel per hari, kapasitas per hari.
Dan itu banyak sekali ya?
100 ribu kali 159 liter, nah kira-kira itu perbandingannya.
Ini melibatkan kerja dari siapa aja?
Ini yang kerja di sini join operation (JO) antara Hyundai, Rekind (PT Rekayasa Industri), sama PP (Pembangunan Perumahan) dikerjakan dari 2018. Efektifnya 2019, artinya kan mereka JO bekerja dan tentunya mereka didukung oleh sub kontraktor sub kontraktor lokal maupun regional lah, tapi major itu lokal.
Dan bulan Mei rencananya selesai?
Yang CDU revamping selesai bulan Mei.
Boleh jelaskan lagi pak, ini ada dua menara, saya orang awam jadi bilangnya dua tabung seperti menara yang menjulang, sebelah kiri dan sebelah kanan, bedanya apa?
Ini kan masih di CDU kompleks. Ada unit baru yang sebelah kanan itu adalah unit baru yang namanya Preflash Column untuk ngangetin dulu dan misahin yang fraksi ringan sama yang berat. Fraksi ringannya diolah tapi yang masuk ke CDU ini adalah yang middle ke bawah.
Kemudian diintegrasikan dengan eksisting unit yang CDU 4 ini eksisting, tapi kita modifikasi ditambah kapasitas, kemudian tray-tray di dalamnya ditambahin. Column itu di dalamnya ada tray, ada laci-laci gitu. Itu yang memisahkan minyak yang berat kemudian yang middle, yang di bottom-nya seperti apa. Nanti dari sini, baru yang bawahnya diolah ke RFCC itu yang unit baru.
Sebentar, jadi kolom ini nanti isinya itu adalah berbagai jenis minyak yang dibatasi oleh semacam laci-laci atau yang disebut Pak Dirut tadi tray. Yang atas biasanya yang paling ringan pak? Kualitasnya bisa dikatakan lebih baik?
Atas ringan itu gini, komposisi ringan itu biasanya kelas gasoline atau pun bensin lah. Avtur di bawah. Avtur, kerosene (minyak tanah), diesel, itu middle mau bawah. Yang di bawah adalah bottom, itu kan ada bottom product, biasanya non valuable, bukan komponennya BBM. Nah itu yang harus diolah lagi. Sebelumnya menjadi bottom product tapi mungkin bukan masuk ke dalam valuable product, komersial.
Atau pun kalau misalnya dikomersialkan nilainya rendah. Karena itu ada upaya untuk meningkatkan kualitas?
Nilainya rendah, (ada upaya) meningkatkan value dari bottom product supaya menambah marginnya kilang.
Supaya ada potensi komersialnya menjadi lebih tinggi lagi. Itu lah yang disebut proyek kedua yang namanya RFCC? Tapi intinya intinya dua ini (CDU) yang sebelah kiri yang lama, yang kemudian ditambahkan yang kanan yang baru, dan kemudian diintegrasikan?
Diintegrasikan dengan yang lama. Beroperasi bulan Mei on stream bisa. Menambah kapasitas 100 ribu barel per hari.
Sekarang RFCC, ini yang namanya RFCC. Itu apa RFCC?
Nanti RFCC kan Residual Residual Fluid Catalytic Cracking. Jadi residu-residu yang dari sini, dari CDU tadi itu diolah ke RFCC. Itu menjadi produk gasoline dan turunannya.
Yang tadi bapak katakan di sini (di CDU) itu tidak terlalu banyak nilainya sekarang diolah lagi ke sebelah sana sehingga nilainya meningkat di level setingkat gasoline.
Gasoline itu bensin, ada Pertalite, Pertamax, itu nanti kan dapat kualitas Euro 5, artinya udah 10 ppm sulfur content. Jadi itu lebih bagus.
RFCC ini sama seperti CDU? 2018 juga, bersamaan?
Bersamaan ini satu project yang dari RDMP ada preflash coloumn-nya di sini, kemudian scope-nya revamping-nya CDU, sama RFCC, ada juga nanti yang utility lah, ini kan processing unit-nya ini.
Ini (RFCC) berarti baru semua?
Ini baru semua, yang RFCC baru.
Selain di Balikpapan, di kilang lain?
Ini nanti menjadi RFCC terbesar di antara kilang kita, karena ini kapasitas 90 ribu barel per hari. Nah kita punya di Balongan 80 ribu dan Cilacap 60 ribu. Ini yang terbesar.
Sama seperti CDU juga, bulan Mei?
Ini Agustus nanti on stream. Mechanical completion mulai, mungkin on stream antara September-Oktober lah.
(ily/eds)