Oke nanti kita lihat ya seandainya ada efek dari perubahan konstelasi akibat ketidakpastian perang dagang ini. Kalau dari kerangka RPJMN maupun juga Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto, tadi sudah Bapak sebutkan juga di awal betapa pentingnya peran investasi. Boleh digambarkan bagaimana peran strategis BKPM untuk mendorong investasi yang berkualitas dan berkelanjutan?
Oke, yang saya sampaikan tadi bahwa sekarang kementerian ini adalah Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Kemudian di situ ada peran fungsi daripada Badan Koordinasi Penanaman Modal. Kementerian kami ini Mbak adalah kementerian yang mengelola pelayanan perizinan satu pintu melalui suatu platform yang kita sebut dengan OSS atau Online Single Submission dimana itu kita mengelola pelayanan sekitar 1.700 jenis perizinan.
Kalau kita kenal itu seperti EU. Bahkan sampai izin apotek dan lain-lain itu keluarnya dari kami melalui platform OSS itu. Kemudian kita berkaitan dengan 18 kementerian dan lembaga. So ditambah lagi dalam pemerintahan ini ada nomenklatur hilirisasi. Jadi berbicara terhadap apa kontribusi daripada kementerian ini terhadap berbicara investasi tapi for sure kementerian ini adalah kementerian yang mengkonsolidasikan dalam kerangka investasi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Strategic investment-nya mau kemana, planning rencananya mau kemana termasuk juga kita memberikan kita mau menjaga terhadap pelayanan daripada perizinan itu sendiri. Ada dua hal yang menjadi kunci utama sukses daripada investasi bisa tumbuh berkembang dalam suatu negara. Satu adalah pelayanan mengenai perizinan. Kemudahan berinvestasi konteksnya di sini.
Kemudian yang kedua adalah apa, competitiveness. Pak Presiden juga sudah menyampaikan bicara competitiveness. Kita mau investasi yang dilakukan di negara ini baik itu investasi yang datang dari luar maupun dari dalam negeri harus kompetitif. Karena tanpa itu tidak akan mungkin orang mau masuk berinvestasi di negara kita. Jadi ini dua faktor utama. Kita melihat adanya challenge atau tantangan yang terjadi.
Angka yang kita lihat di tahun 2024 ada sekitar angka yang cukup signifikan sekitar Rp 1.500 triliunan unrealisasi investasi. Faktor penyebab utamanya adalah apa? Faktor penyebab utamanya adalah pelayanan, perizinan salah satunya. Kemudahan orang berinvestasi yang kedua. Yang ketiga faktor kompetitif. Jadi ini memang yang harus kita breakthrough.
Dalam lima tahun ke depan yang seperti saya sampaikan dengan target pertumbuhan ekonomi menuju 8% dan target realisasi investasi dalam lima tahun ke depan sebesar Rp 13.000 triliunan ini adalah tantangan yang besar. Tetapi kami yakin dan percaya kalau tiga hal tadi itu perizinan, kemudahan berinvestasi, dan level of kompetitif berinvestasi di Indonesia bisa kita ciptakan, ini semua hal yang mudah.
Semua bisa kita achieve. Baik itu dalam sektor hilirisasi, manufacturing, industrialisasi, sektor-sektor lainnya, sektor-sektor yang saya bilang tadi, energi terbarukan, sektor ketahanan pangan, agrikultur, mudah. Karena semuanya ada di sini. Demand semua ada di sini. Tiga faktor ini yang memang harus serius kita kelola. Kita kelola dengan benar.
Pelayanan perizinan, kemudahan berinvestasi. Kemudahan berinvestasi ini memang juga kita harus kawal mereka mulai dari start, masuk sampai mereka ongoing. Dan kita harapkan investasi ini adalah investasi yang growth. Taruhlah mereka pertama masuk investasi ini dan kita harapkan investasi yang selanjutnya harus growth.
Tentunya di situ pada akhirnya harus ada nilai daya saing, kompetitif yang ada di sini. Ini yang harus kita jaga dan kita kelola. Dan kami yakin dan percaya, kalau ini bisa kita manage dalam lima tahun ke depan, berbicara konteks pertumbuhan ekonomi 8 persen, insyaallah akan kita capai.
Optimistis ya?
Sangat optimis.
Tadi juga sudah sempat singgung hilirisasi menjadi fokus penting pemerintah. Makanya ditambahkan juga nomenklatur hilirisasi di kementerian ini. Kalau khusus untuk tahun ini, apa yang difokuskan pemerintah terkait dengan hilirisasi ini? Sektor mana?
Tentunya menjawab itu, satu, konteks hilirisasi ini ada di kementerian kami, dan kita punya satu kedeputian, yang khusus kita sebutkan dengan deputi hilirisasi. Dari periode yang sebelumnya sebenarnya sudah masuk, di kementerian investasi ini kita punya peta jalan atau roadmap daripada hilirisasi tersebut. Kita meng-cluster, ada sekitar 28 komoditi strategik yang akan kita prioritaskan.
Bukan komoditi yang lain tidak kita prioritaskan. Tetapi ada 28 komoditi strategik yang kita prioritaskan. Kenapa? Karena 28 komoditi ini adalah komoditi yang kita lihat daripada faktor cadangan resource-nya yang besar. Jadi ini yang memang, karena kita juga harus fokus dalam mengelola hilirisasi. Kita sudah punya 28 komoditi. Kemudian juga di sini kita sedang memperdalam terhadap strategi investasi melalui pengembangan kawasan.
Kita punya kurang lebih sekitar 166 kawasan industri. Kemudian ada sekitar 25 kawasan ekonomi khusus. Kita juga punya area free trade zone Sabang dan Batam Bintan. Ini FTC Batam, Bintan akan kita strategikan yang tadinya Enclave akan kita perbesar menjadi satu provinsi Kepulauan Riau. Dan strategi-strategi ini yang memang yang kita korelasikan dengan hilirisasi.
Kembali seperti yang saya sebutkan, kita sudah punya angka target US$ 618 miliar untuk realisasi investasi di sektor hilirisasi dengan kekuatan 28 komoditi tadi. Komoditi tadi itu 28 ada dalam klaster mineral, batu bara, oil and gas, klaster kehutanan, klaster perikanan, dan beberapa klaster yang lain sebenarnya juga klaster dalam industri pariwisata, dalam industri IT, teknologi, dan telekomunikasi.
Sebelumnya Pak Wamen juga sempat menyebutkan salah satu sektor yang potensial di Indonesia ini adalah energi terbarukan, EBT. Seperti apa keberlanjutan investasi di sektor EBT ini menyusul adanya sejumlah perubahan kebijakan?
Di luar hilirisasi, memang sektor investasi di industri energi baru terbarukan adalah salah satu strategi yang memang lagi kita juga galang secara komprehensif. Seperti yang saya sampaikan tadi, berbicara terhadap energi terbarukan ini, kita juga punya potensi yang sangat luar biasa. Itu kalau kita bisa konsolidasi ada potensi energi sampai kepada 3.600 GW potensial yang bisa kita develop.
Sumbernya dari mana? Seperti yang saya sebutkan tadi, sebagai negara yang dilalui oleh Ring of Fire, wilayah Sumatera, Jawa, Sulawesi khususnya, ini kita punya potensial biotermal yang sangat luar biasa. Itu sekarang sudah ada install sekitar 672 MW pembangkit listrik daripada energi terbarukan. Dan ini sebenarnya angkanya masih sangat kecil, karena potensinya masih bisa sampai ribuan GW dari geothermal.
Geothermal ini sendiri bisa kita sebagai energi terbarukan, ada industri hilirisasi juga di situ. Kemarin saya sudah berbicara dengan teman-teman Pertamina Geothermal Energy. Ada konsep yang namanya develop of hydrogen di situ. Di mana kita memanfaatkan daripada pembangkit listrik yang berasal daripada sumber geothermal ini untuk kita mengembangkan industri hidrogen.
Industri hidrogen ini adalah sumber komoditi material yang hijau yang punya nilai yang sangat besar. Sehingga ini kita juga bisa meningkat daripada kekuatan potensi yang bisa kita hasilkan secara keekonomian. Kemudian berbicara di sektor yang lain, dengan negara yang memang dilewati oleh garis khatulistiwa, kita juga punya kekuatan untuk me-develop terhadap industri pembangkit listrik tenaga surya.
Tetapi ini memang juga harus kita kelola secara komprehensif terhadap isu ini, karena disini ada isu strategik terhadap posisional yang daya serap dan lain-lain. Itu sih yang kira-kira gambaran yang dalam waktu dekat yang bisa kita lihat.
Ya, terkait dengan bonus demografi, kemudian juga pada saat pembentukan Danantara, Presiden Prabowo Subianto juga salah satu yang diamanatkan untuk fokus pada investasi yang bisa menyerap banyak tenaga kerja, investasi yang padat karya seperti itu. Kalau dari existing insentif yang sudah ada, apakah menurut Bapak perlu lagi insentif-insentif tambahan? Apa yang akan dipersiapkan oleh pemerintah terkait dengan investasi padat karya ini?
Oke, berbicara terhadap bonus demografi, berbicara terhadap penyerapan tenaga kerja, mungkin sebelum saya masuk saya mau memberikan informasi bahwa di tahun 2024, selain angka realisasi investasi yang kita bisa achieve melampaui daripada target Rp 1.650 triliun, itu ada sumbangsih juga angka yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja baru.
Ada angka 3,5 juta yang terjadi di 2024. Di TW1 ini selain angka Rp 465 triliun realisasi yang sudah ini sesuai dengan target, di situ juga ada angka kurang lebih sekitar 500 ribuan apa namanya tenaga kerja ini. Kemudian berbicara terhadap sektor itu, insentif apa? Berbicara insentif, tentunya ada beberapa strategi insentif yang memang kementerian kami ini salah satu yang memberikan terhadap insentif.
Insentif itu diberikan sebenarnya untuk bagaimana kita bisa me-leverage kembali lagi dalam faktor kompetitif daripada investasi itu sendiri. Insentif tax allowance salah satunya yang biasa kita berikan, tax holiday, master list. Kemudian ada beberapa insentif terhadap adjustable fiskal dan lain-lain. Tetapi ini kita berikan ada kriterianya, kita akan berikan terhadap investasi satu dalam sektor kita lihat value numbernya.
Kemudian kita juga melihat penyerapan tenaga kerjanya. Apabila ini penyerapan tenaga kerjanya cukup signifikan, maka itu menjadi salah satu faktor kita untuk memberikan insentif. Di samping itu pun, kickback baliknya daripada insentif itu sendiri, kita sekarang banyak mengelola di luar daripada CSR dan lain-lain, kita juga memberikan ini kepada program-program vokasi pengiriman anak-anak baksa kita untuk sekolah di luar negeri dan lain-lain.
Ini dalam rangka juga kita memperkuat tenaga kerja dari kita, bagaimana bisa kita mengharapkan apabila investasi ini berkembang, mempunyai multiplier effect, ada direct-nya, ada indirect-nya. Direct-nya tentu mungkin di situ langsung ada penyerapan tergala. Tapi indirect-nya itu dengan adanya masuknya investasi, tentunya ini akan terciptanya suatu ekosistem bisnis yang baru. Ekosistem bisnis yang baru ini pun memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
Apa pesan Bapak di tengah ketidakpastian ini, dinamika, tantangan, pesan untuk investor baik domestik maupun juga global terkait dengan kesiapan dan komitmen Indonesia sebagai negara tujuan investasi?
Pesan kami adalah bahwa yang pertama kepada dunia investasi, baik yang berasal daripada luar negeri maupun dalam negeri, message yang pertama adalah tegas bahwa pemerintah saat ini benar-benar paham dan serius bahwa sektor investasi ini adalah sektor yang mempunyai kekuatan, memberikan efek yang sangat signifikan terhadap target pertumbuhan ekonomi. Itu satu.
Dalam pengelolaannya ini kita pun mempersiapkan beberapa langkah-langkah strategis. Satu, dalam tiga faktor itu, kemudahan perizinan, kemudahan berinvestasi, kemudian faktor competitiveness. Kita sebagai juga kementerian yang mengelola pelayanan perizinan, tentunya kita sekarang terus membenah-berbenah.
Kita tidak sebutkan juga apa namanya sistem platform yang kami kelola, ini memang masih banyak catatannya. Tetapi ini yang terus kita benahin terhadap pelayanan platform online single submission. Kemudian dalam waktu dekat pun kita akan menerapkan mengenai isu mengenai fiktif positif, di mana kita mau memberikan pelayanan perizinan dan kepastian yang cepat kepada para pelaku investasi yang akan masuk.
Kemudian kita juga lagi mengembangkan strategi pemberian diskresi regulasi terhadap perizinan, terhadap insentif di wilayah area-area kawasan, baik itu kawasan industri, kawasan ekonomi khusus, dan juga apa namanya free trade zone, di mana ini supaya kita mengharapkan semua terjadi kemudahan, tetapi kemudahan tanpa menghilangkan esensi.
Kita juga tidak mau kita terlalu terbuka tanpa kita juga mempertimbangkan banyak faktor lainnya, faktor politik, faktor sosial, faktor ekonomi di internal negara kita sendiri. Artinya apa? Karena kan memang regulasi itu atau semacam kajian dan lain-lain itu pada intinya adalah juga kita harus menjaga tatanan yang ada di negara kita sendiri.
Tetapi kita mencari titik tengah. Di wilayah dan strategik ini yang sudah kita pikirkan dan kita rencanakan, kita akan melakukannya ini khusus untuk di wilayah-wilayah kawasan. Karena memang kita strategik investasi yang akan kita kembangkan ke depan ini adalah strategi investasi dalam wilayah kawasan.
Dalam wilayah kawasan nanti kita bisa mengelola banyak hal, berbagai kemudahan yang akan kita berikan dan kita akan terus melakukan monitoring, kita juga dari sisi perizinan, kapan dia siap masuk berinvestasi, izinnya kita keluar. Mungkin ada beberapa hal yang kita bisa postpaid tetapi tetap harus dijalankan dalam faktor persyaratan-persyaratannya.
Tetapi kita akan memberikan kemudahan yang luar biasa untuk bisa memang serapan investasi ini bisa masuk dan terealisasi. Dan kemudian juga kita lihat ada beberapa faktor adjustable terhadap inisiatif. Kalau yang selama ini normalnya kita kasih tax holiday, tax allowance, kemudian master list, kita juga melihat beberapa insentif yang terkait dengan fiskal dan lain-lain, yang untuk kita lihat bisa memberikan kontribusi terhadap competitive investment itu bisa terjadi di negara kita, kita akan lakukan.
Ini memang yang terus kita godok, kita persiapkan secara internal. Kembali lagi, menyikapi strategi perang dagang tarif, menyikapi strategi resiprokal tarif yang dilakukan oleh Amerika, tentunya ini selain negosiasi keluar, strategi kita berbicara ke Amerika, aliansi kita yang lain dengan Eropa, China, Jepang dan lain-lain, tentunya secara internal juga kita harus melakukan reformasi yang struktural. Sehingga memang secara trade dan investment kita bisa segera achieve targetnya.
'Simak juga Video: Singapura Masih Investor Terbesar di RI, Disusul Hongkong dan China'
(ily/eds)