"Ingin tahun ini cuma harus ada beberapa pihak yang harus menyetujui dan banyak PR government yang di-deliver terkait tata ruang, perizinan. Ada business process harus dilakukan. Izin dengan DKI, Banten dan AP. Itu harus diselesaikan. Itu butuh dukungan. Terkait perizinan, akuisisi lahan. Banyak hal yang perlu duduk bersama. Tahun depan lah," ucap Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) Emma Sri Martini di sela acara IIICE 2013 di JCC Senayan, Rabu (13/11/2013).
SMI merupakan perusahaan yang menyusun feasibility study (studi kelayakan) hingga menawarkan proyek ke investor. Saat ini, hasil studi telah diserahkan Kementerian Perhubungan untuk memperoleh perizinan rute.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek ini rencananya dibangun melayang sepanjang 33 Km dan menelan investasi hingga Rp 18-20 triliun.
"Konstruksi estimasi selama 4 tahun. Tapi bisa dipercepat 3,5 tahun. Kalau konservatif 4 tahun. Tender tahun depan. Kalau proyek sudah siap, 6 bulan lah final bid. Masalahnya kan ini masih berproses," sebutnya.
Emma menilai kereta cepat yang bakal ditawarkan ke investor ini. memiliki rute dan segmen pasar berbeda dengan KRL Commuter Line Bandara Soetta yang dikembangkan PT Kereta Api Indonesia (Persero). KRL Commuter Line Bandara Soekarno Hatta rencananya akan beroperasi April tahun depan, dengan memanfaatkan jalur rel yang sudah ada di Tangerang dan sedikit menambah jaringan rel baru di wilayah Tangerang.
"Nggak tabrakan. Ini kan different customer dan tapping. Segment passenger-nya beda. Jalur selatan lebih kepada railway mengangkut pekerja day by day. Kalau jalur utara, jalur cepat ini lebih kepada airport passenger," tegasnya.
(feb/hen)