Jakarta -
Indonesia sampai saat ini masih ketergantungan impor kedelai. Dari total kebutuhan kedelai sebesar 2,5 juta ton/tahun, produksi kedelai di tanah air hanya bisa mencukupi 700-800 ribu ton/tahun.
Ada beberapa faktor yang menjadi pemicu rendahnya produksi kedelai lokal di Indonesia. Berikut ini 4 penyebab utama rendahnya produksi kedelai lokal di Indonesia yang berhasil dihimpun detikFinance, Jumat (20/9/2013).
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengakui bahwa salah satu pemicu rendahnya produksi kedelai lokal adalah minimnya lahan kedelai di tanah air.
"Program sampai tahun ini kita punya program perluasan lahan hingga 200 ribu hektar. Tahun depan bisa 250 ribu hektar. Totalnya kalau bisa 500 ribu hektar. Tetapi diluar lahan yang sudah ditanami kedelai. Tujuannya bisa menambah lahan sampai 1 juta hektar lahan," ungkap Rusman.
Menurut Rusman saat ini, Indonesia hanya mempunyai 570 ribu hektar lahan kedelai. Dengan jumlah lahan yang terbatas, Indonesia hanya bisa memproduksi kedelai per tahunnya rata-rata 700-800 ribu ton.
"Saat ini luas lahan kedelai kita hanya 570 ribu hektar. Kalau dengan perluasan tadi bisa sampai 1 juta atau bahkan 1,5 juta hektar maka bisa membuat posisi pengadaan kedelai kita bergeser," tuturnya.
Selain faktor lahan, rendahnya produktifitas kedelai lokal menjadi alasan lain. Kementerian Pertanian berupaya untuk meningkatkan produktifitas lahan kedelai. Rata-rata setiap hektar lahan kedelai di Indonesia saat ini hanya mampu memproduksi 1,5 ton.
"Selain itu produksi lokal ke depan harus lebih dominan bisa 1,5 sampai 1,7 juta. Saat ini produksi lahan kedelai hanya 1,5 ton/hektar. Kita juga kejar produktifitas hingga 1,7 ton/hektar. Jadi jangan bicara tahun 2013, kalau 2014 kita punya 1 juta hektar lahan, dikali 1,7 ton jadi 1,7 juta ton kedelai, ini lumayan lah," ungkap Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan.
Padahal di Amerika Serikat produksi kedelai setiap hektar lahan bisa mencapai 3 ton hingga 3,5 ton. Salah satu penyebab rendahnya produktifitas kedelai lokal adalah tidak adanya ketersediaan subsidi pupuk dan pemberian benih kedelai varietas unggul ke petani.
Harga kedelai lokal saat panen di tingkat petani cukup rendah. Hal ini membuat para petani ogah dan tidak bergairah menanam kedelai lokal. Para petani lebih memilih menanam padi atau jagung ketimbang kedelai.
Hingga akhirnya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengeluarkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) kedelai tahun 2013. Harga yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan adalah Rp 7.000/kg.
Pemerintah telah membebaskan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Kebijakan ini membuat pengaruh yang signifikan terhadap kedelai lokal karena harus bersaing dengan kedelai impor asal Amerika Serikat.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Srie Agustina mengemukakan, selama importir mampu memenuhi syarat untuk mendapat Surat Ijin Impor (SPI), maka akan izin impor akan diberikan.
“Kami tidak mengatur kuota lagi sesuai keputusan terakhir, sedangkan untuk Perum Bulog jika masih terdapat kekurangan pasok di dalam negeri, maka mereka boleh minta tambahan (impor) lagi,” katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman