Direktur Eksekutif Institute National Development and Financial (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan, angka inflasi yang masih terkendali tersebut dianggap sebagai angka stabilitas yang semu.
"Rendahnya angka inflasi bukan merupakan berita bagus. Karena rendahnya inflasi lebih disebabkan karena merosotnya daya beli masyarakat," jelas Enny di acara Proyeksi Ekonomi Indonesia 2016 di Kampus IPMI, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (26/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekalipun inflasi tahunan cenderung rendah yang secara YoY (year on year) 6,25%, namun inflasi bahan makanan masih lebih tinggi yang YoY 6,85%. Bahkan, pada bulan Agustus sempat menyentuh 9,26% secara YoY," terangnya.
Enny mengungkapkan, komoditas makanan jadi penyumbang terbesar pembentuk IHK (indeks harga konsumen) dan garis kemiskinan. Dari data yang dikumpulkan BPS, menurutnya, beras, makanan jadi, rokok, dan bahan makanan lain menyumbang 27% pada IHK, serta 65% terhadap garis kemiskinan.
"Lima komoditas penyumbang inflasi yakni beras, daging sapi, daging ayam broiler, bawang merah, cabai, dan telur. Selama Januari-September 2015 daging sapi punya nilai perubahan tertinggi sebesar 7,68%, sementara beras 6,72%. Kemudian secara rata-rata bulanan, daging ayam mengalami kenaikan 1,36%," pungkasnya.
(ang/ang)