Kementerian Pertanian (Kementan) salah satu yang disebut Jokowi menyajikan data sendiri, khususnya data terkait produksi pangan.
Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Suwandi mengungkapkan, data yang jadi acuan pihaknya hampir selalu mengacu pada data yang dirilis BPS. Namun demikian, pihaknya juga menghitung data yang diolah sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Suwandi, data-data penting untuk pengambilan keputusan di kementeriannya yang tidak dimiliki BPS antara lain data serangan OPT (organisme pengganggu tanaman), data lahan yang terkena banjir, data kekeringan, dan sebagainya.
"Itu kenapa kita hitung sendiri. Tapi kalau sudah sudah ada kita pasti pakai punya BPS. Kita kan butuh, sementara BPS tak punya, jadi harus punya data sendiri," jelas Suwandi.
Selain itu, sambungnya, data lain yang tak dimiliki BPS sehingga Kementan harus menghitung sendiri yakni data proyeksi produksi pangan.
"Yang dihitung BPS kan sifatnya sudah terjadi. Sementara kita butuh sekali data perkiraan. Jadi dari data BPS kita buat asumsi-asumsi. Misal menetapkan produksi gabah, kita ambil dari luasan tanam dari data BPS. Karena yang proyeksi mereka tidak keluarkan," tutupnya
Dia menuturkan, menanggapi arahan Presiden Jokowi, pihaknya mengaku siap menyatukan seluruh data dan hanya dikelola oleh BPS.
"Dalam pengumpulan data kita juga dikumpulkan di KSK (Kantor Statistik Kecamatan) yang kemudian disampaikan ke BPS kabupaten. Lebih bagus kalau disatukan, karena BPS punya banyak keahlian," ujarnya. (hns/hns)