Kenapa Kereta Cepat Pertama RI Dibangun di Jakarta-Bandung? Ini Alasannya

Kenapa Kereta Cepat Pertama RI Dibangun di Jakarta-Bandung? Ini Alasannya

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 06 Mei 2016 16:03 WIB
Foto: Bisma Alief
Jakarta - Jakarta-Bandung menjadi rute untuk pembangunan kereta cepat pertama di Indonesia, dengan panjang total 142 kilometer (km). Kenapa rute Jakarta-Bandung jadi pilihan?

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Hanggoro Budi Wiryawan, mengatakan daya beli masyarakat yang memungkinkan untuk membeli tiket kereta cepat ini adalah Jakarta dan Bandung.

"Karena Bandung adalah awal terhubungnya kota-kota lain di Indonesia dengan teknologi kereta cepat. Bandung juga punya potensi besar dalam pengembangan industri perdagangan dan pariwisata, dan juga dinilai memiliki daya beli yang cukup tinggi yang mampu membayar biaya tiket kereta cepat," kata Hanggoro, saat ditemui di acara 12th Indonesia Investment Week 2016 yang diadakan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI), di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (6/5/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, potensi bisnis kereta cepat Jakarta-Bandung adalah yang terbesar di Indonesia. "Kami memperhitungkan 2019, potensinya 61 ribu yang akan berpindah menggunakan KA. setelah melalui studi potensial yang cukup dalam," jelasnya.

Dari hasil studi, Hanggoro mengatakan, waktu tempuh Jakarta-Bandung dengan kereta ini hanya 45 menit. Harga tiketnya menurut studi saat ini adalah sekitar Rp 200 ribu sekali jalan dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2019.

Untuk kecepatan maksimal, kereta cepat bisa melaju hingga 320 km per jam dan berhenti di 4 stasiun yaitu Halim, Karawang, Walini, dan Tegalluar dengan waktu transit maksimal hanya 3 menit di setiap stasiun.

Biaya membangun kereta cepat ini adalah Rp 64 triliun. Sebanyak 75% dana diperoleh dari China Development Bank dan sisanya dari modal KCIC yang merupakan patungan dari BUMN Indonesia dan China.

BUMN China yang terlibat dalam proyek ini adalah China Railway International, yang dikatakan Hanggoro, sudah berpengalaman membangun proyek kereta cepat sepanjang 17 ribu km di China.

Mengapa dikerjakan oleh China?

"Pemerintah ingin yang terbaik. Dari hasil evaluasi, China dan Jepang memenuhi syarat. Lalu ada evaluasi teknis, yaitu pembiayaan. Pemerintah tidak mau proyek ini meninggalkan utang negara. Jadi kereta cepat boleh dibangun dengan skema business to business," jelas Hanggoro.

Hanggoro mengatakan, proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini layak atau feasible. Utang yang digunakan untuk proyek ini bisa kembali dalam waktu 40 tahun, hanya dari pendapatan tiket saja.

Namun, bisnis kereta cepat ini tidak hanya mengandalkan keretanya saja. Namun juga pengembangan kawasan di 4 titik stasiun yang dibangun.

"Kami kembangkan 4 kawasan yang jadi subtitusi pendapatan dari tiket. Sehingga return investment-nya berkurang. Sehingga menjadi bisa lebih layak. Ini yang menjadikan kereta cepat bisa dikembangkan oleh swasta. Tanpa 4 kawasan tadi, bisnis kereta cepat akan sangat berisiko. Tapi dengan konsep yang komprehensif dengan 4 kawasan ini bisa menjadi lebih feasible," papar Hanggoro. (wdl/wdl)

Hide Ads