"Kalau saya katakan untuk anak generasi milenial yang sekarang masuk di Kementerian Keuangan, ada baiknya generasi tua mulai introduce policy yang level playing field. Samakan saja lapangan tempat kita bekerja itu disamakan," kata Sri Mulyani saat Peringatan Kartini di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (28/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau perempuan memiliki fungsi lebih banyak di domestiknya, tentu saat membuat lapangan di office, dia harus memberikan kompensasi yang berbeda. Ini yang menyebabkan perempuan di Indonesia lebih mampu. Ini bukan karena perempuan meminta, tapi perspektif untuk berikan kesempatan yang sama," jelas dia.
Menurut mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, perlu adanya upaya perencanaan APBN yang bisa berpihak pada perempuan untuk mengurangi kesenjangan gender.
"Saya merasa gender mainstreaming di budget kita itu masih belum jelas. Saya enggak bisa menceritakan seperti kita cerita infrastruktur. Berarti kita masih belum mampu. Saya ingin tantang Pak Asko (Dirjen Anggaran), Budiarso (Dirjen Perimbangan Keuangan) coba pikirkan mengenai what does it means, kita lihat dalam konsep berpikir," ungkapnya.
"Saya ingin mampu memikirkan apa dari pajak, PNBP, BLU, kalau kita mau memikirkan belanja negara, apa sih yang disebut gender mainstreaming. Desain APBN kita yang mengenali, meng-address apa yang namanya pembangunan inklusif, menempatkan laki-laki dan perempuan sejajar tapi berbeda. Makanya saya juga tidak ingin perempuan berusaha jadi laki-laki," ucap Sri Mulyani.
Diungkapkannya, upaya-upaya yang mulai dilakukan saat ini, akan dipandang sebagai upaya pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan besar untuk kesetaraan gender dalam lingkungan pekerjaan.
"Anak cucu milenial kita, mereka akan mengatakan kita bangga punya sesepuh yang berpikir jauh ke depan, sehingga Indonesia mampu menjadi negara yang eksis, berdiri tegak, memelihara perdamaian dunia, dan menciptakan masyarakat dan makmur," kata Sri Mulyani.
(idr/mkj)