Hal itu, didorong dari banyaknya pengguna internet, contohnya transaksi online, sehingga sektor informasi dan komunikasi tumbuh
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey, mengakui memang masyarakat tengah mengalami perubahan perilaku, khususnya dalam pola belanja. Saat ini masyarakat, banyak memilih bertransaksi online dibanding secara konvensional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan Roy mengatakan, dari catatannya jumlah volume transaksi secara online telah meningkat 1,5% di atas transaksi konvensional.
"Kalau sekarang kami lihat sudah 1,5%-2% dari total penjualan ritel modern. Itu karena ada perubahan pola belanja konsumen, jadi yang biasa mereka stok barang, sekarang mereka membeli sesuai kebutuhan saja. Mereka lebih nyaman mereka simpan uangnya, kemudian di investasikan ketimbang belanja," kata Roy kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (5/5/2017).
"Bukan dalam jumlah value, tapi dalam jumlah volume atau transaksi. Mereka yang belanja adalah kebanyakan generasi Y atau generasi muda. Jadi generasi itulah yang meningkatkan penjualan online atau penjualan e-commerce. Tapi untuk yang di atas 50 tahun itu masih menggunakan offline store," sambung Roy.
Baca juga: Ekonomi Kuartal I-2017 Tumbuh 5,01%, Pengusaha Ritel: Belum Terasa
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta, mengatakan lebih tingginya minat masyarakat untuk berbelanja online dibandingkan konvensional menjadi salah satu penyebab transaksi di toko ritel yang ikut menurun.
"Itu pasti sedikit banyak mempengaruhi. Karena sekarang yang biasanya beli barang-barang tertentu mesti beli ke toko, sekarang enggak perlu lagi. Intinya itu bukan satu-satunya yang menyebabkan daya beli yang menurun, ada banyak faktor," tutur Roy.
Baca juga: Orang RI Makin Irit Belanja, Ini Datanya (hns/hns)