Salah satunya adalah Fatullah. Ia melakoni pekerjan sebagai perajin beduk dadakan selama 15 tahun terakhir di kawasan Pasar Kambing, Tanah Abang. Setiap Ramadan, dia dibantu beberapa karyawan memproduksi beduk.
Setelah Lebaran usai, Fatullah kembali menjalani bisnis utamanya berdagang kambing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana Fatullah memproduksi beduk? Menurut Fatullah tak terlalu sulit memperoleh bahan baku beduk. Bahan baku utama seperti kulit kambing, diperolehnya sendiri dari setiap aktivitas jagal yang dilakukan di rumah potongnya.
"Kulit kambing saya ada sendiri. Di sini kan saya usaha (ternak) kambing, ada potong (jagal) juga," terangnya.
Sedangkan, bahan baku lain seperti drum diperoleh dari sejumlah pabrik kimia di sekitar Angke, Jakarta Utara.
"Kalau drumnya dari bekas minyak wangi, saya dapet dari pabrik kimia, di Jembatan Lima (Angke)," kata Fatullah.
Fatullah memproduksi beduk dengan aneka ukuran dan harga. Beduk ukuran kecil berdiameter 25 cm dibanderol Rp 125 ribu per buah. Beduk ukuran sedang diameter 35-40 cm dihargai Rp 175 ribu per buah.
Sementara beduk ukuran besar dengan diameter 80 cm harganya Rp 350 ribu per buah. Tak hanya beduk, Fatullah juga menjual kulit bedug siap pasang seharga Rp 100 ribu per lembar. (hns/hns)