Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta, menjelaskan daya beli saat ini memang sedang turun, terutama di sektor ritel.
"Kami sendiri di sektor ritel merasakan itu. Penurunan daya beli di sektor ritel 5-15%. Masyarakat tidak punya kekuatan untuk beli," ujar Tutum kepada detikFinance, Kamis (20/7/2017)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau daya beli baik kenapa mereka tutup. Bukan cuma Glodok yang mengalami, semua sektor mengalami," kata Tutum.
Kedua, pergeseran cara belanja masyarakat saat ini. Menurut Tutum, produk-produk yang dijual Glodok sekarang beralih ke online.
Senada, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Suryadi Sasmita menambahkan, daya beli saat ini memang sedang turun.
Pemicunya, pertama, biaya hidup tinggi.
"Biaya hidup naik misalnya sewa rumah, kontrak, kantor, mal, itu naik. service charge misalnya di apartemen, service charge di mall naik," terang Suryadi.
Kedua, daya beli turun karena cukup banyak angkatan kerja yang tidak terserap di sektor industri.
"Orang-orang yang lulus dari sekolah itu sekitar 2 juta per tahun, sedangkan yang dapat pekerjaan atau yang terserap cuma sekitar 800.000-an (Penyerapan tenaga kerja). Sehingga yang tidak terserap tidak dapat penghasilan sehingga tidak menunjang daya beli," terang Suryadi. (hns/dna)