Komite Anti Korupsi alias 'KPK Arab Saudi' itu melakukan penangkapan atas perintah Putera Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman. Banyak pihak menganggap penangkapan yang tiba-tiba dan terkesan dipaksakan itu sebagai permainan kekuasaan Mohammed.
Beberapa analis dan ekonom menganggap Mohammed sedang mengamankan pihak-pihak yang tidak sejalan dengannya sebelum ia naik tahta menggantikan ayahnya, Raja Salman bin Abdulaziz, yang sudah berumur 81 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Langkah yang dilakukan Putera Mahkota itu mencerminkan perubahan politik dalam Kerajaan Arab Saudi. Mohammed memperlihatkan ingin mengubah pola politik yang sudah ada di keluarga kerajaan selama ini," kata Ekonom RBC Capital Markets, Helima Croft, seperti dikutip dari CNBC, Senin (6/11/2017).
Para analis dan ekonom juga mempertanyakan penangkapan Mutaib bin Abdullah, panglima tentara Arab Saudi, sebab memperlihatkan adanya kemungkinan hal ini terkait dengan isu yang lebih besar.
"Para pendukung Mohammed bersikeras penangkapan yang dilakukan Sabtu lalu sama sekali tidak ada hubungannya dengan konsolidasi kekuasaan, tapi murni untuk memberantas korupsi. Namun dari yang terlihat secara kasat mata tidak seperti itu, apalagi setelah Mutaib ditangkap," katanya.
Secara historis, harga minyak selalu naik jika ada masalah di Timur Tengah. Pada perdagangan Minggu lalu, harga minyak jenis Brent naik ke titik tertingginya sejak Juli 2015 di level US$ 55,82 per barel.
Para penguasa Arab Saudi pasti berharap harga minyak bisa stabil di posisi tinggi, terutama dengan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Saudi Aramco tahun depan.
(ang/dnl)