"Ketersediaan daging sapi/kerbau secara nasional menjelang Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 aman bahkan surplus sebanyak 17.183 ton. Pemerintah sebelumnya juga telah sukses dalam hal penyediaan dan stabilitas harga daging sapi pada bulan puasa Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri 2017," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) I Ketut Diarmita dalam keterangan tertulis, Selasa (5/12/2017).
Ketut mengatakan itu saat kunjungan kerja ke Bantul, Yogyakarta, hari ini. Menurut Ketut, berdasarkan prognosa kebutuhan daging sapi bulan Desember 2017 (Natal 2017) dan Tahun Baru 2018 sebanyak 50.479 ton, sedangkan ketersediaannya sebanyak 67.662 ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketut menjelaskan rencana kedatangan daging beku sampai Desember 2017 masih ada sebanyak 16.552 ton yang berasal dari daging kerbau (Bulog) sebanyak 6.552 ton dan daging sapi (Importir) sebanyak 10.000 ton.
"Untuk mencukupi kebutuhan daging sapi, Pemerintah tetap memprioritaskan pasokan produksi dalam negeri dan melakukan pengendalian impor sesuai kebutuhan," kata Ketut.
Lebih lanjut disampaikan, total impor sapi dan daging sapi tahun 2017 sebanyak 197.410 ton (32.6 % dari kebutuhan nasional) yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan impor tahun sebelumnya yaitu sebanyak 267.827 ton (41% dari kebutuhan nasional).
"Secara umum memang kita masih mengandalkan pasokan impor untuk menutupi kebutuhan daging sapi di kota-kota besar terutama untuk wilayah Jabodetabek," ungkapnya.
Menurutnya, Pemerintah saat ini terus melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan ketersediaan daging sapi di dalam negeri melalui percepatan peningkatan populasi. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka percepatan peningkatan populasi sapi, yaitu dengan melakukan Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB).
Pemerintah juga akan memperkuat aspek perbenihan dan perbibitan melalui melalui penguatan UPT Perbibitan untuk menghasilkan benih dan bibit unggul berkualitas. Selain itu juga melakukan penambahan impor indukan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
"Jumlah kumulatif pemasukan indukan sejak 20 Oktober 2016 sampai dengan 4 Desember 2017 sejumlah 22.862 ekor. Adanya pertambahan indukan sapi yang merupakan mesin reproduksi diharapkan akan mengakselerasi pertambahan populasi sapi," kata Ketut Diarmita.
Pemerintah saat ini juga sedang melakukan perbaikan sistem logistik dan supply chain untuk komoditas sapi dan daging sapi. Untuk mengantisipasi gejolak harga Ditjen PKH melalui Petugas Informasi Pasar (PIP) juga melakukan pemantauan harga di tingkat produsen dan pengecer berkoordinasi dengan Kemendag.
Ketut menyampaikan, daging yang beredar di masyarakat saat ini ada 2 (dua) macam, yaitu daging segar dan daging beku. Harganya pun berbeda-beda tergantung dari jenis dan potongan daging yang berkisar antara Rp. 65.000 sd 120.000.
"Preferensi konsumen terhadap daging saat ini masih ke daging segar. Sebagian besar masyarakat Indonesia lebih menyukai daging segar (hot carcass) dari sapi lokal," ungkapnya.
Pemerintah saat ini juga terus melakukan upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari pemotongan sapi dengan melakukan perbaikan sistem pemotongan di RPH dan melakukan grading daging berdasarkan jenis potongan-potongan sesuai standar. (ega/hns)