Rotan Diselundupkan ke China, Industri Mebel RI Kurang Bahan Baku

Rotan Diselundupkan ke China, Industri Mebel RI Kurang Bahan Baku

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Senin, 11 Des 2017 16:48 WIB
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Industri furnitur dan mebel di Indonesia mengalami kekurangan bahan baku. Sebab, ditengarai bahan baku furnitur yaitu salah satunya rotan banyak diselundupkan ke China.

Direktur Jenderal Industri Agro, Panggah Susanto menjelaskan bahwa selama ini bahan baku furnitur terutama rotan diselundupkan ke China. Penyelundupan tersebut dilakukan melalui Singapura dan Malaysia.

"Yang terjadi selama ini malah maraknya penyelundupan terutama rutan ke China melalui Singapura dan Malaysia," katanya kepada detikFinance di sela-sela Seminar Nasional Outlook Industri 2018, Jakarta, Senin (11/12/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Panggah memaparkan, pemerintah melakukan banyak upaya untuk menghentikan praktik penyelundupan tersebut. Salah satunya dengan mengajak China untuk mendirikan pabrik mebel di Indonesia.

"Satu sisi bahan baku di dalam negeri tetap saja langka oleh karena itu kami coba bagaimana mengajak karena sebagian besar ini adalah penyelundupan ke China kita ajak industri tersebut bangun pabrik di sini," jelasnya.

Dengan melesunya industri mebel dalam negeri karena hal tersebut, target pertumbuhan industri pun terkena dampak. Diproyeksi pertumbuhan industri di 2017 tidak akan mencapai target.

Seperti diketahui, target pertumbuhan industri tahun 2017 yakni sebesar 5,5%. Namun diprediksi sepanjang tahun 2017 pertumbuhan hanya mencapai 4,9%.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, pertumbuhan industri di 2017 dikatakan hanya mencapai 4,9%.

Ia memaparkan bahwa pada dasarnya pertumbuhan industri di kuartal III saat ini baik. Namun, jika dilihat secara keseluruhan pertumbuhan pada kuartal I dan kuartal II dinilai kurang. Sehingga target di tahun 2017 pun tidak bisa tercapai.

"Kuartal III bagus. Tapi secara total karena kuartal I, kuartal II makin kurang jadi kira-kira di kuartal IV targetnya mendekati 5 tapi belum sampai 5 lah," jelas Haris.

"Tahun ini kan belum ya (perhitungannya) tapi kira-kira hanya 4,9% lah ya," tutupnya. (zlf/zlf)

Hide Ads