Kisah Jokowi dan Sang Penjahit Asal Solo

Kisah Jokowi dan Sang Penjahit Asal Solo

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Jumat, 26 Jan 2018 07:48 WIB
Kisah Jokowi dan Sang Penjahit Asal Solo
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta - Setiap orang biasanya punya penjahit langganan, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Penjahit pakaian orang nomor satu di Indonesia ini berada di Solo.

Adalah Suparto, pria asal Sragen, Jawa Tengah yang menjadi kepercayaan Jokowi untuk mengurus pakaiannya. Saat ini Suparto telah memiliki 20 karyawan di tokonya yang terletak di Jalan Ahmad Yani nomor 1, Gilingan, Surakarta.

Toko tersebut ia beri nama Arjuna Taylor. Nama tersebut ia pilih karena alasan yang sederhana, yakni berharap tokonya mudah dikenal seperti tokoh wayang Arjuna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, seperti apa kisah Suparto dan Jokowi? Yuk simak.

Suparto mengawali bisnis jahit-menjahitnya pada tahun 1980. Kala itu ia membuka tokonya hanya dengan bermodalkan satu alat jahit yang ia beli seharaga Rp 28.000.

Selain itu, ia juga merogoh kocek untuk menyewa lapak selama dua tahun sebesr Rp 300.000.

"Modal awal itu Rp 300.000 untuk sewa tempat selama 2 tahun. Untuk alat jahit saya punya satu itu hasil tabungan selama satu tahun. Belinya Rp 28 ribu," katanya.

Sebelumnya, ia telah berkecimpung di dunia tersebut sejak usia 12 tahun. Hal tersebut Supato lakoni akibat keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan.

"Menjahit itu saya mulai dari usia 12 tahun. Jadi karena anak desa yang kondisi keuangan pas-pasan lulus SD tidak melanjutkan sekolah lalu ikut penjahit belajar jahit selama 3 tahun lalu saya merantau ke Solo dan belajar dengan penjahit-penjahit terkenal di Solo dan membuka toko," kenangnya.


Mungkin tak pernah terbayangkan bagi Suparto bahwa permintaan Pemerintah Koda Solo menjahit pakaian PNS menjadi awal mula perkenalannya dengan orang nomor satu di Indonesia saat ini, yakni Jokowi.

Saat itu, perkenalnannya terjadi di tahun 2005 tepatnya di Kantor Walikota Solo. Jokowi kala itu menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Dalam ceritanya ia menerangkan bahwa saat itu dirinya dipanggil berdasarkan rujukan dari pegawai kantor wali kota. Sebab, menurutnya para pegawai dari kantor tersebut merupakan pelanggannya.

Dalam kali pertama bertemu tersebut, Suparto ditugaskan untuk menjahitkan pakaian Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk Jokowi.

"Ketemu 2005 sebagai wali kota baru, Walikota Solo. Karena pelanggan kami itu banyak pekerja PNS situ lho jadi rujukannya dari stafnya. Akhirnya saya dipanggil ke kantor wali kota untuk ngurus bajunya, baju PNS," imbuhnya.

Siapa yang menyangka baju khas milik Jokowi, yaitu kotak-kotak dan kemeja putih lahir dari tangan seorang tukang jahit di Solo.

Ia memaparkan bahwa Jokowi telah menjadi pelanggannya sejak tahun 2005. Dalam setiap pesanannya, Jokowi banyak memesan pakaian untuk kerjaannya.

"Baju batik, baju putih yang sehari-hari dipakai kerja dan celana hitam," terangnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa tarif yang ia tetapkan untuk menjahit tergolong murah. Pasalnya tarif tersebut disesuaikan dengan harga daerah.

"Ya murah kan harga Solo. Harga kisaran Rp 100.000 sampai Rp 200.000," sambungnya.


Langgengnya hubungan antara Suparto dan Jokowi ternyata memberikan dampak positif terhadap bisnisnya. Pasalnya, semenjak dikenal sebagai penjahit sang presiden omzetnya ikut naik.

Kenaikan omzet tersebut diakuinya mencapai angka 50%-60%

"Setelah dikenal kalangan luas sebagai penjahit Pak Jokowi ada peningkatan omzet 50-60%," katanya.

Peningkatan tersebut dikarenakan tidak hanya warga solo tetapi adanya masyarakat dari luar kota yang ikut memesan baju di tempatnya.

"Senang dan bangga ada orang datang dari luar kota hanya untuk pesan jahit atau hanya berkunjung," pungkasnya.

Tak hanya dalam negeri pesanan baju juga pernah ia terima dari luar negeri, seperti Australia, Malaysia, Hong Kong hingga Arab Saudi.

Suparto punya kenangan menarik saat melayani Jokowi sebagai konsumennya. Pasalnya, Jokowi meminta diukur ulang karena menilai berat badannya bertambah.

Pria kelahiran 57 tahun yang lalu ini mengatakan bahwa kejadian tersebut terjadi di awal kepemimpinan Jokowi menjadi seorang presiden. Ia mengatakan bahwa saat itu Jokowi ingin memesan baju untuk pelantikan.

"Jadi begini Beliau mau pelantikan itu minta diukur ulang. Padahal kita sudah punya ukurannya karena katanya Beliau tambah gemuk," jelasnya.

Ia pun menirukan cara Jowoki berbicara saat itu. Di mana Jokowi memanggil Suparto dengan sapaan 'Mas' dan meminta diukur ulang karena bertambah gemuk.

"Jadi minta ke saya 'Mas, aku minta diukur ulang. Aku tambah gemuk' sambil memperagakan perutnya tambah gemuk," tirunya dilanjuti gelak tawa.

Hasilnya, kata Suparto, lingkar pinggang Jokowi benar-benar bertambah. Penambahan ukuran tersebut sebanyak 2 cm.

Hide Ads