Sunardi bercerita, awalnya dia mendirikan usaha penyewaan kursi pada 1995. Dia mendapatkan kursi tersebut dari pengusaha mebel asal Ponorogo yang bernama Abdullah.
"Sekarang pak Abdullah sudah meninggal. Saya beli sekitar 900 kursi dari beliau," kenangnya.
Kakek itu membeli kursi tersebut seharga Rp 11.000 per unit. Namun, seiring perkembangan zaman, kursinya itu tak lagi diminati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sunardi pun mulai menjual kursinya itu ke desa-desa di sekitarnya, sampai tersisa sekitar 500 unit. Namun kursinya tak lagi diminati.
Sampai akhirnya, pada 2015 Sunardi bertemu dengan kolektor asal Bali yang bernama Misni yang berani memborong semua kursinya itu. Namun dia hanya melepas 490 unit di harga Rp 35 ribu per unit.
"10 biji untuk kenang-kenangan. Saya kan dapat rezeki kan juga dari kursi itu," akunya.
Nah kolektor itulah yang kemudian menjualnya sampai ke Korea. Sunardi sendiri tak menyangka kursinya dipakai untuk pemotretan di Korea dan menjadi terkenal.