Ikut Bangun Papua, Diaspora RI Siap Gelontorkan Rp 4,7 M/Tahun

Ikut Bangun Papua, Diaspora RI Siap Gelontorkan Rp 4,7 M/Tahun

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 07 Feb 2018 12:38 WIB
Foto: Trio Hamdani
Jakarta - Kementerian PPN/Bappenas bekerjasama melibatkan para akademisi Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat atau diaspora untuk membangun Papua. Mereka mengatasnamakan diri sebagai Indonesian American Society of Academics (IASA).

Mereka siap menggelontorkan dana sebesar US$ 350 ribu atau Rp 4,7 miliar per tahun yang bersumber dari dana mandiri Diaspora Indonesia atau orang Indonesia yang merantau ke luar negeri.

Kerjasama ini ditandai dengan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Kementerian PPN/Bappenas dan IASA di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fokus kerjasamanya meliputi pengembangan pelayanan dasar sekolah berpola asrama dan pelayanan kesehatan jarak jauh (telemedicine) di Papua dan Papua Barat.

"Kerjasama terkait 2 aktivitas, satu sekolah berasrama, kedua telemedicine," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brojonegoro di Kantor Bappenas, Jakarta Pusat, Rabu (7/1/2018).

Lokasi pembangunan untuk tahap awal ditetapkan di Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke dan Kabupaten Nabire.

"Kita paham setiap warga negara Indonesia dimanapun berhak seperti akses pendidikan yang sesusi dengan program wajib belajar. Di Papua ada tantangan yang tidak mudah. Kondisi geografis, daerah sukar terjangkau. Kedua penduduk menyebar. Lebih sulit lagi dia tidak berkumpul di satu tempat," paparnya.

Kondisi tersebut, menyulitkan anak-anak yang mau bersekolah karena harus menempuh jarak yang jauh.

"Pertama para murid harus berjalan dari tempat tinggal ke sekolah tiap hari dengan jarak panjang. Tidak hanya waktu terbuang tapi juga energi, akhirnya output yang dihasilkan tidak optimal," ujarnya.

Melihat kondisi semacam itu, Bambang meyakini bahwa sekolah model asrama yang paling cocok diterapkan.

"Kedua telemedicine. concern-nya sama, artinya penduduk Papua menyebar, sehingga bisa dibayangkan, otomatis harus dibangun puskesmas. Betapa banyak yang harus dibangun. Begitu juga level rumah sakit di daerahnya," terangnya.

Hal itu diakuinya akan menyulitkan, maka perlu ada terobosan. Salah satunya adalah kedokteran jarak jauh atau disebut telemedicine.

"Telemedicine ini bahkan bisa sampai pembedahan jarak jauh. Dokter bedahnya di Jakarta, Surabaya, Makassar. Dengan peralatan telemedicine, dokter setempat melakukan sesuai perintah dokter (secara jarak jauh), itu bisa langsung dimonitor oleh dokter di luar Papua tadi sehingga langkahnya tepat," tambahnya. (zlf/zlf)

Hide Ads