-
Ketum Gerindra Prabowo Subianto sudah beberapa kali bicara soal 'Indonesia bubar 2030'. Salah satunya saat mengutip novel fiksi di Universitas Indonesia.
Prabowo bicara soal 'Indonesia bubar 2030' di UI ketika menghadiri peresmian dan bedah buku 'Nasionalisme Sosialisme dan Pragmatisme Pemikiran Ekonomi Politik Soemitro Djojohadikusumo' pada 18 September 2017. Acara diadakan di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok.
Banyak pihak tidak sependapat dengan pernyataan Prabowo ini, mulai dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga analis asing.
SBY percaya RI akan menjadi negara maju dengan ekonomi yang sangat berpengaruh di dunia saat menjabat jadi presiden dan setelah lengser.
"Jangan malu bermimpi. Bangsa besar adalah bangsa yang mampu mewujudkan mimpinya," kata SBY dalam acara peluncuran kerangka Indonesia 2030 di Istana Negara, Jakarta, Kamis 22 Maret 2007 silam.
Dalam kesempatan tersebut, seluruh anggota kabinet hadir dan juga sejumlah pengusaha top seperti Managing Director HM Sampoerna Angki Camaro, Pemilik CT Corp Chairul Tanjung dan bos Indofood Antony Salim.
Menurut Presiden, cita-cita tersebut bukan merupakan hal yang mustahil apabila seluruh komponen bangsa bekerja keras mewujudkannya. Untuk mencapai posisi terhormat itu, kata SBY, ada banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Setelah tak lagi jadi presiden, SBY percaya RI masih bisa meraih mimpi itu. Tepatnya pada tahun 2015, SBY masih yakin dalam 15 tahun ke depan Indonesia akan menjadi negara yang berpengaruh.
Hal itu disampaikan SBY saat menyampaikan pidato perkuliahan Presidential Lecture yang diselenggarakan oleh Lemhannas. Menurut SBY, meski saat ini perekonomian Indonesia tengah mengalami guncangan, namun ia yakin pemerintah akan berhasil menstabilkannya kembali.
"Tahun 2030 insya Allah perekonomian kita meningkat menjadi 10 terbesar di dunia. Tahun 2045 kita menjadi negara yang kuat," kata SBY di Lemhannas, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa 8 September 2015.
Pada tahun 2085, SBY memprediksi Indonesia dapat bersanding dengan negara-negara maju lain di dunia.
"Kita harus berpikir positif. Mudah-mudahan dalam 70 tahun ke depan kita bisa menjadi negara maju. Pada akhir abad 21, Indonesia menjadi negara maju," ucapnya.
Pada 2012, Chairman McKinsey Global Institute Raoul Oberman mengatakan, Indonesia berpotensi menjadi negara maju pada 2030.
"Ini saatnya Indonesia untuk tidak hanya menjadi jago kandang saja, tetapi juga harus jadi juara di dunia," kata Raoul di acara KEN 'Penyatuan Visi Bersama Menuju Indonesia Maju 2030' di Hotel Ritz Carlton, Sudirman, Jakarta, Selasa 13 November 2012.
Ia melihat ada beberapa fakta menuju target ini. Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Dalam beberapa tahun terakhir ini ekonomi RI masih tumbuh stabil.
Kedua, sekitar 90% pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi, pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta.
Ketiga, sekitar 11% ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas sehingga masih bisa digenjot lebih jauh lagi.
Keempat, pemakaian sumber daya sudah berkurang sehingga pertumbuhan ekonomi tidak lagi bergantung kepada pemakaian sumber daya.
Pada 2013 lalu, CT menjabat sebagai Ketua Umum Komite Ekonomi Nasional (KEN). Pada masa ini, CT sudah memprediksi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi nomor 5 dunia di tahun 2030.
"Ketika pertama kali disampaikan, banyak pihak tidak percaya kepada proyeksi yang dianggap terlalu optimis. Namun seiring berjalannya waktu, banyak lembaga internasional lainnya melihat potensi ekonomi Indonesia. Salah satunya adalah McKinsey Global Institute (2012) yang memproyeksikan Indonesia akan menjadi kekuatan nomor 7 di dunia pada tahun 2025," tutur CT dalam Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa Bidang Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, Senin 26 Agustus 2013.
Sebuah lembaga akuntan publik, PricewaterhouseCoopers (PwC) membuat laporan mengenai negara-negara berkembang yang diperkirakan akan mendominasi ekonomi global pada tahun 2030 mendatang.
Dari laporan tersebut, negara berkembang seperti India dan Brazil diperkirakan akan semakin menantang dominasi ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat (AS) dan China.
Menariknya, dalam laporan tersebut Indonesia juga termasuk ke dalam 5 besar negara berkembang yang mendominasi perekonomian global pada tahun 2030 mendatang.
Laporan tersebut membuat proyeksi berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP). PPP adalah model yang menggambarkan daya beli dan nilai dari mata uang tertentu.
Berikut daftar 21 negara yang diperkirakan mendominasi perekonomian global mendatang, seperti dikutip dari seasia.co Sabtu (9/9/2017):
1. China β US$ 38.008 triliun
2. Amerika Serikat β US$ 23.475 triliun
3. India β US$ 19.511 triliun
4. Jepang β US$ 5.606 triliun
5. Indonesia β US$ 5.424 triliun
6. Rusia β US$ 4.736 triliun
7. Jerman β US$ 4.707 triliun
8. Brasil β US$ 4.439 triliun
9. Meksiko β US$ 3.661 triliun
10. Inggris β US$ 3.638 triliun
11. Perancis β US$ 3.377 triliun
12. Turki β US$ 2.996 triliun
13. Arab Saudi β US$ 2.755 triliun
14. Korea Selatan β US$ 2.651 triliun
15. Italia β US$ 2.541 triliun
16. Iran β US$ 2.354 triliun
17. Spanyol β US$ 2.159 triliun
18. Kanada β US$ 2.141 triliun
19. Mesir β US$ 2.049 triliun
20. Pakistan β US$ 1.868 triliun
21. Nigeria β US$ 1.794 triliun