Bagaimana Andri Suprayitno merintis bisnis yang mengandalkan pelayanan, networking dan entrepreneur tersebut?
"Awalnya bertemu teman Indonesia di New York yang suka nganter tamu kalau lagi ada di New York. Lalu dia mulai kebanjiran tamu dan mulai kewalahan meng-handle mereka semua," kata Andri.
Lantas, Andri mulai menawarkan bantuan untuk ikut mengurusi sebagian tamu tersebut. Lama kelamaan, dia mulai terbiasa dengan bisnis agensi perjalanan yang dirasa lebih menjanjikan dan meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai koki dan pelayan restoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lebih dari setahun, Andri memilih untuk mendirikan bisnis biro jasa sendiri, AS_Ventour, dengan modal awal US$ 3.000. Jumlah itu untuk mengurus surat izin pembuatan perusahaan di AS dan membayar uang muka mobil. Selebihnya, kendaraan lain ia sewa karena relatif lebih murah dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan klien.
Sebagai contoh, sewa mobil sedan limousin super panjang hanya US$ 300 per 12 jam. Untuk mobil biasa pada kisaran US$ 50 dengan durasi yang sama.
Ia mulai mencari turis asal Indonesia yang berencana liburan di AS. Strateginya, berbasis support community, perjalanan yang berbasis komunitas, keluarga hingga rombongan tertentu.
Tak cuma urusan transportasi, ia juga melakukan urusan logistik, akomodasi dan destinasi khusus. Kebutuhan itu seperti perhelatan New York Fashion Week maupun kunjungan budaya dari Indonesia. Sampai kebutuhan menjadi pembawa acara bisa ia lakoni.
"Kita tidak terbatas hanya transportasi terkadang kalau mereka butuh di event management, kita lakukan. Mencari spot-spot menarik untuk pemotretan, kita siapkan," imbuhnya.
Tak sampai setahun, loyalitas dan kepercayaan klien mulai terbentuk. Ia sempat diminta mengantarkan traveler di daerah pantai barat (West Coast) meski ia berada di sisi sebaliknya.
"Saya diberi tiket pesawat dari New York ke Los Angeles pp (pulang pergi)," imbuh Andri yang tidak berapa lama lagi akan memegang izin tinggal sebagai US resident/ citizenship.
Saat ini, ia memiliki empat partner dan sejumlah pegawai yang ia rekrut dengan sistem kontrak kerja (outsourcing). Ia menjalin relasi dengan berbagai komunitas, konsulat, maupun delegasi-delagasi RI di AS untuk mendapatkan kontrak kerja yang meyakinkan. Ia berharap perusahaan yang ia bangun akan terus tumbuh dan berguna bagi orang lain. (eds/ang)