Mengintip Prospek Industri Ojek Online RI di Masa Depan

Mengintip Prospek Industri Ojek Online RI di Masa Depan

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Jumat, 06 Apr 2018 18:57 WIB
Foto: Dok GO-JEK
Jakarta - Hasil riset Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LD UI) menunjukkan bahwa Go-Jek berkontribusi sebesar Rp 9,9 triliun pada perekonomian Indonesia setiap tahunnya.

Namun, Guru Besar Ekonomi UI Rhenald Kasali berpendapat bahwa angka dampak Go-Jek sebenarnya lebih tinggi daripada angka yang ditemukan oleh LD UI.

"Angka yang disebut oleh teman-teman di Lembaga Demografi itu sebenarnya sudah benar, tapi kurang besar angkanya. Dugaan saya angkanya lebih besar dari itu," ungkap Rhenald dalam keterangannya, Jumat (6/4/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Rhenald berpendapat bahwa dalam hal ini Go-Jek belum dilihat sebagai platform yang lintas industri.

"Risetnya bagus, memberikan gambaran mengenai betapa besar value creationnya. Tetapi ekonom juga harus belajar bahwa mendefinisikan start up baru bukan semata-mata dari single product, karena ini kan menciptakan platform dan kalau platform itu dampaknya bukan cuma di dalam suatu industri tertentu," jelas Rhenald.

Rhenald juga menambahkan bahwa hal lain yang belum diperlihatkan melalui riset tersebut adalah nilai efisiensi yang diciptakan oleh Go-Jek.

"Jadi, pertama adalah platform, yang kedua adalah efisiensi. Nah, platform ini adalah revolusi kehidupan, dampak pada kehidupan yang sangat besar. Dan yang kedua itu efisiensi yang diciptakan," kata dia.


Efisiensi ini antara lain diciptakan dari waktu tempuh yang dipersingkat melalui layanan Go-Jek. Rhenald juga berpendapat bahwa Go-Jek bahkan membantu mengatasi masalah kemacetan dan polusi.

"Mereka bisa me-reduce karena orang tidak harus pergi sendiri ke tempatnya dan tidak harus menambah kendaraan," tuturnya.

Selain nilai efisiensi, Go-Jek juga dinilai memberikan dampak bagi sumber daya manusianya. Menurut pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tony Prasetiantono, data yang menunjukkan bahwa rata-rata penghasilan pengemudi mencapai Rp 3,3 juta atau melampaui Rp 2,8 juta yang sama dengan rata-rata UMK di di 9 wilayah merupakan bagian yang paling menarik dari riset ini.
"Inilah hasil terpenting, menurut saya, bahwa bekerja sebagai pengemudi Go-Jek ternyata feasible karena di atas UMR. Ini bisa menjadi alternatif pekerjaan dibandingkan pekerjaan lain, terutama di sektor informal," ungkap Tony.

Sedangkan menurut Rhenald, Go-Jek melalui armada Go-Foodnya mendorong kreatifitas dan pemasukan di dunia kuliner. Ia mengatakan, sekarang, tukang martabak pun punya armada pengiriman barang dan harganya naik kelas.

"Dulu kita hanya beli martabak yang Rp 10 ribu, sekarang kita bisa beli martabak yang Rp 80 ribu. Kreatifitas di dunia kuliner muncul dengan adanya armada-armada Go-Food seperti ini," tambah dia.

Untuk menanggapi masa depan ekonomi digital ini, ke depannya, masyarakat harus paham mengenai cara bekerja ekonomi digital yang sebenarnya.

"Persoalannya adalah banyak orang Indonesia yang belum paham perbedaan bahwa dalam transformasi digital yang diciptakan pemain-pemain baru ini bukanlah produk tapi platform. Kalau platform itu lintas produk, lintas industri, dan lintas kehidupan. Berdampaknya bukan hanya pada perekonomian produk tapi pada perekonomian platform, pereknomian kehidupan karena di dalamnya itu ada masalah pembayaran, ada masalah hubungan antarmanusia, dan ada masalah kecepatan yang dipecahkan," jelas Rhenald. (dna/dna)

Hide Ads