Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus mengalami tekanan. Kemarin (19/7) BI memutuskan untuk menahan bunga acuan di level 5,25%.
Sebab dolar AS sempat menyentuh rekor tertinggi di posisi Rp 14.534 dan kemarin dolar AS menunjukkan penguatan hingga ke level Rp 14.515.
Menanggapi hal tersebut BI menyebut pelemahan nilai tukar akibat penguatan dolar AS ini bukan karena BI yang menahan bunga acuan.
"Tidak, kalau dilihat lebih luas kan bukan hanya rupiah yang melemah, tapi juga mata uang lainnya," kata Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tekanan terhadap Rupiah kembali meningkat seiring kuatnya ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian memicu penguatan dolar AS secara meluas.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan angka ini sedikit pelemahan mata uang negara berkembang lain seperti Filipina, India, Afrika Selatan, Brasil dan Turki," kata Perry dalam konferensi pers di Gedung BI.
Perry menjelaskan, nilai tukar Rupiah memang melemah terbatas akibat masih berlanjutnya penguatan dolar AS secara global. Rupiah sempat menguat di awal Juli 2018 ini sebagai respons positif pelaku pasar atas kebijakan moneter BI yang pre-emtive, front loading dan ahead the curve pada rapat dewan gubernur (RDG) Juni 2018 yang menaikkan BI 7 Days Repo Rate sebesar 50 basis poin.
"Respons tersebut mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan, khususnya Surat Berharga Negara sehingga mendorong penguatan Rupiah," ujar dia.
(ang/ang)