Data Kemiskinan, BPS Paling Bisa Diandalkan

Data Kemiskinan, BPS Paling Bisa Diandalkan

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 04 Agu 2018 16:31 WIB
Foto: Pradita Utama
Jakarta - Angka kemiskinan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) disebut paling valid di Indonesia. Dalam mengukur kemiskinan BPS menggunakan konsep kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach).

Dari pendekatan ini, kemiskinan dinilai dari ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Kemudian garis kemiskinan makanan (GKM) dihitung dari kebutuhan makanan dan minuman sebesar 2.100 kalori perkapita per harinya.

Apakah data ini paling bisa diandalkan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekonom INDEF Enny Srihartati menjelaskan BPS saat ini adalah satu-satunya lembaga di Indonesia diakui karena BPS adalah lembaga independen yang mengukur angka kemiskinan. "Data BPS tidak salah untuk melihat bagaimana progres pengurangan kemiskinan. Data yang dikeluarkan dua kali dalam satu tahun itu kan sudah ada metodologinya sendiri," ujar Enny saat dihubungi detikFinance, Sabtu (4/8/2018).


Dia menjelaskan BPS menggunakan metode seperti penghitungan kebutuhan dasar makanan yang diwakili oleh 52 jenis komoditi antara lain padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak.

Dalam 5 tahun kemiskinan di Indonesia berkurang 2,17 juta orang atau turun 1,4%. BPS menyampaikan penurunan angka kemiskinan per Maret 2018 dikarenakan beberapa faktor, seperti inflasi umum periode September 2017-Maret 2018 sebesar 1,92%, rata-rata pengeluaran perkapita/bulan untuk rumah tangga yang berada di 40% lapisan terbawah selama periode itu tumbuh 3,06%.

Enny menyampaikan untuk angka kemiskinan juga harus diperhatikan berkurangnya angka kemiskinan karena bantuan sosial (bansos) dinilai berhasil. Namun setelah program bansos selesai yang harus diwaspadai adalah peningkatan pada angka kemiskinan.

"Jadi memang harus diperhatikan dari berbagai faktor. Mulai daya beli yang harus diperbaiki, ekonomi yang ditingkatkan. Agar berkesinambungan, supaya setelah program bansos selesai mereka tidak jatuh miskin lagi," ujarnya.

(KIL/ang)

Hide Ads