Jakarta -
Kejatuhan ekonomi Turki yang dramatis beberapa hari belakangan memberi imbas pada pasar global, meskipun pelaku pasar tak menginginkan masalah di Turki memicu krisis keuangan lebih lanjut.
Sebenarnya, krisis di Turki tidak akan terlalu banyak memberi dampak pada perekonomian global mengingat kontribusi negara ini pada ekonomi dunia hanya kurang dari 1%.
Demikian disampaikan sejumlah pakar seperti dikutip dari
CNBC, Rabu (15/8/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbankan Spanyol adalah yang paling terdampak dari masalah yang dialami pada sistem keuangan Turki. Tapi itu pun tak terlalu berpengaruh karena hanya menempati porsi sekitar 4,5% dari aset keseluruhan perbankan di Spanyol.
Demikian seperti dipaparkan Bank for International Settlements and J.P. Morgan Asset Management.
Lantas, siapa yang diuntungkan dan dirugikan atas krisis yang dialami Turki? Baca selengkapnya di sini:
Dengan latar belakang itu, pasar negara berkembang yang merupakan bagian dari Turki, menjadi korban terbesar dalam kekalahan pasar baru-baru ini yang dipicu krisis di Turki.
Investor telah menarik uang mereka dari pasar negara berkembang yang lain karena takut bahwa negara-negara lain, terutama negara-negara yang memiliki posisi keuangan yang buruk, akan mengikuti jejak Turki.
Penarikan semacam itu telah menghantam sejumlah mata uang lainnya (selain lira) seperti Rupee India dan peso Argentina yang menyentuh level terlemah mereka terhadap dolar AS awal pekan ini.
Catatan detikFinance, sejak awal tahun, Rupee India telah jatuh lebih dari 9%.
Sebagai investor, tentu akan melihat dolar AS sebagai safe haven untuk mengamankan uang mereka. Dolar AS adalah idola para investor karena dianggap sebagai mata uang dengan tingkat nilai paling tinggi.
Apa lagi, krisis di Turki bertepatan dengan rencana Federal Reserve alias The Fed untuk menjual sejumlah surat utang yang dimilikinya.
Kondisi tersebut mendorong nilai dolar AS. Terlihat dari indeks dolar AS yang naik lebih dari 4% tahun ini.
Menurut David Dietze, pendiri, president and chief investment strategist of Point View Wealth Management, penguatan dolar AS hanya akan menambah masalah yang dihadapi Turki dan pasar negara berkembang lainnya
Halaman Selanjutnya
Halaman