Mendulang Rupiah dari Gurihnya Bisnis Action Figure

Mendulang Rupiah dari Gurihnya Bisnis Action Figure

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Minggu, 26 Agu 2018 17:15 WIB
Foto: Komunitas Kolektor Action Figure/Angga Aliya Firdaus
Jakarta - Puluhan action figure tertata rapi dalam dua lemari kaca besar. Ada Spiderman, Iron Man, Hulk, hingga Galactus yang merupakan karakter antagonis Marvel dengan ukuran yang paling jumbo. Tempat itu bukanlah toko mainan yang ada di mal-mal, melainkan rumah dari salah satu anggota komunitas Marvel Legends & Marvel Select Indonesia.

Si empunya rumah, Ardi Prasetyo, siang itu didatangi sejumlah anggota komunitas pecinta action figure. Ada sekitar 7-8 orang hadir di sana untuk berkumpul membahas action figure.

Kegiatan itu memang kerap dilakukan anggota komunitas Marvel Legends & Marvel Select Indonesia. Mereka tak hanya aktif di media sosial, tapi juga berkumpul langsung di salah satu kediaman anggota, salah satunya kediaman Ardi yang berada di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain mainan action figure yang tertata rapi, Ardi selaku pecinta action figure juga ternyata memiliki workshop sendiri di rumahnya. Workshop yang dimaksudnya hanya bermodalkan meja dengan beragam perkakas seperti gunting, penggaris, cat air, dan lainnya.

Di workshop itu, Ardi banyak membuat diorama, yakni miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan. Biasanya dioarama yang dibuat ialah miniatur medan pertempuran untuk karakter action figure.

Diorama ini merupakan suatu tambahan penghasilan bagi Ardi. Dia biasa menjualnya ke sesama pecinta action figure, baik untuk kebutuhan fotografi atau hanya sekadar hiasan. Harganya sendiri mulai dari ratusan ribu hingga ada yang mencapai Rp 2 juta, tergantung tingkat kesulitan hingga ukuran dari diorama itu sendiri. Sementara penghasilan yang bisa didapat bisa mencapai jutaan rupiah per bulan.

Memanfaatkan pundi-pundi rupiah dari action figure ini tak hanya dilakukan oleh Ardi, tapi juga sejumlah anggota komunitas lainnya. Cara pemanfaatan bisninsya pun beragam, mulai dari hanya menjual aksesoris, meng-custom action figure, hingga membuat diorama seperti yang dilakukan oleh Ardi. Artinya, bisnis action figure tak hanya sebatas jual beli action figure sendiri, tapi lebih luas dari itu. Tapi semua itu berawal dari hobi mengkoleksi action figure.


"Jadi arah bisnisnya ke mana-mana sebenarnya, ada yang cuma jual jubah untuk action figure, ada yang ubah bentuk, macam-macam," kata Ardi kepada detikFinance di kediamannya, Minggu (19/8/2018) pekan lalu.

Usaha yang dijalani Ardi dalam membuat diorama ini cukup lekat dan berkesinambungan dengan pegiat toys photography. Salah satu pegiat toys photography yang juga anggota komunitas Marvel Legends & Marvel Select Indonesia, Muhammad Ridwan Febriansyah mengatakan saat ini fotografi menjadi sebuah media penjualan di bisnis action figur. Terlebih dengan hadirnya media sosial seperti Instagram.

Dengan model pemasaran seperti itu, pelaku bisnis yang membuat diorama seperti Ardi bisa kedapatan untung dari hasil jepretan menarik action figure yang dipajang di sebuah diorama. Ardi bisa mendapatkan pelanggan baru, baik dari pegiat toys fotografi, ataupun pecinta action figure lainnya.

Mendulang Rupiah dari Gurihnya Bisnis Action Figure Foto: Komunitas Kolektor Action Figure/Angga Aliya Firdaus


Sementara dari sisi pegiat toys photography, selain mereka memang menikmati hasil jepretan dari model action figure tersebut, mereka juga bisa mendapatkan endorse dari produsen-produsen action figure. Artinya, masing-masing bisnis dalam action figure bisa saling terkait satu sama lain.

"Soalnya sekarang itu, apapun media yang bisa mensupport penjualan, mereka akan endorse itu. Apalagi sekarang sudah ada Instagram, sosial media," kata Ridwan.

Selain itu, orang-orang awam yang hanya sebagai penikmat film seperti Marvel juga bisa tahu bahwa ada mainan action figure dengan karakter yang mungkin disukai. Dari situ, Ardi menambahkan, bisa lahir kolektor-kolektor baru yang mungkin tertarik mengetahui lebih dalam tentang action figure. Hal itu pun bisa dijadikan pangsa pasar baru bagi pelaku bisnis.


"Jadi akhirnya dia beli, terus mungkin join komunitas. Dari situ bisa tahu arahnya ke mana, makanya itu ibaratnya bukan ngeracunin, tapi mereka ingin tahu lebih, jadi keracunan action figure sendiri," kata Ardi.

Selain diorama dan toys photography, bisnis lainnya yang bisa diciptakan dari action figure adalah custom figure dan jual beli aksesoris. Seperti yang dilakukan oleh Chairul Aqib. Aqib ini menyediakan jasa untuk membuat action figure lebih menarik sesuai dengan keinginan.

Sebagai contoh, dalam film Thor di sekuel pertama dan kedua rambut Thor masih panjang, kemudian di sequel ketiga rambut Thor berubah menjadi pendek. Kemudian di film Avenger Infinity War, Thor juga punya senjata baru Stormbreaker. Nah Aqib bisa membuat action figure lama Thor yang masih berambut panjang dan menggunakan palu Mjolnir berubah menjadi tampilan baru dengan rambut pendek dan senjata baru tersebut.

Jasa untuk remake action figure tersebut berada di kisaran Rp 200-300 ribuan bahkan lebih, tergantung tingkat kesulitan dari permintaan si pelanggan. Bila sedang ramai, seperti saat muncul film-film Marvel baru, mereka bisa mendapatkan pesanan hingga 10-20 kali dalam seminggu. Bisa dibayangkan berapa keuntungan yang dihasilkan oleh Aqiv tersebut.

"Kalau ada film-film baru orang-orang kan jadi update lagi, contohnya kemarin di film Infinity War, Thor punya senjata baru. Itu saya jual senjatanya nggak ada sejam tawarin di grup laku semua," kata Aqib.

Bahkan, ada juga pelaku bisnis yang benar-benar menggantungkan hidupnya dari action figure seperti Bina Azhar Lufian. Bina memiliki jasa custom yang lebih menyeluruh untuk action figure, selain itu dia juga membuat action figure sendiri dan dijual hingga ke pasar internasional. Omzetnya pun lumayan, dalam sebulan Bina bersama rekannya Adi Batara bisa mendapatkan Rp 10 juta dari bisnisnya tersebut.

Mendulang Rupiah dari Gurihnya Bisnis Action Figure Foto: Komunitas Kolektor Action Figure/Angga Aliya Firdaus


Mereka percaya bahwa bisnis-bisnis yang dihasilkan dari action figure tak akan mati ditinggalkan pelanggan. Sebab, perkembangan action figure, khususnya Marvel terus tumbuh dari waktu ke waktu. Apalagi dengan adanya film-film dari Marvel itu sendiri. Selain itu, komik-komik juga menjadi bahan acuan para kolektor action figure untuk memperbarui serta menambah koleksinya.

"Jadi kalau potensinya pasti masih tinggi. Karena pasti banyak bermunculan figure-figure baru, atau bahkan figure lama dengan tampilan baru. Jadi pasti ada terus," kata Bina.


Saksikan juga video 'Unik! Action Figure Porselen Stormtrooper Berpola Bunga':

[Gambas:Video 20detik]

Mendulang Rupiah dari Gurihnya Bisnis Action Figure
(fdl/zlf)

Hide Ads