Pasokan Jagung Berlebih, Kok Harganya Mahal? Ini Penjelasan Kementan

Pasokan Jagung Berlebih, Kok Harganya Mahal? Ini Penjelasan Kementan

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Senin, 01 Okt 2018 16:17 WIB
Prototipe mesin giling jagung dari Charoen Pokphand (Foto: Puti Aini Yasmin/detikcom)
Jakarta - Kementerian Pertanian mencatat produksi jagung dalam negeri ada sebanyak 30,05 juta ton. Namun harga jagung di pasaran masih mahal. Padahal, bila mengacu hukum ekonomi, harga satu barang akan turun bila pasokannya berlebih.

Menurut Direktur Jenderel Tanaman Pangan Kementan Gatot Irianto saat ini harga jagung mengalami peningkatan. Kenaikan harga ini terjadi sejak bulan April hingga September yang mencapai Rp 4.150 per kilogram (kg) di tingkat petani.

Gatot mengatakan saat ini harga jagung tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah pasokan. Namun juga, dipengaruhi beberapa hal lain, yaitu akses dan keterjangkauan. Dengan begitu, hukum ekonomi tidak berlaku untuk kondisi ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang di Jawa memang jualannya bagus dan permintaan tinggi maka harga naik. Tetapi ada daerah lain yang infrastruktur belum terpenuhi sehingga biaya produksi kan harga tinggi," jelas dia di Konferensi Pers, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta, Senin (1/10/2018).


"Jadi ini bukan masalah intervolume produksi tetapi juga dipengaruhi ketersediaan, keterjangkauan, dan ketersediaan," sambung dia.

Lebih lanjut, Gatot mengungkapkan agar daerah produksi jagung bisa memiliki infrastruktur yang memadai. Dengan begitu, harga jagung bisa jauh lebih terjangkau untuk masyarakat.

"Saya kira mohon dibantu supaya dukungan infrastruktur dibantu prioritas pembangunan karena nggak semua dapat akses baik jadi bisa lebih terjangkau," paparnya.


Sementara itu, Kementan mengklaim produksi jagung hingga akhir tahun ini berlebih atau surplus sebanyak 14,49 juta ton. Angka itu berdasarkan jumlah produksi 30,05 juta ton dan konsumsi sebanyak 15,56 juta ton. (dna/dna)

Hide Ads