Agus Setiawan mengatakan, perusahaan melakukan sejumlah upaya supaya pembangunan tidak menimbulkan efek macet parah. Di antaranya, kata dia, untuk pekerjaan berat seperti memutar girder dilakukan di tengah malam hingga dini hari.
"Tantangan yang jelas kalau untuk pembangunan di ruas yang operasi, otomatis management traffic, yang tidak ditemui di proyek-proyek lain yang bener-bener kosong," katanya.
Bukan hanya itu, supaya macet tidak parah, pengangkutan material berat juga dilakukan pada waktu yang sama yakni tengah malam hingga dini hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan cara tersebut, dia berharap pembangunan tol tidak menimbulkan macet parah. Sebab, pekerjaan berat dilakukan saat volume lalu lintas tidak padat.
"Jadi sebetulnya relatif untuk pekerjaan Jakarta-Cikampek waktu biasa dikerjakan di-median yang tidak mengganggu lalu lintas. Sedangkan, untuk pekerjaan yang mengganggu misal memutar girder di atas kemudian mengangkat balok girder dari lokasi pembuatan di KM 25 tempat Bukaka harus di saat lalu lintas nggak setinggi kondisi normal," terangnya.
Lebih lanjut, Agus mengatakan, dengan adanya tol ini maka Jakarta-Cikampek tak lagi macet. Nantinya, kendaraan pribadi akan diarahkan ke tol layang. Sementara, kendaraan berat akan tetap melintas di tol eksisting.
"Jadi di atas (tol layang) rencana 2 lajur ke arah barat, 2 lajur ke Jakarta. Rata-rata di atas diharapkan bisa mengurangi kendaraan pribadi, angkutan umum. Karena di atas kalau kendaraan besar mungkin perlu berhenti untuk istirahat, kalau di atas lalu lintas terus. Kita berharap membagi kendaraan kecil menggunakan di atas," jelasnya.
Namun, Agus menyadari, tol layang ini nantinya juga berpotensi padat menimbang tumbuhnya penjualan kendaraan.
"Jasa Marga membangun jalan di atas, dengan harapan memperlancar kendaraan ke arah timur. Apakah bisa mengurai kemacetan, pasti. Tapi tahun-tahun setelahnya volume berkembang, wilayah berkembang, mungkin suatu ketika akan kembali padat," tutupnya.