-
Siapa sangka bisnis di balik layar video game akan berkembang menjadi sebuah industri baru yang punya pasar potensial.
Tidak hanya penjualan perangkat dan game, tapi pertandingan game antar club dalam liga juga bisa berubah menjadi sebuah tontonan yang akan menggantikan serunya nonton bola.
Para pemain yang terlibat pun sudah layaknya atlet dalam sebuah pertandingan olah raga sehingga lahirlah istilah-istilah Esports atau Electronic Sports di sektor ini sebagai pengakuan bagi mereka yang menekuni bidang ini sebagai 'profesi masa depan'.
menelusuri kebenaran dari pendapatan gamers yang menjadi profesi idaman banyak anak muda ini usut punya usut memiliki gaji ratusan juta. Benar nggak ya? Penasaran dari mana saja sumber uangnya?
Presiden Indonesia Esports Premier League (IESPL) Giring Ganesha menjelaskan, potensi perkembangan Eseports di Indonesia akan menjadi besar. Bayangkan saja, sampai saat ini ada 43,7 juta pemain game aktif di Indonesia.
Ia mengatakan jika dinilai secara ekonomi potensi tersebut memiliki nilai US$ 879,7 juta atau jika disetarakan dengan kurs Rp 14,552 setara Rp 12,8 triliun.
Peluang ekonomi, ini datang dari penjualan perangkat penunjang bermain game seperti mouse, keyboard, pc, console video game hingga headset.
"Nah di sini penjualan-penjualan perangkat penunjang video game jadi peluang bisnis. Di situ ekonomi bergerak," tutur pentolan grup band Nidji itu.
Selain pemasukan dari berbagai perangkat, perkembangan Eseports juga semakin besar di Indonesia. Melihat perkembangan dan potensi yang ada hingga saat ini, akhirnya ia bersama tim IESPL pada Agustus lalu menggelar liga bertajuk The Battle of Friday. 12 -tim eSport Indonesia bersaing memperebutkan hadiah yang totalnya mencapai Rp 1,9 miliar. Pertandingan tersebut rupanya banyak menarik perhatian.
Melalui turnamen ini para pemain Esports yang ada di Indonesia kata Giring, kini semakin diakui keberadaanya.
Laki laki yang juga CEO kincir.com yang merupakan sebuah media online yang mengulas game, film, hingga anime ini mengaku mulai melakukan pendekatan kepada beberapa stasiun televisi untuk menayangkan liga Esports.
Ketika ditanya mengenai gambaran dari konsep penayangannya seperti apa Giring menjelaskan, akan menerapkan konsep pertandingan liga -sport yang sudah dilakukan di beberapa negara tetangga seperti China dan Korea.
"Seperti tadi, hanya memang kan ini buat di televisi. Nantinya akan ada beberapa atlit yang bertanding game, layar besar dan penonton. Kalau mau minestream memang harus masuk televisi dulu sih," beber dia.
Kepala Sekolah SMA 1 PSKD Jakarta Pusat Yohannes Siagian, punya pandangan yang luas soal membuat bibit unggul yang akan menjadi pemain-pemain yang dibutuhkan dalam industri electronic sport atau Esports. Selain memiliki program binaan di sekolahnya untuk menerima siswa yang ingin menjadi atlit Esports.
Sekolah ini juga memiliki beberapa program binaan lain di industri game, yaitu program pembuatan game, pembibitan atlit profesional game sampai media dan broadcasting yang khusus membuat konten game.
"Jadi di kita Esports beda sendiri. Ada coding kemudian kita ada online media dan broadcasting itu membuat konten. Karena Esports itu industrinya luas sekali ya bukan hanya main game saja," kata dia kepada detikFinance, Minggu (25/11/2018).
Ia menjelaskan, saat ini perkembangan Esports di Indonesia berkembang dengan pesat. Setelah pada pertengahan tahun lalu Esports masuk dalam salah satu cabang olahraga dalam Asian Games 2018 para gamers merasa diberikan pengakuan.
Dalam skala pofesional, para atlit Esport Indonesia saat ini bahkan banyak yang sudah sukses dengan memiliki prestasi di tingkat nasional dan internasional.
Mengenai pendapatan pun tidak main-main, banyak diantara para atlit game papan atas dalam Esport sudah mapu mengantongi Rp 100 juta/bulan dari berbagai sumber pendapatan.
Tidak hanya itu, lapangan pekerjaan baru untuk event organizer khusus helatan game juga banyak dibutuhkan. Selain itu industri game juga akan membutuhkan ahli dalam media dan broadcasting untuk menggarap konten dan suguhan dari permainan game yang akan disuguhkan pada para penonton yang menyukai turnamen Esport.
Layaknya club sepak bola, para pemain video game ini lebih dikenal sebagai atlet Esports profesional. Mereka tergabung dalam sebuah club Esport dan bisa mendapat gaji bulanan hingga beragam tunjangan serta pendapatan lainnya.
"Ada lah kalau ini Rp 20 juta-Rp 50 juta/bulan. Pemasukan mereka ada yang sudah Rp 100 juta," kata CEO Rex Regum Qeon (RRQ) Andrian Pauline saat detikFinance menyambangi markasnya di bilangan Sudirman, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Kejuaraan dan Turnamen
Penghasilan para atlet Esports terutama datang dari hadiah pertandingan dalam berbagai kejuaraan yang mereka ikuti. Tak tanggung-tangung, dalam sekali menang lomba, sebuah tim bisa mengantongi US$ 32.000. Bila dikalikan dengan kurs saat ini yang berada di kisaran Rp 14.600/US$, maka sebuah club Esport bisa mengatongi Rp 467 juta.
Tutor Game di Youtube
Para pemain game atau atlet Esport profesional umumnya punya chanel media sosial sendiri dari mulai instagram, hingga YouTube.
Beragam aktivitas dari mulai bermain game, pertandingan hingga review video game bisa dioleh jadi content menarik yang bisa mengundang banyak penonton dan pengikut di media-media sosial. RRQ sendiri saat ini telah punya 929,810 subscribers.
Tak hanya chanel milik club, saat ini banyak juga bermunculan chanel-chanel personal milik para gamers atau atlet Esport yang bermunculan di situs berbagi video YouTube. Dari kacamata industri periklanan, angka subscriber tersebut sangat potensial untuk dilirik jadi kanal iklan yang menjanjikan.
Bagi pemilik chanel, ini adalah peluang mendapat pundi rupiah yang menjanjikan. "Pemasukan mereka ada yang sudah 100 juta dari endorse, YouTube," jelas CEO Rex Regum Qeon (RRQ) Andrian Pauline.
RMT
Real Money Trading atau transaksi dengan uang nyata menjadi satu dari sumber pendapatan para atlet Esport. Memang apa sih yang sangat berharga dari sebuah permainan game hingga bisa melibatkan uang nyata untuk transaksi?
Sejumlah game RPG seperti RF online dan Seal Online mengharuskan pemainnya memiliki senjata yang mumpuni agal unggul dalam pertarungan. Senjata-senjata ini sebenarnya tersedia begitu saja dalam sebuah permainan.
Namun, butuh usaha ekstra untuk mendapatkan senjata dengan level tinggi dari mulai menempanya dengan barang-barang berharga yang didapat selama petualangan dalam game.
Dalam pengalaman detikFinance bermain game, sebuah senjata dalam permainan RF Online bisa dijual dengan harga mencapai Rp 50.000.000 uang nyata
Merchandise
Karena nama besar dan reputasinya, sebuah clup Esport bakal punya fans layaknya sebuah club sepak bola. Dengan reputasi tersebut, berjualan Merchandise seperti kaus, topi, stiker hingga gantungan kunci bisa menjadi penyumbang pundi-pundi rupiah yang menjanjikan.
Kontrak dengan Perusahaan Game
Dengan reputasi yang baik dan manajemen yang baik pula, sebuah club e-sport berpeluang digandeng oleh perusahaan-perusahaan teknologi pengembang video game. Sebuah perusahaan game rela membayar gamers profesional untuk melakukan uji coba game baru yang merea kembangkan