Ratusan benih tersebut diteliti di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) Sukamandi, Rancajaya, Patokbeusi, Subang. Beragam varietas benih padi unggulan pun dilahirkan dari tempat ini.
Dikatakan oleh Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Karo Humas) dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri, sekitar 99% padi petani berasal dari tempat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BPPadi merupakan pusat penelitian padi satu-satunya di Indonesia. Tempat ini sudah ada sejak 1972 dengan Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) Cabang Sukamandi. Lalu pada 2006 mulai menggunakan nama Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPadi) hingga kini.
BPPadi meneliti benih inti (nucleous seed) dan benih penjenis (breeder seed). Dari BPPadi kedua benih tersebut kemudian menjadi benih sumber seperti benih penjenis (breeder seed/BS), benih dasar (foundation seed/FS/BD), dan benih pokok (stock seed/SS/BP) yang diproduksi oleh swasta, BUMN, Balai Benih Induk atas rekomendasi Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB).
"Benih ini (breeder seed) labelnya berwarna kuning. Ini yang menjadi ranah dari lembaga pemulia. Kemudian BS (breeder seed) ini boleh dibeli oleh para produsen. Benih dasar produsennya balai benih induk, swasta, BUMN yang sudah dapat rekomendasi dari BPSB," ujar Manager Unit Pengelolaan Benih Sumber, Sri Wahyuni.
Dari BBPadi ini beberapa varietas benih diciptakan berdasarkan area tanamnya. Seperti Inpago (inbrida pagi gogo), Inpari (inbrida padi irigasi), Inpara (inbrida padi rawa) serta Hipa (hibrida padi).
BBPadi memiliki sekitar 76 peneliti dan 8 laboratorium. Ada juga kebun percobaan yang berada di Sukamandi seluas 300 ha, Pusakanagara 40 ha, Kuningan 30 ha, dan Muara-Bogor 30 ha. Selain pemuliaan padi, BPPadi juga meneliti gangguan tanaman padi seperti hama wereng, tikus, dan lainnya.
"Sumber dari teknologi padi bukan hanya masalah benih, ada semua di sini. Jadi kalau ada masalah hama wereng tanyanya ke sini," pungkas Boga. (prf/dna)