Gempa dan Tsunami Bikin Investor Lari?

Gempa dan Tsunami Bikin Investor Lari?

Hendra Kusuma - detikFinance
Minggu, 30 Des 2018 08:25 WIB
Gempa dan Tsunami Bikin Investor Lari?
Jakarta - Indonesia memang menjadi salah satu negara di dunia yang rawan bencana. Dalam kurun enam bulan ke belakang banyak kejadian bencana khususnya gempa dan tsunami yang terjadi di negara ribuan pulau ini.

Ada kekhawatiran bahwa investor akan meninggalkan Indonesia atau tak lagi melirik Indonesia sebagai negara tujuan investasi, karena Indonesia masuk negara Ring of Fire.

Namun, apakah benar iklim investasi di negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 5% bakal lesu karena rawan bencana? Simak selengkapnya di sini:

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, pelaku usaha akan menganggap bencana alam bisa terjadi kapan dan di mana saja.

"Pada prinsipnya masalah bencana alam tidak mengganggu iklim investasi. Karena bencana alam bisa terjadi di mana saja," kaya Hariyadi saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Sabtu (29/12/2018).

Tidak berdampak pada iklim investasi, kata Hariyadi, bisa dilihat dari Jepang yang dicap sebagai negara paling sering mengalami gempa. Hasilnya, investasi di negara Matahari terbit itu tetap naik.

"Seperti Jepang yang rawan gempa pun investasinya tetap tumbuh," ujar dia.

Yang terpenting, kata hariyadi, pengusaha lebih ingin kepastian kebijakan atau aturan yang diberlakukan oleh pemerintah dalam mengantisipasi bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Gempa kerap merusak infrastruktur seperti jalan dan jembatan. Menurut Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto kualitas infrastruktur nasional sudah menyesuaikan dengan guncangan gempa

"Ya, Kalau terkait dengan desain jembatannya sudah mengantisipasi faktor koefisien gempa, apalagi yang jembatan bentang panjang dan FO," kata Sugiyartanto kepada detikFinance, Jakarta, Sabtu (29/12/2018).

Sedangkan untuk jalan, kata dia, juga sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Di mana, setiap pembangunan jalan disesuaikan dengan bobot serta volume kendaraan yang akan melintas di jalan tersebut.

"Sedangkan yang jalannya, yang diperhitungkan adalah kebutuhan, jadi kebut perkerasan (jalan) sesuai volume lalu lintas dan repetisi beban standard yang diijinkan," jelas dia.

Tidak hanya itu, kata Dia, pembangunan sebuah infrastruktur baik jembatan maupun jalan juga disesuaikan dengan peta wilayah sebara gempa dari institusi terkait.

Jasa Marga (Persero) menegaskan bahwa pembangunan proyek jalan tol Manado-Bitung (Mabit) di Sulawesi Utara (Sulut) tetap berjalan meskipun telah terjadi gempa. Hal tersebut diungkapkan oleh AVP Corporate Communications Jsa Marga Dwimawan Heru saat dihubungi detikFinance, Jakarta, Sabtu (29/12/2018).

"Benar, tidak ada gangguan sama sekali," kata dia.

Heru bilang, gempa yang terjadi di Kepulauan Talaud ini juga tidak memberikan dampak signifikan terhadap pengerjaan proyek infrastruktur jalan.

"Di proyek Manado-Bitung tidak terdampak, proyek jalan terus, jalan fungsional jalan terus," ujar dia.

Hide Ads