Pencapaian ini seolah-olah sebagai kado akhir tahun dari Kementerian Keuangan yang dikomandani oleh Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini untuk pemerintah khususnya Presiden Jokowi.
Namun, Timses Prabowo-Sandi Handi Risza mempertanyakan hal mendasar atas kado akhir tahun tersebut, yaitu apakah dampaknya juga signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat.
Menurut dia, pencapaian APBN 2018 belum cukup kuat mendorong laju perekonomian nasional, serta beberapa indikator perekonomian seperti angka kemiskinan dan pengangguran.
Secara umum, kata Timses Prabowi-Sandi Handi Risza, kinerja sektor perpajakan masih belum maksimal. Sampai dengan akhir Desember 2018 penerimaan pajak mencapai Rp 1.315,9 triliun atau sebesar 92,4% dari target sebesar Rp 1.424,00 triliun dalam APBN 2018. Dengan kata lain masih terdapat shortfall (kekurangan penerimaan/defisit) pajak mencapai Rp108,1 triliun.
Adapun, kontribusi harga minyak dunia tersebut, terlihat pada penerimaan PPh Migas sebesar Rp 64,7 triliun atau mencapai 156% dari target APBN 2018 sebesar Rp 38,13 triliun. Begitu pula Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP mencapai Rp 407,1 triliun atau 147,8% dari target APBN 2018 sebesar Rp275,42 triliun. Dimana kontribusi PNBP SDA Migas per Nov 2918 mencapai Rp119,82 triliun atau sekitar 149,13% terhadap APBN 2018.
Dalam realisasi APBN 2018 juga pemerintah masih melakukan gali lubang tutup lubang karena nilai keseimbangan primer negatif Rp 1,8 triliun.
Begitu juga dengan angka kemiskinan dan pengangguran. Menurut dia, angka kemiskinan per akhir Desember 2018 yang mencapai 9,82%, belum bisa menggambarkan kinerja Pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan. Rata-rata penurunan angka kemiskinan justru semakin lambat. Dari tahun 2015 hingga 2018, penurunan angka kemiskinan rata-rata hanya mencapai 0,88% jauh dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai angka 3,4%.
Sedangkan angka pengangguran yang mencapai angka 5,34% pada akhir tahun 2018. Persentase penurunan angka pengangguran dalam empat tahun terakhir rata2 hanya mencapai 0,84%, jauh dari periode sebelumnya yang mencapai 2.0%.
(hek/eds)