Panas Soal Utang di Balik Capaian Sri Mulyani Tiga Kali Jadi Menkeu Terbaik

Panas Soal Utang di Balik Capaian Sri Mulyani Tiga Kali Jadi Menkeu Terbaik

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 05 Apr 2019 07:38 WIB
1.

Panas Soal Utang di Balik Capaian Sri Mulyani Tiga Kali Jadi Menkeu Terbaik

Panas Soal Utang di Balik Capaian Sri Mulyani Tiga Kali Jadi Menkeu Terbaik
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali dinobatkan sebagai Menkeu Terbaik di Asia Pasifik Tahun 2019 versi majalah keuangan FinanceAsia pada 2 April 2019.

Sebelumnya, FinanceAsia telah menobatkan Sri Mulyani sebagai Menkeu terbaik se-Asia Pasifik pada tahun 2017 dan 2018.

Prestasi ini pun sempat ditanggapi oleh Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Utang jari sorotan oleh BPN, karena pihaknya menganggap pemerintah tidak bisa mengurangi utang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mau tahu informasi selengkapnya, klik halaman berikutnya.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti mengungkapkan, menurut FinanceAsia, Sri Mulyani berhasil membawa perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik, dengan mencatatkan defisit anggaran terendah dalam enam tahun terakhir pada 2018 (1,7% dari Produk Domestik Bruto).

"Melalui program Amnesti Pajak yang diluncurkan pada tahun 2016-2017, Menkeu Sri Mulyani juga berhasil meningkatkan kepatuhan pajak (tax compliance), yang pada akhirnya berhasil meningkatkan penerimaan perpajakan," ungkap Nurfransa dalam keterangannya, Kamis (4/4/2019).

Melalui Global Green Sukuk, kata Nurfrasa, Sri Mulyani juga mengantarkan Indonesia menjadi negara Asia pertama yang menjual green bonds, surat utang yang digunakan secara spesifik untuk membiayai proyek-proyek untuk iklim dan lingkungan, yang terjual hingga US$ 1,25 miliar.

"Selain itu, di tengah pelemahan nilai tukar seiring perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, Pemerintah bersama Bank Indonesia juga dinilai berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," jelasnya.

FinanceAsia mengeluarkan penilaian kinerja Menteri Keuangan di kawasan Asia Pasifik. Media ini melakukan penilaian dengan melihat bagaimana para Menteri Keuangan tersebut mengelola keuangan negara dalam kurun waktu satu tahun di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi dan geopolitik global.

Selain menobatkan Sri Mulyani sebagai Menkeu Terbaik di Asia Pasifik Tahun 2019, FinanceAsia juga merilis peringkat untuk para Menteri Keuangan lain di kawasan ini.

Peringkat dua diberikan kepada Carlos Dominguez dari Filipina; peringkat tiga Heng Swee Keat dari Singapura; peringkat empat Josh Frydenberg dari Australia; peringkat lima Paul Chan dari Hong Kong, dan peringkat enam Piyush Goyal dari India.

Kemudian peringkat tujuh Liu Kun dari China; peringkat delapan Hong Nam-Ki dari Korea Selatan; peringkat Sembilan Lim Guan Eng dari Malaysia; peringkat sepuluh Apisak Tantivorawong dari Thailand; peringkat sebelas Su Jain-Rong dari Taiwan; dan terakhir Taro Aso dari Jepang.

Badan Pemenangan Nasional (BPN) Capres-Cawapres no urut 02 Prabowo Subianto-Sandi Uno ikut menanggapi prestasi Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati yang dinobatkan menjadi Menkeu terbaik se-Asia Pasifik untuk ketiga kalinya.

Politikus Partai Gerindra yang juga juru bicara BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade memberikan ucapan selamat kepada Sri Mulyani yang telah terpilih menjadi menkeu terbaik se-Asia. Cuma, kata Andre, Sri Mulyani sebagai perwakilan dari pemerintah masih belum menyelesaikan masalah utang yang membebani anggaran negara.

"Itu ya hak Sri Mulyani, saya ucapkan selamat memang faktanya kan dia menang ya hak dia. Tapi fakta lainnya juga jangan dilupakan bahwa pemerintah masih terus berutang, utang masih bertambah," ungkap Andre kepada detikFinance.

Andre sendiri tidak ingin mengomentari layak atau tidak layaknya penghargaan itu dinobatkan kepada Sri Mulyani. Karena menurutnya, penyusunan penilaian yang dilakukan merupakan hak dari majalah Finance Asia.

"Saya tidak mau mengomentari layak atau tidak layaknya ya. Itu juga hak majalah Finance Asia yang memiliki karakteristik penilaian tersendiri, sekali lagi hal tersebut tidak menutup fakta bahwa utang kita terus bertambah," ungkapnya.

Pihaknya justru menyoroti satu hal yang masih menjadi PR bagi Sri Mulyani, yaitu mengurangi utang negara.

"Justru pemerintah itu harusnya cari cara untuk mengurangi utang. Faktanya tidak bisa tertutupi, meskipun saya kasih selamat ke Bu Sri Mulyani," kata Andre.


Tim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Maruf mengapresiasi Sri Mulyani atas capaiannya dinobatkan kembali untuk ketiga kalinya sebagai Menteri Keuangan Terbaik se-Asia Pasifik.

"Kita harusnya ikut berbangga ya menteri kita diberi apresiasi dan kehormatan di dunia internasional. Memang harusnya semua ikut berbangga dan berikan selamat ya, ini kita mendapat kepercayaan dunia internasional itu nggak mudah lho," anggota TKN Hendrawan Supratikno saat dihubungi detikFinance.

Sementara itu, terkait tanggapan dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang mengatakan masih ada pekerjaan rumah Sri Mulyani yang belum selesai tentang jumlah utang, Hendrawan mengatakan kebijakan pemerintah telah lebih baik.

"Yang jelas arah ekonomi kita kan terus menerus menuju perbaikan, ekonomi makro kita relatif stabil kemudian kesehatan fiskal relatif baik. Kita semua menuju proses perbaikan," ungkapnya.

Hendrawan juga menilai bahwa utang negara masih berada dalam batas yang wajar dan juga masih berada dalam manajemen yang baik. Dia justru menyoroti pekerjaan rumah menteri keuangan bukan hanya utang saja.

"Utang meningkat tapi menurut saya masih bisa di-manage dengan baik ya, masih bisa dianggap bertanggung jawab lah. Lagipula pekerjaan rumah kita bukan hanya utang ya, bagaimana tingkatkan rasio pajak, berikan pajak yang lebih adil, bagaimana disiplin keuangan negara ditingkatkan," ungkap Hendrawan.

Dia mengingatkan ke semua pihak jangan hanya berpikir instan saja, semua butuh proses menurut Hendrawan. Dia menilai perekonomian negara justru berada pada 'on the right track' alias berjalan di jalur yang benar.

"Jangan menuntut hari ini bisa sempurna, yang penting arahnya sudah jelas sehingga ekonomi kita dianggap kredibel. On the right track lah," kata Hendrawan.

Hide Ads