Tanpa Campur Tangan Presiden Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5%, Benarkah?

Tanpa Campur Tangan Presiden Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5%, Benarkah?

Danang Sugianto - detikFinance
Sabtu, 06 Apr 2019 10:03 WIB
Tanpa Campur Tangan Presiden Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5%, Benarkah?
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Dalam rentang 4 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bergerak di kisaran 5%-an. Selain itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak 2014 ekonomi Indonesia hanya mentok di kisaran 5%.

Pada 2014 ekonomi tumbuh 5,02%. Lalu di 2015 hanya 4,79%. Pada 2016 realisasi pertumbuhan ekonomi ada di 5,02%.

Selanjutnya di 2017, ekonomi RI tumbuh 5,07%. Terakhir di 2018, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,17%. Capaian ini dikritik ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal Hastiadi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya ekonomi Indonesia tumbuh di kisaran 5% secara natural. Tanpa campur tangan presiden pertumbuhan ekonomi itu pun bisa tercapai. Benarkah hal itu? Baca selengkapnya di sini:


Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, angka 5% pada pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan angka yang natural saja terjadi. Artinya, tanpa perlu campur tangan pemerintah pun angka bisa dicapai.

"Kita bicara dulu kondisi perekonomian di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi 5%. Kalau 5%, itu berarti pemerintah tidak kerja. Pertumbuhan ekonomi 5% itu adalah natural road," sebut Faisal ditemui di Jakarta, Kamis (4/4/2019).

Dengan kata lain, keberadaan pemerintah tak banyak berdampak pada perekonomian nasional. Sehingga menurutnya, pemerintah harusnya bisa bekerja lebih keras mendongkrak perekonomian RI.

"Tanpa presiden atau tanpa Kemenkeu juga itu akan 5%. Kita sebenarnya butuh the big push (usaha keras)," tandas dia.

Kepala Kajian makro LPEM UI Febrio Nathan Kacaribu tidak sependapat dengan pernyataan itu. Menurutnya tidak ada ekonomi negara di dunia yang bisa tumbuh tanpa peran dari pemerintahnya.

"Itu negara mana pun tidak bisa seperti itu. Ini mungkin salah paham tentang konsep pertumbuhan ekonomi natural. Itu konsep ekonomi teoritis," ujarnya kepada detikFinance.

Menurut Febrio konsep pertumbuhan ekonomi sendiri bisa terjadi jika suatu negara tingkat penganggurannya sangat rendah. Sementara Indonesia masih memiliki tingkat pengangguran.

Febri memberikan contoh Venezuela. Negara yang ekonominya porakporanda itu bisa dibilang sangat minim peran dari pemerintahnya untuk mendorong perekonomian.

"Contoh yang paling gampang counter skenarionya bayangkan perekonomian kita seperti Venezuela. Di mana pemerintahannya jauh dari kata efektif. Pemerintahnya malah ambil kebijakan yang blunder, terjadi inflasi luar biasa berap ribu persen. Itu adalah perekonomian tanpa pemerintah," tambahnya.

Dia menegaskan, sejatinya konsep pertumbuhan ekonomi secara natural tidak ada hubungannya dengan ada atau tidaknya peran pemerintah. Justru hal itu bisa terjadi jika sebuah negara bisa memanfaatkan secara maksimal sumber dayanya termasuk pemerintahnya.

"Tapi sebenarnya enggak ada satu negara di dunia yang ekonominya bisa tumbuh secara natural," tegasnya.

Kepala Kajian makro LPEM UI Febrio Nathan Kacaribu justru menilai capaian pertumbuhan ekonomi di level 5% selama 4 tahun merupakan prestasi bagi pemerintah. Sebab di tengah gejolak perekonomian global pemerintah berhasil melakulan berbagai upaya mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

"Perekonomian kita ini sejak 2015 sudah on the right track untuk bisa tumbuh secara konsisten tanpa adanya komoditi boom. Kita baru keluar dari taper tantrum dari 2013-2015. Sejak saat itu tantangan ekonomi global tidak berhenti. Sehingga tumbuh 5-5,2%, sementara ekonomi lain yang mirip kita rata bermasalah, seperti Turki, Argentina, Afrika Selatan, Brazil. Ini merupakan prestasi," ujarnya kepada detikFinance, Jumat (5/4/2019).

Febrio menjelaskan, salah satu yang menjadi prestasi pemerintah adalah bisa secara disiplin melakukan reformasi melalui kebijakannya. Salah satu reformasi kebijakan yang dia apresiasi adalah pembangunan infrastruktur.

"Kita bsia bangun infrastruktur yang sudah lama tertinggal dan terlupakan. Dengan konsisten dana infrastruktur Rp 400 triliun setiap tahun. Ini akan jadi modal yang besar untuk eknomoi kita untuk beberapa tahun ke depan," ujarnya.

Infrastruktur, menurutnya sangat berkaitan dengan masuknya investasi ke RI. Dengan hadirnya infrastruktur membuat para investor mau menanamkan dananya di Indonesia.

Sementara hingga saat ini investasi merupakan salah satu mesin penggerak ekonomi Indonesia. Apalagi saat terjadi gejolak perekonomian global banyak dana asing yang keluar dari negara berkembang termasuk Indonesia.

"Investasi tidak akan datang kalau lesu ekonomi dunia. Kedua kita bersaing dengan negara mirip kita yang menyediakan infrastruktur yang up to date. Nah bottle neck itu yang harus dibereskan," tutupnya.

Hide Ads