Pertumbuhan Ekonomi di Era Jokowi Sudah Ideal?

Pertumbuhan Ekonomi di Era Jokowi Sudah Ideal?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 12 Apr 2019 15:55 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5%. Jika terpilih, ia janji akan mengerek pertumbuhan ekonomi ke level 6,5%.

Sebenarnya sudah ideal kah pertumbuhan ekonomi di pemerintahan Jokowi?

Ekonom CSIS, Fajar B Hirawan menjelaskan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015-2018 justru sangat ideal. Setelah mengalami tren penurunan dari 6,44% pada 2010 ke level 4,88%. "Pada 2015 pertumbuhan ekonomi di era Pak Jokowi berhasil rebound atau kembali meningkat secara bertahap hingga 5,17% tahun 2018," kata Fajar saat dihubungi detikFinance, Jumat (12/4/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia menjelaskan, pencapaian ini sangat positif di tengah ekonomi global yang melambat dari 5,4% pada 2010 menjadi 3,7% pada 2018. Kemudian hal lain yang perlu digarisbawahi adalah terkendalinya inflasi dalam 4-5 tahun terakhir, yaitu di kisaran 3%.

"Mengapa penting menjaga stabilitas inflasi dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi? Karena sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap PDB selalu berada di atas 50% dengan pertumbuhan yang juga selalu di kisaran 5% dalam beberapa tahun terakhir. Itulah pentingnya menjaga stabilitas inflasi agar tidak mengganggu daya beli masyarakat atau konsumsi rumah tangga," ungkap Fajar.


Lalu, dia menambahkan, yang paling terpenting adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2015-2018 tumbuh positif dan mampu mengurangi penyakit sosial, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran. Misalnya angka kemiskinan mampu berkurang dari 10,96% (2014) menjadi 9,66% (2018), ketimpangan ekonomi yang dilihat dari rasio Gini berkurang dari 0,414 (2014) menjadi 0,384 (2018), dan pengangguran turun dari 5,94% (2014) menjadi 5,34% (2018).

"Pertumbuhan berkualitas yang cenderung inklusif itulah yang terpenting, bukan semata-mata pertumbuhan yang tinggi namun dibarengi ketimpangan pendapatan yang makin besar," jelas dia. (kil/dna)

Hide Ads