"Pada 2015 pertumbuhan ekonomi di era Pak Jokowi berhasil rebound atau kembali meningkat secara bertahap hingga 5,17% tahun 2018," kata Fajar saat dihubungi detikFinance, Jumat (12/4/2019).
Dia menjelaskan, pencapaian ini sangat positif di tengah ekonomi global yang melambat dari 5,4% pada 2010 menjadi 3,7% pada 2018. Kemudian hal lain yang perlu digarisbawahi adalah terkendalinya inflasi dalam 4-5 tahun terakhir, yaitu di kisaran 3%.
"Mengapa penting menjaga stabilitas inflasi dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi? Karena sumbangan konsumsi rumah tangga terhadap PDB selalu berada di atas 50% dengan pertumbuhan yang juga selalu di kisaran 5% dalam beberapa tahun terakhir. Itulah pentingnya menjaga stabilitas inflasi agar tidak mengganggu daya beli masyarakat atau konsumsi rumah tangga," ungkap Fajar.
Baca juga: 8 Jurus Prabowo Genjot Ekonomi RI 8% |
Lalu, dia menambahkan, yang paling terpenting adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2015-2018 tumbuh positif dan mampu mengurangi penyakit sosial, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran.
Misalnya angka kemiskinan mampu berkurang dari 10,96% (2014) menjadi 9,66% (2018), ketimpangan ekonomi yang dilihat dari rasio gini berkurang dari 0,414 (2014) menjadi 0,384 (2018), dan pengangguran turun dari 5,94% (2014) menjadi 5,34% (2018).
"Pertumbuhan berkualitas yang cenderung inklusif itulah yang terpenting, bukan semata-mata pertumbuhan yang tinggi namun dibarengi ketimpangan pendapatan yang makin besar," jelas dia.