Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa jam kerja panjang hingga 12 jam per hari yang diterapkan Jack Ma pada karyawannya kurang tepat.
Bhima menilai dalam tren ekonomi digital dewasa ini, kerja dengan waktu yang panjang tidak efektif. Dia mengatakan kini tidak perlu lagi kerja fisik dengan waktu yang lama.
"Kalau menurut saya dalam era digital sebetulnya nggak butuh kerja 12 jam sehari. Kalau trennya ekonomi digital nggak perlu kerja fisik yang terlalu lama," ungkap Bhima kepada detikFinance.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita harusnya kerja lebih efisien dan efektif kerja dimanapun bisa nggak harus di kantor dan jam kerja pun relatif fleksibel. Jadi ke arah kerja cerdas, efisien, targetnya tercapai performa bagus, itulah tren kerja yang diminati sekarang," ungkap Bhima.
Apalagi, untuk dipraktekan di Indonesia. Pasalnya, kalau menurut Bhima, kini tren ekonomi Indonesia lebih ke arah sektor jasa yang tidak memerlukan jam kerja panjang.
"Saya nggak setuju ya sama Jack Ma, apalagi kalau konteksnya kita melihat Indonesia yang mulai beralih ke sektor jasa," kata Bhima.
Menurutnya, menerapkan jam kerja panjang cocoknya diterapkan pada negara dengan sektor manufaktur yang mendominasi dimana pekerjaan kasar dan membutuhkan fisik dibutuhkan banyak. Namun, di Indonesia menurut Bhima sudah tidak lagi seperti itu.
"Kalau dengan pekerjaan (jam kerja panjang) itu kita sedang kembali di era tahun 80-an era dimana sektor manufaktur mendominasi ya itu boleh, tapi kalau level jasa sekarang harus ada penyesuaian jam kerja," ungkap Bhima.