Rosmaya mengatakan resiko yang pertama adalah terkait keamanan. Menurutnya jasa penukar uang tidak resmi yang kehadirannya kebanyakan di pinggir jalan membuat transaksi penukaran uang tidak aman.
"Itu kan sangat rawan keamanannya. Keamanan fisiknya, bayangkan ketika mobil sedang bergerak misalnya harus tukar maka akan terpapar resiko kecelakaan, atau kalau lagi tukar uang kan tempatnya terbuka beresiko diincar orang jahat ya," kata Rosmaya.
Berikutnya, risiko adanya uang palsu yang disisipkan bisa sangat mungkin terjadi. Sedangkan, masyarakat tidak punya waktu untuk mengecek satu persatu uang tukaran karena banyak jumlahnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Risiko lainnya adalah jumlah yang tidak sesuai dengan yang ditukarkan. Lalu, kebanyakan penyedia jasa tukar uang tidak resmi ini menurut Rosmaya juga memungut uang jasa dari masyarakat yang menukar uang, jadi uang yang ditukarkan tidak sesuai jumlahnya.
"Lalu jumlahnya juga kan kita nggak tau ya pas apa nggak. Takutnya, dia bilang ini Rp 500 ribu misalnya dicek nggak sampai segitu," kata Rosmaya.
"Mereka juga berbayar gitu, jadi minta pungutan berapa persen dari yang ditukarkan," tambahnya
Rosmaya mengimbau agar masyarakat tidak ada yang menukar uang lewat jalur yang tidak resmi. Meski terpepet sekalipun, Rosmaya meminta agar masyarakat mengusahakan dirinya menukar di loket resmi.
"Bagaimana kalau kepepet, ya jangan kepepet-kepepet diusahakan dulu lah ya. Kalau sudah di inang-inang resiko ditanggung anda," kata Rosmaya.