Jakarta -
Pemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian BUMN memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat penerbangan murah alias low cost carrier (LCC) pada pekan depan.
Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat menghasilkan banyak cerita dan tentunya telah melewati jalan panjang.
Berdasarkan catatan
detikFinance, Kamis (20/6/2019), hebohnya harga tiket pesawat dimulai saat melonjaknya harga tiket pesawat yang terjadi pada akhir 2018. Saat itu diketahui warga Aceh yang ingin ke Pulau Jawa harus terbang dulu ke Malaysia demi mendapatkan harga yang lebih murah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tingginya harga tiket pesawat awalnya ditenggarai lantaran harga avtur yang naik tinggi lantaran menguatnya nilai tukar dolar AS. Pertamina saat itu bahkan sampai diminta untuk menghentikan impor avtur.
Seiring waktu berjalan, mahalnya harga tiket pesawat disebut lantaran adanya perang harga atau banjir promosi yang dilakukan oleh Garuda Indonesia Grup dan Lion Air Grup. Kedua grup maskapai tersebut tercatat menguasai pangsa pasar penerbangan domestik hingga 97%.
Ketika pihak maskapai penerbangan mengembalikan harga ke normal menjelang akhir tahun 2018, ternyata mendapat respons negatif oleh masyarakat. Khalayak menilai seluruh tiket penerbangan naik drastis.
Pemerintah akhirnya berani memutuskan untuk menurunkan harga tiket diawali dengan menurunkan tarif batas atas (TBA) bagi penerbangan full service seperti Garuda Indonesia dan Batik Air.
Namun, hal itu dianggap belum cukup oleh masyarakat. Terlihat dari jumlah penumpang angkutan pesawat yang terus mengalami penurunan.
Kini giliran maskapai LCC diminta ikut menyediakan harga tiket murah. Berikut informasi selengkapnya merunut jalan panjang menuju turunnya harga tiket pesawat domestik:
Pada tanggal 9 Februari 2019, masalah mahalnya tiket pesawat sampai ke telinga Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada saat itu Kepala Negara tengah menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI di Puri Agung Convention, Grand Sahid Jaya Hotel Jl Jend Sudirman, Jakarta Pusat.
Keluhan para pengusaha ini pun terlihat dari catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai turunnya tingkat penghunian kamar (THP) hotel klasifikasi bintang.
TPK hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada April 2019 mencapai 53,90% atau turun 3,53 poin dibandingkan TPK pada April 2018 yang sebesar 57,43%. Meskipun dibandingkan Maret 2019 naik 1,02 poin.
"Kalau tingkat pemenuhan hotel itu kan pada akhirnya jadi sangat komprehensif tidak satu faktor, tapi banyak faktor termasuk tiket pesawat," kata Direktur Statistik Harga BPS Nurul Hasanuddin di kantor pusat BPS, Jakarta, Senin (10/6).
BPS mencatat jumlah penumpang pesawat domestik pada April 2019 terjadi penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Kepala BPS Suhariyanto menyebut, total penumpang pesawat atau angkutan udara per April 2019 sebanyak 5,66 juta orang.
"Domestik turun 6,26% dibanding Maret, yoy turun cukup tajam sebesar 28,48%," kata Suhariyanto di kantor pusat BPS, Jakarta Pusat, Senin (10/6).
Tercatat pada April 2019 jumlah penumpang pesawat sebanyak 5,66 juta orang atau turun 370.000 orang jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebanyak 6,03 juta orang.
Pada tanggal 13 Mei 2019, pemerintah akhirnya memutuskan untuk memangkas TBA tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen. Hal itu diputuskan seusai rapat koordinasi (rakor) di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemangkasan rata-rata TBA sebesar 15 persen.
"Penurunan tidak sama antara rute satu dengan yang lain, cuma rata-rata kita belum hitung 100 persen. Range-nya 12-16 persen. Kita harapkan dia akan dekat ke 15 persen turunnya" kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (13/5).
Mahalnya tiket pesawat sudah lama menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Apalagi menjelang Lebaran tahun ini, yang sempat dihebohkan harga tiket kelas bisnis yang mencapai Rp 21 juta.
Mahalnya tiket pesawat khususnya penerbangan domestik disebut karena kurangnya kompetisi.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan bahwa pemberian kesempatan terhadap maskapai asing pun sesuai saran Presiden Jokowi.
"Beberapa hari lalu pak presiden beri saran bahwa berilah kemungkinan satu kompetisi yang lebih baik, kompetisi bisa terjadi apabila penerbangan asing ikut dalam ini," kata Budi di Pelabuhan Kalianget, Sumenep, Jawa Timur, Senin (3/6).
Meski saran Kepala Negara untuk melibatkan maskapai asing bersaing demi menekan mahalnya harga tiket pesawat, Budi Karya mengaku akan mengkajinya terlebih dahulu.
Terbukti pada tanggal 17 Juni 2019, Budi Karya menyebut ada tiga maskapai asing yang berminat membuka kantor di Indonesia untuk turut berkompetisi melayani penerbangan domestik.
Salah satunya anak usaha Singapore Airlines, Scoot Tigerair Pte Ltd. Scoot sendiri merupakan maskapai di segmen low cost carrier (LCC) atau murah. Sampai saat ini, Scoot sudah mengoperasikan 24 Airbus 320s dan 16 Boeing 787 Dreamliners.
Dan pada akhirnya, di tanggal 20 Juni 2019 pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat LCC pada pekan depan. Persentase penurunannya akan disampaikan langsung oleh maskapai.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan alasan utama pemerintah memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat pada penerbangan LCC karena ingin mengakomodasi keinginan masyarakat dan menjaga keberlangsungan industri penerbangan tanah air.
"Pemerintah ingin memberi, merespons harapan-harapan masyarakat itu. Tapi di pihak lain pemerintah mau tidak mau memperhatikan keberlangsungan industri penerbangan kita," ungkap dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman