Disorot Jokowi, Ini Daftar Neraca Dagang RI Januari-Mei 2019

Disorot Jokowi, Ini Daftar Neraca Dagang RI Januari-Mei 2019

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 08 Jul 2019 15:50 WIB
Ilustrasi ekspor impor/Foto: agung pambudhy
Jakarta - Neraca Perdagangan Indonesia selama ini sering tekor. Pada Mei 2019 ini neraca dagang bisa surplus lagi meski tidak besar.

Pada Mei 2019 lalu tercatat neraca dagang RI surplus US$ 210 juta. Angka ini didapat dari selisih nilai ekspor yang lebih besar daripada impor.

Nilai ekspor Mei 2019 tercatat sebesar US$ 14,74 miliar. Sementara nilai impor Mei 2019 sebesar US$ 14,53 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Impor dengan total US$ 14,53 miliar dolar, turun 5,62% dibanding April. Dibandingkan Mei 2018 turun 17,71%," jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat jumpa pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (24/6/2019).


Berikut neraca perdagangan RI dari Januari hingga Mei 2019:

Januari defisit US$ 1,16 miliar
Februari surplus US$ 330 juta
Maret surplus US$ 540 juta
April defisit US$ 2,50 miliar
Mei surplus US$ 210 juta

Di sisi lain, Suhariyanto menjelaskan, defisit neraca perdagangan secara kumulatif dipicu impor migas (minyak dan gas) tinggi.

"Neraca perdagangan memang menjadi perhatian, karena selama Januari-Mei 2019 masih defisit US$ 2,14 miliar," kata Suhariyanto.

Angka defisit neraca perdagangan secara kumulatif berasal dari nilai total ekspor sebesar US$ 68,46 miliar dan nilai impornya sebesar US$ 70,60 miliar atau defisit US$ 2,14 miliar.


Jika dilihat lebih dalam, total nilai ekspor migas tercatat US$ 5,34 miliar sedangkan impor migasnya US$ 9,08 miliar, sehingga secara kumulatif kinerja migas defisit US$ 3,74 miliar.

Sedangkan untuk total nilai ekspor non migas tercatat US$ 63,11 miliar dan impornya sebesar US$ 61,51 miliar, sehingga terjadi surplus US$ 1,60 miliar.

Baca juga: Neraca Dagang RI di Mei 2019 Surplus, Tapi Tipis.

"Walaupun non migas surplus, tapi karena migasnya defisit US$ 7,7 miliar, maka secara kumulatif masih defisit US$ 2,14 miliar," jelas dia.

Suhariyanto menambahkan pemerintah masih bisa memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dengan menggenjot ekspor berbasis non komoditas tetapi produk hasil hilirisasi.


(hek/hns)

Hide Ads