Rusli mengatakan, stok Bulog yang surplus sebanyak 2,4 juta ton tersebut hanya berlebih untuk konsumsi dalam negeri selama kurang lebih satu bulan, sehingga sebaiknya disimpan.
"Ekspor dalam skala yang besar itu kurang tepat. Tahun 2018 kemarin surplus beras kita 2,85 juta ton, itu sama dengan satu bulan lebih seminggu konsumsi kita. Setiap bulan kan konsumsinya sekitar 2 juta ton. Jadi kan 2,8 itu harusnya untuk persediaan satu bulan ke depan. Kalau seandainya ekspor ya nggak bisa, karena surplusnya masih sedikit," jelas Rusli.
Kemudian, Rusli mengatakan musim kemarau ini bisa menjadi kesempatan Bulog 'melempar' stok beras berlebih tersebut ke daerah-daerah yang gagal panen atau puso dan juga kekeringan. Faktanya, memang ada 9.358 hektare sawah padi yang gagal panen atau puso dari 102.746 hektare sawah yang mengalami kekeringan di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak Video "Video Wamentan soal Beras Bulog Berkutu: Bisa Jadi Pakan Ternak"
[Gambas:Video 20detik]